43

7.5K 244 3
                                    

Sudah dua hari Abel merasa tidak bersemangat, gadis itu kini sedang duduk sendiri di bangkunya. Sarah sendiri sudah ke kantin. Tadi Sarana sudah mengajak Abel untuk ke kantin bersama tetapi gadis itu menolak, alhasil Sarah sendiri yang ke kantin.

Pikiran gadis yang tengah termenung sekarang adalah, Ayden. Bagaimana kondisinya sekarang?

Ia tidak bisa menghubungi siapa-siapa untuk sekedar menanyakan kondisi Ayden. Ia juga tidak memiliki nomor ibu Ayden, jadi tidak satupun yang bisa ia hubungi.

Suara bel sekolah sudah terdengar, itu tandanya pelajaran selanjutnya akan di mulai kembali. Dengan tak semangat gadis itu mengambil buku yang berada di laci mejanya.

Sarah juga sudah datang dari kantin, dengan membawa roti dan juga minuman berupa susu kotak untuk Abel.

"Nih, gue beliin," Sarah meletakkan kantong kresek itu di hadapan Abel.

"Thanks,"

"Lo nggak usah sok lemes gitu, gue yakin Ayden pasti bakal baik-baik aja, kok," ujar Sarah, sambil mendudukkan bokongnya di bangkunya.

Sarah sudah tahu, jika Ayden berada di luar negeri untuk di operasi karena mengidap kanker,  gadis itu di beritahu oleh Abel tadi, saat sedang curhat dengan Sarah.

Sarah sempat tak percaya juga dengan ucapan Abel, bahwa penyakit Ayden sudah di stadium akhir. Dengan berbagai cara, Sarah menyakinkan Abel bahwa Ayden pasti akan baik-baik dan akan sehat kembali.

"Udah, tuh cepet makan, keburu guru masuk," kata Sarah.

....

Pulang sekolah Abel memutuskan untuk berjalan saja ke rumah, ia sudah memberitahu sopirnya agar tidak usah menjemput dirinya.

Hari ini ia ingin jalan saja, menenangkan pikirannya, biar jika hujan akan turun, itu justru bagus menurut Abel. Tapi sepertinya cuaca hari tidak akan hujan, sangat cerah malahan.

Abel berjalan di trotoar jalan, menendang bebatuan kecil yang ia temui. Tak sengaja ia menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

Abel kemudian mendongak melihat siapa yang sudah ia tabrak dan hendak meminta maaf. Tapi kening gadis itu berkerut saat mengetahui siapa orang yang baru saja ia tabrak bahunya tanpa sengaja.

"Selly?"

Yah, gadis itu Selly, menatap Abel dengan wajah datar. Kemudian Abel dengan cepat meminta maaf kepadanya, karena tidak ingin berurusan lagi dengan cewek satu ini.

"Sorry, nggak sengaja," ucap Abel hendak pergi. Namun Selly menahan lengannya.

"Tunggu,"

"Apaan lagi?" kata Abel jengah, mungkin saja kan, gadis ini ingin melakukan hal aneh-aneh lagi, karena ia telah menabrak bahunya.

Selly melepas tangannya dari lengan Abel. "Sorry," katanya, membuat Abel bingung.

"Ngapain minta maaf—"

"Gue nggak sengaja liat lo jalan sendiri, jadi gue samperin," potongnya pada ucapan Abel.

"Lah, trus?"

"Gue minta maaf, atas semua kesalahan gue sama lo," ucap Selly meminta maaf dengan menundukkan pandangannya.

Ah, ternyata itu yang membuat gadis ini meminta maaf. Abel pikir karena ia juga tak sengaja menabraknya.

"Hm, lupain." balas Abel.

"Sebenarnya gue yang nabrak lo waktu itu," akunya, tak membuat Abel heran. Wajar saja, Selly memang tak menyukainya dan bekerja sama dengan Laras, jadi Abel sama sekali tidak terkejut dengan pengakuan gadis di hadapannya ini.

AYDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang