48

8.3K 358 62
                                    

Typo tandai!

Happy reading ✨

-
-
-

Ayden berjalan gontai menghampiri mobilnya. Kepalanya begitu sakit rasanya ingin pecah. Tiba-tiba Laras datang menghampirinya, dan langsung memeluk Ayden.

"Ay, kamu nggak papa?" tanya Laras.

"Lepasin gue bicth" lelaki itu mendorong Laras agar menjauh darinya. Kalian tahu, Laras begitu terkejut dengan perkataan Ayden tadi, itu adalah kata kasar yang pertama kali Ayden lontarkan kepadanya.

"See, Ayden udah dapat akibatnya." ucap Andre melihat Ayden. Dari mulai mengejar Abel tadi, mereka juga ikut keluar melihat kejadian itu.

"Dia emang pantes dapetin itu." Bara juga menimpali ucapan Andre.

"Tapi gue kasian juga sih, liat Ayden kek gitu." ucap Farel.

"Biarin aja, dia sendiri yang mau."

Mereka hanya memperhatikan interaksi Ayden dan Laras tanpa berniat untuk ikut campur.

"Ay, kamu mau kemana?"

"Balik!" kata Ayden lalu segera memasuki mobilnya, meninggalkan Laras yang terus memanggil namanya.

"Trus aku gimana? Aku pulang sama siapa Ay?"

"Pulang Sono sama om-om, bukannya lo suka dianterin pulang sama om-om ya?" setelah mengatakan itu Ayden melajukan mobilnya, walaupun kepalanya terasa sangat sakit.

Laras. Gadis itu sudah kesal bukan main, sial Ayden sudah tahu bagaimana kelakuannya.

"Aargghh! Dasar Abel sialan!" umpatnya kesal.

"Ngapain lo marahnya ke Abel, si Ayden kan yang ninggalin lo." ucap Andre yang berada di samping Laras.

"Iyalah ini semua gara-gara Abel!" kesalnya lalu meninggalkan Andre di tempat parkiran itu.

"Cih"

....

Ayden melajukan mobil dengan kecepatan sedang, rasanya kepalanya begitu pening. Tidak biasanya saat ia sedang minum, ini begitu nyeri.

Ia tidak bisa pulang dengan kondisi seperti ini ke rumah bundanya. Takut jika bundanya merasa cemas dengan keadaannya yang sudah minum. Alhasil ia memutuskan untuk ke apartemennya saja. Itu juga tidak terlalu jauh dari sini.

Setelah sampai ia segera turun dengan sempoyongan akibat keseimbangannya tidak stabil. Kepalanya begitu pusing dan sakit, tapi dengan begitu ia tetap melanjutkan langkahnya menuju apartemen.

Ayden memasuki apartemennya. Menaruh jaket yang melekat di tubuhnya dan merebahkan tubuhnya di kasur agar rasa pusingnya bisa reda. Namun rasa pusing dan sakit menjadi satu tidak reda sedikit pun. Ia bangkit dan mencari sesuatu di laci nakas dekat tempat tidurnya.

Ia menggeram saat tidak menemukan apa yang ia cari. "Arrrgh! gue taroh di mana lagi nih obat!"

Rasanya tidak terbendung lagi. Ia mendudukkan dirinya di dekat ranjang dan memegang kepalanya yang semakin menjadi-jadi sakitnya.

Tiba-tiba ia kepikiran dengan Abel. Apakah gadis itu baik-baik saja? Tidak pasti gadis itu sedang menangis sekarang.
"Bel, gue bener-bener bejat! Lo pasti lagi nangis-kan?" gumamnya memikirkan Abel.

Apa yang telah ia lakukan? Apakah hubungan dengan Abel akan baik-baik saja setelah ini atau sebaliknya? Ia tidak ingin Abel pergi darinya. Ia tahu dirinya egois, tapi sungguh ia tidak ingin hubungannya dengan Abel berakhir.

Kesadarannya mulai memudar tapi ia berusaha untuk menahannya. Dengan segera ia menelpon seseorang untuk datang membawa obatnya ke apartemen.

"Bawain obat saya sekarang, apartemen!" Ia segera mematikan teleponnya sepihak tanpa meminta jawaban dari sebrang sana.

AYDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang