Chapter 11

1.2K 92 18
                                    

CHAPTER 11

JEREMIAH’S P.O.V

You’re crazy! Gila! Kau gila!

Saya terketawa. Sampai berair bah mata saya ketawa.

Emily Rose: It’s 3am.
Emily Rose: Setan saja bangun masa begini!

Typical me. Kena panggil setan tidak buat saya tergoyang sikit pun. Malah saya lebih suka digelar setan oleh si pretty little pemabuk.

Lying on my back on my bed, saya mengusap-usap cebisan baju dia sambil menyeringai.

Kau sebenarnya buat saya marah bah, pretty little pemabuk. Tapi saya tidak tau kenapa kau jugalah boleh buat saya geli hati dan ketawa. Makin kau marah, makin geli hati saya. Makin tambah saya mau buat kau marah.

Hahahahaha!

And her voice on the phone. Her sound of shock bila saya bilang kereta saya hancur gara-gara dia.

Ah, saya tidak boleh oh dengar suara dia di phone. Macam mau naik nafsu saya. Punya sexy tu suara… manis-manis bikin bitin.

“Yes.” Aum!
“Ah?” Ooohhh, she just ‘Ah’ on me.

“Oh yes! Ah lagi.” I’m gonna start masturbating lah kalau begini. Tsk tsk.

“Kau gila! Gila! Gila! Gila!” Hahahahaha!

Alah! Dia matikan talian. Ck.

And the next morning I decided to torment her again as I drove to Novotel.

Sebelum saya bergerak ke Novotel, saya memastikan dulu informasi yang Joe bagi tu tepat.

Me: Joe, I’m heading to Novotel
Joe: What?! That fast?
Me: Why? Shouldn’t I be fast?
Joe: No, no… be slow or fast as you want, mate

I sprayed my cologne and headed out of my room.

Sempat si Jeremy tengok saya dari atas sampai bawah.
“Kau tidak kerjakah?”

Oh? Bila masa Jeremy menjaga tepi kain saya pasal kerja ni?

“I’m giving you peace today.” Saya menyeringai dengan senyuman seiblis yang mungkin. Hahahaha!

“Peace only given by God, not by devils like you.” Jeremy bisik di telinga saya with a smirk.

Kitai! Hahahaha.

“Saya masuk office tengahari sikit.” Saya bilang.
“Apa urusan kau?” Jeremy ni ah, busybody betul.
“Ada lah bah.” Saya jawab sambil rolling my eyes.

Then Jeremy’s eyes membulat.
“Ohooo! Kau mau cari si Cinderella baju kuyak ni kan?”

Obviously, duh.

In my car, I fixed my seat belt just as Joe send a Whatsapp image.

Gambar dari jauh seseorang di depan pintu utama Novotel. Sangat jelas it’s Emily Rose.

Bagus. Joe tidak mengecewakan ni kali. He has redeemed his idiocy pada malam kereta saya kena langgar.

I drove my Bugatti to Novotel with a speed. Sebenarnya saya boleh saja drive my Ferrari tapi saya tidak mau nanti si Emily Rose ternampak yang my Ferrari tidak nampak hancur macam dalam gambar.

And anyways, saya belum ada masa mau bawa to the workshop. Let me deal with little miss pemabuk dulu.

30 minutes later saya berjalan masuk ke Novotel.

Macam saya mau tumbuk saja muka staff hotel yang buat pura-pura bodoh tiada pekerja yang bernama Emily Rose di Novotel.

“I’m sorry,sir, but we do not have a staff by the name of Emily Rose.” Tu staff hotel bilang.

Once Upon A One Night LustWhere stories live. Discover now