20.

10.2K 279 6
                                    

Pagi pagi buta banyak orang yang berseliweran di mansion Marga. Terlihat sangat sibuk. Ya,benar. Hari ini adalah hari pernikahan Nara dan Marga. Hari dimana statusnya akan berubah. Hari dimana dirinya akan terikat hubungan yang sakral. Hari yang membuat jantung nya berdegup dengan kencang. Bahkan melebihi batas normal.

Bahkan menurut Nara pernikahan ini cukup cepat. Padahal baru dua bulan yang lalu kedua keluarga untuk membicarakan perihal perjodohan. Nara masih jelas mengingat acara tersebut. Awalnya Nara sangat ragu. Ia ragu karna kakaknya, Nendra. Nara tidak ingin mendahului Nendra. Tapi Nendra sangat mendukung perjodohan Nara dan Marga. Malahan Nendra merasa lega jika Nara menikah,karena jelas akan ada yang menjaga Nara.

Nara melihat pantulan wajah milik Dina,mamah Marga. Ia tidak percaya. Bahkan Nara berkali kali mencubit tangannya sendiri. Tapi terasa sakit. Ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Ia akan menjadi seorang istri. Bahkan hanya tinggal hitungan jam lagi ia akan sah menjadi milik seseorang. Marga.

Sang tata rias memoles wajah Nara dengan sentuhan lembut. Nara meminta kepada sang tata rias untuk tidak memoleskan make up terlalu tebal. Sang tata rias memberi sentuhan terakhir berupa lipstik ke bibir Nara. Pertanda make up nya telah selesai.

"Selesai." Ucap tata rias setelah menyelesaikan mewarnai bubur Nara.

Nara melihat pantulan wajahnya dengan tatapan tidak percaya. Ia melihat wajahnya sendiri seperti bukan dirinya. Dalam pantulan di cermin itu sangat berbeda dengan dirinya. Cantik sekali.

"Ini beneran aku?." Nara meneliti setiap wajahnya dari cermin. Memang,Nara itu tidak pernah memoleskan wajahnya dengan make up selengkap ini. Bukannya Nara tidak punya melainkan ia hanya malas saja karena membuang waktu saja. Wajar kalau ia pangling dengan wajahnya sendiri.

"Iya,cantik." Ucap sang tata rias. Dan itu berhasil membuat Nara malu,ia yakin pasti wajahnya sekarang memerah. Tapi tidak terlihat berkat bantuan make up.

"Makasih mbak."

Sekali lagi waktu cepat berlalu. Sekarang sudah tepat jam sembilan pagi. Nara duduk dengan gelisah. Ia menautkan jari jarinya. Tangannya terasa sangat dingin. Jantungnya bahkan berdegup dengan kencang.

Seseorang membuka kamar Dina. Sontak Nara segera melihat siapa yang telah membuka pintu itu. Riana segera melangkahkan kakinya menuju Nara dan duduk di sisi ranjang seperti yang sedang dilakukan Nara. Riana memandang wajah anak gadisnya. Menggenggam tangan dingin putrinya. Riana tersenyum.

"Putri kecil mamah...". Ucap Riana memberi jeda.

"Waktu cepat berlalu ya. Perasaan kamu dulu itu masih kecil,ingusan,bandel,seka lari larian,sebentar lagi akan menjadi seorang istri." Lanjut Riana mengingat masa kecil Nara.

Nara mengukir senyum. Ia teringat masa kecilnya,Nara kecil memang sangat susah diatur. Seperti anak kecil lainnya,siah makan dan hanya bermain main. Benar memang waktu cukup berlalu. Tidak terasa sekarang dirinya akan menjadi seorang istri.

Terdengar suara suara dari luar. Sepertinya pengantin laki laki nya telah datang. Kenapa Marga baru datang padahal ibu mansion Marga? Karna Marga pergi sebentar ke markas ada hal yang perlu diurus.

"Kayanya Marga udah datang. Mamah keluar dulu ya,kamu benerin make up nya." Ucap Riana dan melangkahkan kakinya keluar.

Nara segera melangkahkan kakinya menuju meja rias menatap dirinya di cermin. Matanya mulai berkaca kaca. Ia tak kuasa menahan air matanya. Cairan bening lolos begitu saja. Tidak bisa lagi membendungnya. Nara mengatupkan bibirnya, berharap tangisannya tidak pecah. Tidak terdengar oleh orang lain.

Nara mengambil tisu yang berada di atas meja. Mengelap perlahan jejak jejak cairan bening yang berada di matanya. Untung saja make up yang ia kenakan tahan air sehingga tidak mudah luntur.

MARGA DIRGANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang