Chapter 3

828 87 6
                                    

CHAPTER 3

JEREMIAH'S P.O.V

Damn! It's past midnight and I haven't packed for my flight back to KK with my family in a few more hours.

Kenapalah Jeremy siot tu boleh escape tapi saya pula stuck. I have more work than Jeremy. Ugh!

Another 30 minutes. I promised myself.

Then another 30 minutes.

Last-last hampir 3am baru saya keluar dari office.

"Sir." Suara guard yang menjaga at the lift menyapa saya. Saya mengangguk dan masuk ke dalam lift menuju direct to the carpark.

In 10 minutes I'm already on the road.

Saya menatap layar handphone saya.

Mom: Mom sudah packed your luggage
Mom: Be home by 5
Mom: We need to be at the airport by 6

Haihhh, means I'll be sleeping in the flight.

Hampir saya terlanggar lampu merah. Nasib saya sempat brake.

As I stopped at the red light, I looked down at my handphone and started typing my reply to mom.

Then suddenly...

BANG! SIAL!

Siapa berani langgar kereta saya?!

Saya keluar dari kereta saya untuk check seteruk mana bonet kereta saya dilanggar.

"Oi! Butakah?!" Apa? Dia panggil saya buta? Siapa yang langgar pantat siapa? Di lampu merah lagi pada jam 3 pagi!

Ah, sesaat saya tersenyum sinis. Seems like we are from the same root, hmmm?

I slammed my car door with a loud bang and walked up to the culprit who didn't even look as guilty as hell as she should be.

"Siapa yang buta?" Saya berdesis di muka dia.

Terbulat mata dia bila dia sedar saya terlampau dekat.
"Ka...kau." Dia bergegarkah tu? Memangpun patut!

Uh, bau alcohol.

Saya menyipitkan mata memandangi wajah dia yang...

Hmmm, cantik. Tapi mabuk.

"Kau mabuk bah ni, sayang." Saya menyeringai.

"Manada!" Sabahan dia tu bah buat saya mau terketawa.

Saya mengeluarkan kotak rokok saya dari pocket seluar sembari menyalakan sebatang rokok.

Saya menghembuskan kepulan asap di muka si pemabuk yang cantik.
"Can you pay for my Ferrari, hmmm?"

Looking at her car yang jauh lebih murah dari kereta saya, saya yakin dia tidak mampu untuk membayar walau setakat cat kereta saya.

"Fer...rari?" Shaking eh?
"Or the police?" Saya menyeringai.

Ni kali saya yakin dia betul-betul bergegar.

"Or...we can make it easy..." My devil mode on. "pretty."

Saya menatap si gadis pemabuk dari atas sampai bawah dengan tatapan gete. Hahahaha! Saya jarang sekali tertarik pada mana-mana wanita, but this woman trigger something in me.

"Kau...!" Tangan dia terangkat.

Saya tangkap tangan yang hampir menempel keras di pipi saya.
"You don't have a choice." I said coldly.

"I will pay!" Suara dia meninggi.
"Pay with what?" Saya terkekeh. "Your body?"

Banyak mulut juga dia ni ah walaupun ketara dalam ketakutan.

Once Upon A One Night LustWhere stories live. Discover now