01

16.6K 760 17
                                    

Pagi hari yang cerah dua orang gadis yang sudah berada di sekolah, sedang berbincang ria berdua duduk di bangku koridor.

"Sialan banget si pak kumis kemarin, masa gue di suruh buat makalah sendiri sih! Padahal Lo juga nggak hapal kan materi kemarin!" Oceh Sarah yang kesal.

"Haha rasain Lo, gue kan imut jadi pak kumis gak tega buat kasih hukuman." ucap Abel dengan pedenya.

"Idih kepedean banget sih Lo!"

"Eh, Bel! Itu kan Ayden," lanjut Sarah yang tak sengaja melihat Ayden dengan Laras.

"..."

Sedangkan Abel hanya diam saat melihat pemandangan di hadapannya.

"Bel, udah yuk kita masuk aja?" Ucap Sarah

"Bel, yuk nggak usah di peduliin!" Khawatir Sarah melihat Abel yang tidak menjawab.

Ayden dan Laras melewati Abel dan Sarah, dan dengan santainya dan tanpa dosa Laras meraih tangan Ayden lalu menggenggamnya.

Tangan Sarah mengepal kuat melihat itu. Rasanya ia ingin menguliti Ayden bersama cewek itu.

"Sialan, cari mati mereka berdua!!" Kesal Sarah.

"Sar, udahlah! Toh udah biasa." ucap Abel menahan pergerakan Sarah.

"Bel!! Lo gimana sih---"

"Yok ke kelas." kata Abel berjalan mendahului Sarah.

Di tengah perjalan Ayden dan Abel berpapasan Abel melirik Ayden, sedangkan Ayden sama sekali menghiraukan Abel.

Hati Abel serasa teriris pisau yang sangat tajam, jelas-jelas ia ada di sini tapi sepertinya Ayden hanya menganggap Abel manusia transparan.

"Berhenti Lo berdua!" Kata Sarah tepat di hadapan Ayden dan Laras.

Suara Sarah menggema di penjuru koridor, yang membuat semua mata yang ada di sana memperhatikannya.

Abel yang mendengar itu lantas berbalik melihat Sarah yang mengehentikan Ayden dan Laras.

Sarah makin panas saat menatap Laras yang menggenggam erat tangan Ayden.

"Lo---"

"Sar! Udah jangan cari masalah" cegah Abel sebelum Sarah berbuat sesuatu.

"Apaan sih Lo Bel?! Gue lakuin ini juga buat---"

"Cepetan balik" bisik Abel menarik tangan Sarah. Lalu pergi dari hadapan Ayden dan Laras.

Sedangkan Ayden menghela nafas berat lalu melepaskan tangan Laras dari tangannya.

"Jangan gini lagi!" Tegas Ayden lalu berjalan mendahului Laras.

"Ayden tunggu!" Teriak Laras mengejar Ayden.

....

Bel istirahat berbunyi, semua anak-anak berhamburan keluar untuk mengisi perut mereka yang lapar.

Berbeda dengan dua orang gadis yang hanya duduk di dalam kelas. Yang satu sedang menangis dan yang satunya menenangkannya.

Yup! Siapa lagi kalau bukan Abel dan Sarah. Udah tebak kan siapa yang nangis?

"Udahlah, bukannya Lo sendiri yang bilang toh udah biasa." Ucap Sarah meniru gaya Abel tadi.

"HUAA... tega banget sih!! Hiik!" Teriak Abel di dalam kelas.

"Berisik tai! Siapa suruh Lo, tadi sok-sok nahan gue! Mewek jugakan akhirnya" ucap Sarah jengkel.

"Auah, sebel hiks..."

"Mending putusin aja pacar Lo yang nggak care itu" ucap Sarah.

"Gue nggak bisa" cicit Abel.

"Kenapa? Jangan bilang Lo jatuh cinta sama dia?!"

"Nggak tau"

"Lo kenapa sih terima dia jadi pacar Lo, udah tau orangnya kayak gitu" ucap Sarah.

"Gue tau, karena dia itu ganteng sama pentolan sekolah kan?" Lanjut Sarah menebak.

"Gak tau" jawab Abel.

"Gue saranin, kalau Lo udah capek di perlakukan kayak gini, mending Lo mundur" saran Sarah pada Abel.

Hening, tidak ada yang bersuara.

"Bel, putusin dia sebelum Lo nyesel! Gue nggak mau Lo di sakiti, Lo itu bukan mainan. Gue capek liat Lo gini terus!" Ucap Sarah.

Apa gue harus nyerah aja?. Batin Abel.

....

Pulang sekolah, Abel mendudukkan dirinya di sofa. Ia melihat sekeliling ruang itu, bayangan masa lalu teringat di mana ayah dan mamanya masih berada di sana.

Tetes air matanya mengalir mengingat masa-masa itu. Masa-masa dimana ia merasa bahagia, merasa terlindungi, merasa hangat dan nyaman. Tapi semua itu tinggal kenangan, ia harus menempuh masa depannya yang suram ini.

"Nggak ada lagi orang yang peduli sama gue, termasuk mama gue sendiri" gumam Abel tersenyum kecut.

Di lain sisi, Ayden sedang duduk di ruang tunggu menemani seorang gadis memeriksa kondisi kesehatannya di dokter pribadinya.

Setelah memeriksa kondisi kesehatannya gadis itupun segera keluar dari ruangan serba putih itu.

Ayden mendengar suara pintu tertutup kemudian melihat gadis yang baru saja keluar dari ruangan selesai diperiksa. Cowok itu pun memasukkan handphonenya ke saku celananya sambil bertanya "udah selesai?"

Laras mengangguk sambil tersenyum, ia terdiam beberapa detik hingga akhirnya membuka suara. "Kamu masih pacaran sama Abel?"

"Iya" jawab Ayden singkat.

Ekspresi wajah Laras seketika berubah, ia hanya tersenyum tipis lalu mengajak Ayden untuk pulang.

"Kamu udah bener-bener berubah, aku pikir kamu masih ada perasaan sama aku" batin Laras.






••••
TBC

Salam Author 💕 

AYDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang