Chapter 42

522 75 12
                                    

CHAPTER 42

AMETHYST'S P.O.V

Tau kah macam mana rasa pakai wedges yang lebih 2 inchi berjalan kaki dari Imago sampai Suria Sabah di bawah panas matahari terik? Time hati pun yang memanas sepanas bahang matahari? Tau? Tidak kan, Amie? Baru sekarang kau tau. Padan muka!

Macam saya mau membaling saja all my shopping bags di tu parit besar.

"Argh!" Geramnya saya.

Masih sakit bah pantat saya dari impact terjatuh di Imago tadi.

Tapi yang sakit bukan pantat kau saja kan, Amie? Mengaku sajalah yang sakit tu juga sebab kau nampak si Rachel memeluk Jeremiah and them kissing.

Saya benci!

PAAAK!

I smashed the shopping bag against a lamppost.

Peluk-peluk.

PAAAK!

Another smash against the traffic light post.

That kiss. Tidak cukup mau kiss saya, kiss lagi si Rachel!

PAAAK!

Eh.

"Hoi!" Ooppss, saya terhampas kereta orang.

"Tidak sengaja bah!" Saya jerit balik.

Saya tidak tau berapa minit saya berjalan kaki sambil kena siul-siul lagi.

Kalau boleh saya mau hampas ni paperbags di muka lelaki-lelaki gete yang tiada adab mau siul-siul orang.

Sampai di carpark.

I screamed in frustration again. Hampir 1 jam saya mencari kereta saya. I forgot where I parked.

Tidak cukup lagi dengan penderitaan saya, parking ticket saya pun saya tidak tau mana.

Berhabis saya korek my sling bag, sampai saya terduduk di lantai, satu-satu barang saya kasi keluar dari my sling bag.

Saya check lagi dalam purse saya pun tiada.

"Ahhhhh!"  I wiped away my tears of frustration. "JEREMIAH! KAU LAH YANG PALING SETAN, SETAN! "

Terkejut tu couple yang sedang berjalan ke arah kereta dorang.

Saya cuba berdiri, tapi... saya terpeleot.

"Ahhh!" Jatuh lagi saya. "Saya benci kau!"

Ngam-ngam a guy berjalan limpas saya, going towards the mall's entrance.

"Sorry, sorry." Dia bilang. Dia pula bah yang cakap sorry.

I saw the opportunity, walaupun saya dalam keadaan emosi yang tidak stabil.

"Bol...boleh kau tolong saya?" Saya tanya tersedu-sedu.

"Oh, boleh bah." Dia balas.
"Ticket saya hilang." Saya buat muka satu sen.

Then he took out something from his pocket.

"Nah, ambil lah ticket saya." Dia bilang! "Tidak sampai 15 minit, free ni."

Seriously?

Tapi saya tau malu juga bah. Saya cuma mau tanya dia di mana mau bayar untuk parking ticket yang hilang.

Saya menggelengkan kepala.
"Saya mau tau di mana mau bayar the missing ticket saja."

"It's okay." He handed me his parking ticket again. "Saya saja yang bayar the missing ticket nanti."

"Eh, jangan. Mahal tu." Saya memprotes.

"Tidaklah." Dia paksa saya ambil his parking ticket. "Beberapa ringgit saja tu, sebab saya kerja sini."

Once Upon A One Night LustWhere stories live. Discover now