Ayden berjalan menuruni anak tangga menuju lantai bawah rumahnya. Hari ini ia menginap di rumahnya,hanya untuk sesekali saja.
"Ayden? Ya ampun sayang kenapa baru balik ke rumah lagi nak?" Tanya seorang wanita.
Ayden hanya diam dan malas meladeni wanita di depannya ini.
Wanita itu sepertinya terlihat jengkel saat Ayden tidak menjawabnya. "Ayden, kalau di tanya itu di jawab nak" ucap wanita itu lagi.
Lagi, Ayden memberikan respon yang sama. Ayden berjalan melewati wanita itu menuju dapur, tapi suara berat tiba-tiba membuatnya berhenti.
"Ayden! Kalau mama kamu tanya itu di jawab, bukan malah di acuhkan!" Tegur pria paruhbaya, yang tak lain adalah papa Ayden, Danu.
"Hmm" balas Ayden singkat.
Sumpah demi apapun wanita itu yang menjabat sebagai istri ayahnya, tak habis pikir dengan tingkah Ayden.
"Ayden, kamu marah sama mama?" Tanya Wilda.
Ayden tidak menggubris, dan hanya duduk di kursi meja makan, rasanya Ayden sangat tidak menyukai wanita ini.
"Ya udah, Ayden mau makan apa, biar mama yang ambilin" ucap Wilda lagi.
Tak mendapat respon Wilda segera mengambil nasi di piring Ayden, tapi sebelum itu terjadi Ayden dengan cepat menghentikan pergerakan Wilda.
"Nggak usah sok peduli sama gue!" Ucap Ayden dingin.
Ayden menatap Wilda seolah-olah ia akan menguliti wanita itu. Wilda pun segera meletakkan kembali piring tersebut, karena takut Ayden marah.
"Ayden! Hormati mama kamu! Kenapa kamu bicara seperti itu tadi!" Bentak Danu saat melihat kejadian itu.
"Ayden tidak punya mama seperti dia!!" Balas Ayden menatap tajam Wilda lalu berdiri hendak meninggalkan mereka berdua.
"Ayden mau kemana kamu!" Tanya Danu.
"Sekolah, kemana lagi" jawab Ayden tanpa membalikkan badannya, membuat Danu kesal, anak ini tidak pernah berubah.
Saat hendak melewati ruang tengah, tak sengaja Ayden berpapasan dengan lelaki kemarin. Ayden menatap dingin, sedangkan lelaki itu menatap remeh.
Ayden kembali melanjutkan jalannya keluar dari rumah yang selalu membuatnya muak untuk datang ke sana.
....
Ayden berjalan di koridor sekolah, banyak siswa-siswi yang melihat Ayden kagum, walaupun Ayden sudah punya pacar, tapi masih saja banyak yang genit terhadapnya, tapi Ayden tidak peduli itu semua.
Saat berjalan memasuki kelas tiba-tiba saja seorang gadis datang memeluk tubuhnya dengan berlinang air mata.
"Ayden...." Lirih gadis itu dengan berlinang air mata.
"Laras? Lo kenapa?" Tanya Ayden bingung.
"Hiks... Hiks... Kak...kak Abel..." Kata Laras sesegukan.
"Abel? Abel kenapa?!" Tanya Ayden sedikit panik.
"Kak Abel.... Dia nampar aku..hiks" adu Laras.
Ayden sempat terkejut, kemudian bertanya "Abel nampar Lo? Kenapa?"
"Katanya, aku harus jauhin kamu, di-dia bilang aku ini cuma perusak hubungan" ucap Laras.
"Terus kenapa tiba-tiba Abel nampar?"
"Aku nggak tau, dia langsung dorong aku terus aku di tampar, karena mungkin aku lawan ucapan kurang sopan sama dia, karena larang aku dekat-dekat sama kamu" ucap Laras.
Ayden tak habis pikir, kenapa Abel melakukan itu.
"Jadi Abel yang duluan?"
Laras mengangguk sambil menghapus air matanya, "dia langsung datangin aku, terus bawa aku ke tempat sepi, di situ kak Abel langsung jelek-jelekin aku"
"Abel sendiri?"
"Iya"
Entah kenapa emosi Ayden tiba-tiba memuncak mendengar cerita Laras. Tidak mungkin Laras berbohong kepadanya.
"Ya udah Lo masuk kek kelas, udah mau bel masuk" ucap Ayden.
"Kamu mau temuin kak Abel?" Tanya Laras saat melihat Ayden yang hanya melempar Tasnya pada temannya tanpa masuk ke kelas.
Ayden mengangguk, sebagai jawaban.
"Nggak usah kak---"
"Lo budek! Udah masuk kelas Lo!" Ucap Ayden lalu segera pergi dari hadapan Laras.
Laras tersenyum miring melihat kepergian Ayden yang pasti menghampiri Abel. Laras yakin Abel akan kena marah oleh Ayden.
"Abel yang malang" gumam Laras kemudian pergi dari sana.
....
Ayden berjalan menuju kelas Abel mencari gadis itu untuk meminta jawaban atas cerita Laras tadi.
Kebetulan Abel dan Sarah baru saja habis buang sampah jadi Ayden tidak repot- repot naik ke lantai tiga gadung itu.
"Bel, ikut gue" kata Ayden lalu menarik tangan Abel kasar.
Abel dan Sarah sempat kaget saat Ayden tiba-tiba datang lalu menarik Abel.
Abel yang bingung hanya mengikut saja dengan Ayden.
"Lo duluan aja ke kelas" ucap Abel pada Sarah.
...
Abel merasakan pergelangan tangannya digenggam dengan kasar oleh Ayden.
"Ayden, tangan aku sakit, bisa pelan-pelan nggak?" Cicit Abel.
Ayden menghentikan langkahnya, menatap ke arah Abel lalu melepas cekalan tangannya.
Abel hanya bingung mengapa Ayden menatapnya dengan tatapan menahan amarah.
"Lo tampar Laras?" Tanya Ayden to the point.
Abel mengerutkan keningnya, kemudian tersenyum tipis.
Pasti Laras udah kasih tau Ayden, batin Abel.
"Iya, aku tampar dia tadi" jawab Abel tanpa dosa.
Ayden yang tadinya mengira Abel tidak melakukan itu, terkejut lalu menatap Abel dingin.
"Jadi benar? Gue nggak habis pikir, Bel. Kenapa Lo lakuin itu?"
"Aku lakuin---"
"Gue udah tau! Lo lakuin itu karena Lo nggak suka sama Laras karena Laras dekat sama gue, kan!"
Kali ini Abel benar-benar terkejut dengan perkataan Ayden, bukan, ceritanya bukan seperti itu.
"Ay, bukan gitu---"
"Gue kecewa sama Lo!" Kata Ayden lalu pergi meninggalkan Abel di koridor sepi itu, karena bel masuk dari tadi sudah berbunyi.
Cairan bening keristal mengalir keluar dari mata Abel, kata-kata Ayden barusan lagi-lagi membuat hatinya merasa tertohok, menuduh dirinya padahal bukan dia yang mulai.
••••
TBC.
Jangan lupa vote comment:)
Salam Author 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
AYDEN
Ficção AdolescenteBagaimana rasanya pacaran tapi merasa tak punya pacar? Dan pacarnya lebih mementingkan perempuan lain di bandingkan dirinya? Begitulah yang di rasakan seorang gadis bernama Abel, gadis yang berpacaran dengan mostwanted disekolah yang banyak di agung...