Chapter 1

1.2K 102 12
                                    

CHAPTER 1

JEREMIAH’S P.O.V

Risih. Rimas!

Saya terasa risih dan rimas bila secretary saya balik-balik masuk keluar office saya untuk menghantar tompokan-tompokan file.

For the 5th time in one hour, dia masuk office saya in a mini skirt yang kalau dia tunduk nampak kali semua togitung dia.

I looked up from my pile of work.

“Sir, coffee?” Suara dia terlebih manis.

Saya menyipitkan mata menatap risih wanita di depan saya.

Wait. She’s like my 4th secretary? Or 5th?

“I don’t drink coffee at this hour.” I said coldly.

She smiled calmly.
“Coffee is good to keep you concentra-”

I didn’t let her finish her words. I open my glasses and threw it on my desk.

“What’s your name again?” Saya menatap dia tajam.

“Laisa, sir.” Dia tersenyum manis.

Saya berdiri dan memasukkan kedua-dua tangan saya dalam pocket seluar saya.

“Laisa.” I let out a heavy sigh. “It’s 10pm, go home.”

Memang saya suruh dia overtime beberapa jam untuk menghabiskan the month end’s financial report that I will presenting during the Board of Directors meeting nanti. But I don’t think the report will take her 5 hours to complete.

“I…uh…” Dia nampak nervous.

Saya menaikkan satu kudou.
“You?”

Dia menunduk sambil bergumam.
“I don’t have a car, sir.”

Okay.

“Then get a cab.” Saya menjawab datar.
“I…I’m scared.” Dia balas.

Saya menyipitkan mata menatap dia.
“Scared of?”

Masa bodoh saya tanya apa yang dia takut jam 10 malam? Dia kan perempuan, malam lagi ni. Tapi saya tidak peduli, saya tidak mau menyusahkan diri saya memikirkan pasal dia.

Baru dia mau bersuara, saya angkat tangan saya menghentikan apa yang dia mau mengatakan.

“Then call a family member.” Saya bilang.

Laisa menggelengkan kepala.
“I’m renting on my own, sir.”

JADI?!

Dalam otak saya berfikir besok saya akan panggil the HR manager untuk menjelaskan kepada saya apa kelayakkan Laisa sampai boleh diberi jawatan sebagai setiausaha peribadi saya.

No car? No family?

Then what am I supposed to do?

Kalau saya tau dia tiada kenderaan bila lewat pulang dari kerja, tidaklah saya suruh dia OT.

Haihhh, menyusahkan!

“Pack your stuff!” I turned to grab my car keys and wallet on my desk.

“You’re bringing me home, sir?” Dia tanya enthusiastically.

Bring her home? Send her home lah! Apa pula bring?

I had my share of women during my university days. Playboy juga bah saya ni, entah berapa banyak sudah saya mematahkan hati wanita. I’m just not the romantic type, dan bila saya sudah rasa dibebani dengan perasaan dan tingkahlaku dorang, I will leave.

No strings attached.

Ah, back to bringing Laisa home, tsk, belum pernah saya bawa mana-mana perempuan to my parents’ house. I’ve never done it, and I’m not gonna do it anytime soon. Knowing mom, she’ll think Laisa is my girlfriend.

Once Upon A One Night LustWhere stories live. Discover now