Laras menatap sinis Abel, bisa-bisanya mereka bertemu di tempat ini. Benar-benar menyebalkan. Ia kemudian perlahan maju mendekati Abel, tersenyum selayaknya orang yang saling berbaikan kemudian ia melayangkan tangannya dan...
Plak!
Abel yang tidak siap dengan tamparan itu menatap Laras dengan terkejut. Kenapa Laras menamparnya? Apakah gadis ini sudah gila?
Laras tersenyum puas menatap Abel yang memegangi pipinya. "Nice to meet you, too. Abel!" bisiknya.
Jangan bilang mereka tidak jadi pusat perhatian sekarang. Buktinya banyak mata yang memperhatikan sejak Laras menampar Abel tanpa rasa bersalah.
Seorang pria paru baya muncul dan langsung bertanya kepada Laras apa yang terjadi. "Kenapa, sayang?"
Laras memelas kan wajahnya seolah dialah yang tengah tersakiti. "Dia pa, penyebab aku di penjara!" adunya kepada sang papa.
Abel benar-benar terkejut dengan pengakuan Laras. Kenapa malah dirinya yang di salahkan, ini kan memang ulah si Laras.
Papa Laras langsung menatap Abel yang masih setia di sana, ia kemudian menajamkan tatapannya kepada Abel. Pria itu kemudian mendekati Abel, lalu memaki Abel, bahkan di depan banyak orang.
"Oohh... Jadi kamu, penyebab anak saya di penjara, dasar anak kurang ajar!" tiba-tiba papa Laras hendak melayangkan tamparan juga kepada Abel, tapi sebelum itu terjadi seseorang dengan cepat menahan pergelangan tangan pria itu.
"Jangan berani-berani Anda menyentuh putri saya!" ucap Dewi meremuk pergelangan tangan pria itu.
Dewi menghempaskan tangan pria itu dengan sorot mata tak kalah tajamnya. Papa Laras menatap marah ke arah Dewi, saat hendak mengamuk para pekerja di tokoh itu langsung mencegah terjadinya keributan yang akan di sebab pria itu.
"Pak, pak, ini tempat umum, jangan membuat keributan di sini." ucap lelaki yang bekerja di toko itu dengan menahan papa Laras.
Dewi menatap Laras, dengan sorot kebencian di sana, kemudian ia berucap yang cukup membuatnya merasa tertohok. "Cantik doang! sifat kek dakjal!" sindirnya membuat orang-orang yang ada di sana menahan tawanya. Bagaimana tidak, ini ibu-ibu loh yang ngomong kayak gitu, selayaknya anak muda yang sedang beradu mulut dengan teman sebayanya.
"Sembarangan! Jaga ucapan Anda ya!" amuk papa Laras, namun dengan cepat pegawai toko itu menahan-nya lagi.
"Apa! Mau lawan gue? Sini gue nggak takut!" Dewi menggulung lengan bajunya, pegawai perempuan yang berada di kasir langsung turut menahan pergerakan mama Abel.
"memang kenyataan, kalau anak Anda ini seperti itu, karena anak Anda sudah membuat anak saya koma karena dia sudah berinisiatif untuk membunuh anak saya dengan cara menyuruh orang untuk menabrak anak saya, jadi wajar kalau dia di penjara!" tunjuk Dewi kepada Laras.
Ucapan Dewi membuat orang-orang yang memperhatikan tercengang dan mulai berbisik-bisik tentang Laras dan papanya, karena ucapan mama Abel.
"Pantesan aja, orang dia yang salah."
"Iih cantik-cantik kok, kayak gitu."
"Iih seriusan?"
"Malu Weh, tadi aja langsung nampar nggak jelas."
"Udah gila kali, anak bapak itu."
"Nggak heran sih anaknya kek Dajjal, orang bapaknya aja tadi mau nampar cewek itu, kalo nggak ada mamanya pasti udah kena tuh cewek."
"Iya, bener, anak sama bapak sama aja."
"Buat ribut aja di mall, trus dia yang salah lagi."
Cibiran-cibiran yang Laras dengar, ia menahan kekesalan kemudian menarik sang papa untuk pergi dari mall itu. Itu sudah mempermalukan harga dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AYDEN
Teen FictionBagaimana rasanya pacaran tapi merasa tak punya pacar? Dan pacarnya lebih mementingkan perempuan lain di bandingkan dirinya? Begitulah yang di rasakan seorang gadis bernama Abel, gadis yang berpacaran dengan mostwanted disekolah yang banyak di agung...