Chapter 41

3.5K 175 13
                                    



Happy reading...

"Assalamu'alaikum, Abi"

"Wa'alaikumssalam, Zaid. Kemarilah"

"Ada apa Abi, apa yg ingin Abi bicarakan" tanya Zaid

"Apa kamu sudah membeli cincin itu??" Tanya Nurul menutup Al Qur'an.

"Saya sudah memesannya, mungkin dua atau tiga hari lagi saya akan mengambil nya" jawab Zaid sedikit heran, untuk apa ayah nya itu selalu menanyakan cincin itu selalu, padahal bukan ia yg akan melakukan lamaran.

"Kalau sudah kamu ambil, lansung berikan pada nak Syarifah Zaid. Di sudah menanti cincin itu" ucap Nurul menatap anaknya yg berdiri didepannya, yg sekarang mereka berdua ada di kamar Abi Nurul dan umi Aisyah.

"Saya dengar Ustadzah Syarifah bertunangan, tapi kenapa saya yg memesan cincin itu dan membeli nya" tanya Zaid melepaskan semua yg ada dipikiran, yg sangat membuat nya heran. Apa yg sebenarnya akan direncanakan oleh Abi nya ini, apa yg dulu ia lakukan pada istri kakak nya akan terulang lagi tapi pada istrinya. Pikir Zaid menatap sang Abi datar.

"Mm i-itu nak Syarifah, ayah nya meminta tolong pada Abi membelikan cincin pertunangan anaknya. Sebab calon suaminya masih ada di Mesir Zaid keluarga nya juga masih belum kembali kemari." Ucap Abi Nurul gugup berusaha terlihat terbiasa saja, agar anak nya itu tidak curiga. Bisa-bisa rencananya itu gagal mendapatkan menantu yg ia ingin kan, dan Menganti kan gadis kecil itu di dalam rumah nya dan tetap akan menyembunyikan gadis itu sebagai istri pertama Zaid dari publik.

"terserah Abi, saya pamit. Assalamu'alaikum"

Zaid melangkah kan kaki nya keluar dari kamar Abi nya, dan mendapatkan umi Aisyah menatap nya tajam. Zaid menatap lekat sang umi heran kenapa dengan sang umi sejak ia kembali wajah umi nya itu tidak ada senyuman manis nya itu lagi.

"Umi, ada apa??" Tanya zaid

Umi Aisyah tidak menjawab perkataan Zaid. Ia hanya menarik tangan Zaid putranya menuju dapur dengan kasar.

"Umi"

"Apa yg kamu rencana kan dengan Abi mu Zaid??" Tanya umi Aisyah yg sudah sangat marah, yg sudah ia pendam sejak tadi siang.

"Apa maksudmu umi, apa yg aku rencanakan dengan Abi??" Tanya Zaid heran tidak mengerti pertanyaan uminya.

"Apa kamu mengkhitbah ustadzah Syarifah bersama Abi mu, Tampa sepengetahuan umi dan nazra??" tanya umi Aisyah menatap nyalang putranya.

"Apa maksud umi, untuk apa aku khitbah Syarifah sedangkan aku sudah memiliki nazra istriku yg aku cintai umi" tanya Zaid heran.

" Jadi ini rencana Nurul, apa yg sebenarnya ada dipikiran mu Nurul" batin umi Aisyah pusing memikirkan semua yg terjadi ini, ia tidak ingin kehilangan menantunya lagi yg kedua kalinya. Yg di sebab kan oleh suaminya sendiri, sebab satu kesalahan yg tidak sengaja dilakukan oleh istri putranya.

"Umi?" Panggil Zaid khawatir, menyentuh kedua bahu umi Aisyah yg sekarang memijit pangkal hidung nya pusing. Bagaimana lagi cara agar mengancam suaminya itu.

"Pergilah kekamar mu Zaid" lirih umi Aisyah menyuruh anaknya kembali ke kamarnya yg sekarang ada istri dari putranya itu di kamar.

"Umi tidak apa-apa kan?" Tanya Zaid lagi masih merasa khawatir.

"Tidak apa-apa, pergi lah" ucap umi Aisyah lembut dan mengelus pipi putranya lembut dengan senyuman tipis nya. Zaid mengangguk.
.
.
.

Pukul 20:41 nazra sekarang sedang sibuk menyelesaikan tugas yg di berikan oleh Ustadzah tadi kepadanya yg lumayan banyak, dan pasti tidak mungkin tugas ini harus nazra selesai kan hanya satu malam saja melihat banyak tugas itu yg ustazah itu berikan. Sedangkan Zaid Suami nya, sejak sholat isya di mesjid ia belum juga kembali masuk kekamar ini padahal ia sudah menunggu nya sejak tadi. Sebab nazra benar-benar membutuhkan suaminya itu membantu nya menyelesaikan tugas ini.

Ya Umma Awlaadii 'NaZa' || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang