48.

5.6K 196 52
                                    

Nara dan Nendra memasuki mansion nya dengan tampilan acak-acakan. Orang tua Nara dan Nendra melihat Nara yang telah menangis bahkan masih sesegukan.

"Kamu kenapa sayang?" Ucap mama Nara dengan khawatir. Nara langsung memeluk mamah nya dengan erat dan menumpahkan tangisan nya lagi. Papah Nara menatap Nendra seolah meminta penjelasan.

Nendra seakan tau dengan tatapan papah nya menjawab dengan suara dingin dan nada nya masih terselip emosi. "Ditampar sama Marga."

Mendengar hal itu, tangannya mengepal dan wajahnya terkejut dan emosi.

"Aku izin ke New York." Ucap Nara yang masih sesegukan.

"New York? Ngapain?" Tanya Nendra bingung.

"Aku mau nenangin diri di sana."
Papah nya menghela nafas.

"Baiklah. Tapi kamu disana tinggal dengan grandpa sama grandma ya." Nara mengangguk dan pergi ke kamar nya untuk beberes.

Di kamarnya, Nara langsung mengambil koper dan mulai memasukkan beberapa baju ke dalam kopernya. Nara langsung memesan tiket pesawat menuju New York, tempat grandma dan grandpa nya.

Setelah berkemas, ia langsung turun kebawah untuk berpamitan kepada orang tua nya dan kakak laki laki nya itu.

"Mah pah, dan kak Nendra aku berangkat sekarang ya. Aku minta jangan kasih tau kak Marga kalau aku pergi ke New York." Ucap nya memohon.

"Tenang. Kita gak akan kasih tau." Ucap Nendra dan diangguki oleh kedua orang tua nya.

"Makasih. Yaudah kalau gitu aku berangkat sekarang ya."

"Ke bandara di antar supir ya." Ucap papah nya dan diangguki oleh Nara.

Ia keluar dan memanggil supir nya. "Tolong antar ke bandara." Ucap Nara. Mobil tersebut berjalan meninggalkan mansion nya.

Sementara itu Marga menggila ketika mendengar kabar dari Nathan, sahabatnya. Marga meminta bantuan pada Nathan untuk melacak keberadaan Nara. Dan Marga memasang penyadap suara di cincin pernikahan nya. Ia mendengar Nara akan pergi ke New York. Marga memerintah anak buahnya untuk mengepung Nara di bandara. Ia tidak peduli lagi dengan makian dari pengendara jalanan, yang Ia pedulikan hanya satu yaitu Nara-nya.

"Run as fast as you can, but you can't hide from me baby girl."

◌⑅⃝ᵐᶦˢˢ(꜆˘͈ෆ˘͈꜀)ʸᵒᵘ⑅⃝◌


Shit! Umpat Nara dalam batin nya. Ia kini sedang bersembunyi didi toilet perempuan bandara. Anak buah Marga benar benarbenar mengepung nya di luar sana, Nara bisa mendengarnya meskipun ia sedang berada di toilet.

"Kira kira ada apa ya di luar sana?" Tanya seorang wanita.

"Entahlah aku juga tidak tahu. Akses masuk dan keluar bandara di tutup." Ucap teman nya.

"Aku penasaran siapa yang melakukan itu." Ucap wanita tersebut lagi.

"Siapa pun yang melakukan nya pasti merupakan orang yang sangat berpengaruh." Ucap teman nya. Tidak lama kemudian, mereka berdua pun melangkah keluar. Nara masih terdiam di bilik toilet, otaknya sudah buntu. Mau keluar tidak bisa, tidak mungkin juga ia berada di bilik toilet selamanya kan?

Nara tidak mau rencana nya terbuang sia sia. Semua barang pemberian Marga termasuk ponsel nya sudah ia buang, Nara tidak bodoh. Laki laki itu pasti diam diam menaruh sebuah alat penyadap yang tidak ia mengerti untuk melacak keberadaannya. Tapi, ia tidak tahu bahwa cincin pernikahan nya ada penyadap nya.

MARGA DIRGANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang