32.

7.5K 200 13
                                    

Beberapa menit yang lalu, Marga telah sampai di mansion nya. Sedangkan para sahabatnya telah pulang ke rumah mereka masing-masing. Saat ini, Marga tengah di dalam kamar dengan gadisnya, ralat wanitanya. Dan Nara yang masih terpasang selang infus pada tangannya.

"Makan ya?" Bujuk Marga sedari tadi karena Nara tidak mau makan sama sekali. Nara hanya menggeleng dan termenung karena kejadian kemarin yang hampir membuat nya mati apalagi di dalam perutnya yang berisi jabang bayi.

Marga yang melihat Nara menggeleng dan termenung, ia langsung paham. Ia mendekatkan badannya lebih dekat ke Nara dan memeluknya dan di balas erat oleh sang empu. Tak lama kemudian, dilepaskan lah pelukan.

Marga menangkup pipi Nara agar menghadapnya. "jangan takut oke? Ada aku disini sayang". Dan dibalas anggukan kecil dari Nara.

"Sekarang makan ya. Aku ga mau di dalam perut ini, kenapa-napa." Ucapnya tulus seraya mengusap perut Nara yang belum besar.

Saat Nara akan menjawab, Marga langsung menyela. "ga ada penolakan, sayang."

Marga langsung mengambil makanan di atas nakas dan mulai menyuapi Nara dengan pelan. Setelah di rasa kenyang, Nara duduk sebentar menunggu makanannya turun.

"Ka boleh lepas ini gak?" Ucap Nara seraya menyodorkan tangannya ke depan Marga.

"No!"

"Tapi ini ganggu. Lagian aku udah sembuh kok." Ucap Nara seraya menunjukkan pupy eyes nya dan mengerjakan matanya lucu. Marga yang melihat itu, langsung runtuh begitu saja. Sebelum ia mengiyakan, ia mengambil hp nya di saku celana dan mengetikkan pesan ke seseorang.

Tak lama kemudian, pintu kamar dibuka oleh orang yang mengenakan jas putih yang berprofesi sebagai dokter. Dokter Ratih. Itulah namanya. Kedua insan itu menoleh pada dokter yang masuk ke kamar mereka berdua. Nara mengkerutkan alisnya.

"Kok ada dokter?" Tanya Nara kebingungan.

"Buat bantu lepas infus kamu." Nara mengangguk paham.

Dokter itu mulai mendekati Nara dan duduk di pinggir ranjang dekat Nara. Diraihnya tangan Nara dan melepaskan jarum yang menancap di tangannya. Ia segera mengambil handsaplas berbentuk kotak sedang dengan warna putih dan ditempelkan di bagian yang tadi jarum manancap disitu.

"Makasih dokter." Ucap Nara seraya tersenyum manis. Sedangkan Marga yang menampilkan wajah datarnya dan tidak mengatakan apapun. Dokter Ratih mengangguk dan segera pergi dari sini.

Nara merebahkan tubuhnya dibantu oleh Marga. Tak lama, Nara masuk ke alam mimpi. Sedangkan Marga sebaliknya ia tidak tidur karena tidak mengantuk.

Marga turun dari kasur dengan hati hati takut membangunkan Nara. Ia membuka pintu perlahan dan menutup pintunya kembali. Ia turun dari anak tangga dan menuju sofa besar dan mengambil bantal sofa dan merebahkan tubuhnya. Ia membuka hp nya dan memainkan game. Saat ini, Marga hanya menggunakan celana pendek dan kaos polos hitam.

Sedangkan disisi lain, wajah tampan dan kulit putihnya dipenuhi oleh babak belur. Nendra memasuki mansion yang sudah sepi. Mungkin sudah pada tidur semua, pikir Nendra. Saat Nendra baru ditengah anak tangga untuk menuju kamarnya, tiba tiba ia dikejutkan oleh suara yang ia takuti. Selain ia takut dengan yang namanya setan, ia juga takut kepada papa nya.

Seperti saat ini, papa menuju Nendra yang masih di pertengahan anak tangga. Kevin langsung menjewer telinganya bukan main sampai telinganya merah. Kevin yang masih menjewer Nendra, di tariknya telinga itu dengan kencang dan menuruni tangga.

"Aduh ampun lepas. Sakit ini." Nendra menjerit kesakitan. Kevin segera melepas jeweran nya tadi dan memandangi wajah sang anak yang babak belur. Sedangkan Nendra mengusap telinganya.

"Dari mana aja kamu? Sampai pulang larut gini. Terus kenapa wajah kamu babak belur gini? Habis tawuran? Iya!?" Ucapan dari Kevin bertubi tubi yang membuat telinga tambah panas karena jeweran Kevin tidak main main.

"Itu e--mm ee it-tu." Ia gugup. Marga tidak membolehkan Nendra untuk berbicara yang sebenarnya. Kevin masih menatap anak nya tajam dan tangan yang terlipat di dada. Suatu ide terlintas dalam pikiran nya.

"Tadi aku berantem sama kucing pah di markas."

Kevin yang mendapat jawaban dari anak nya, mengerutkan alisnya aneh. Masa iya berantem sama kucing sampe babak belur paling Kena cakar.

Setelah jawabannya benar, ia langsung ngibrit naik ke atas kamarnya dan menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia melepaskan jaket kulit nya dan melemparnya asal di atas kasur. Ia menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Tak lama, Nendra keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggang dan bagian atas tidak mengenakan apa apa sehingga menampakkan perut sixpack nya.

Ia mengambil bajunya di dalam lemari dan menggunakannya dengan santai. Sesudah menggunakan baju, ia mengambil kamera yang berada di laci nakas dan duduk di tepi ranjang. Ia membuka kamera dan munculah seorang gadis cantik,kulit putih. Katakanlah bahwa ia sedang jatuh cinta. Ia memandang lekat foto itu sesekali mengelus foto itu dengan ibu jari.

"Lo milik gue." Ucapnya seraya tersenyum devil. Setelah tersenyum mengerikan, ia melanjutkan ucapannya.

"Aulia Nisa Fadila"

Disisi lain juga, Edgar yang telah membersihkan tubuhnya dengan handuk yang melilit di pinggang dan bagian atas tidak mengenakan apapun sehingga menampilkan perut sixpack nya. Setelah itu ia menuju lemari dan menggunakannya. Setelah selesai, ia naik ke atas ranjang dan mengambil hp nya yang berada di atas nakas dan menelfon seseorang untuk datang ke kamar nya.

Tak butuh waktu yang lama, seseorang yang di telfon oleh Edgar adalah salah satu bodyguard kepercayaannya mengetuk pintu. Setelah mendapat izin dari sang tuan mansion, ia membuka pintu itu dan menutup nya kembali. Bodyguard menuju Edgar dan membungkukkan badannya.

"Cari tahu tentang Riri Azzahra. Sekarang!" Perintah Nya dengan tegas dan langsung dituruti oleh bodyguard.

"Riri Azzahra lo milik gue."

Marga yang tengah asik bermain game, ia bangun dari rebahan nya. Ia menuju dapur dulu untuk minum. Saat di dapur, ia dikejutkan oleh maid yang dibilang cukup muda. Seperti seumuran dengannya. Dea yang mengenakan baju maid sangat ketat yang tidak seperti biasanya Dea menggunakan baju maid seperti ini. Belahan dadanya terlihat dan rok yang dinaikkan ke atas. Sedang apa Dea disini? Pikirnya. Pasalnya maid disini sudah pada tidur. Sedangkan Dea?

Ia menelan Saliva nya susah payah saat melihat postur tubuh yang dibilang cukup seksy. Ia sebagai seorang laki laki yang normal, ia harus menahannya. Sepertinya Dea sengaja mengenakan baju seperti ini untuk menggodanya. Padahal Marga memberikan baju maid kepada para maid tidak seketat ini.

Ia dengan segera mengambil gelas dan mengambil minum di galon lalu meneguknya hingga tandas. Setelah itu, di letakkan gelas itu. Saat hendak berbalik badan, tiba tiba ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya. Marga segera melepaskan tangan itu. Ternyata Dea yang memeluknya.

Plak

"Jangan lancang lo. Gue udah punya istri."

Sedangkan Dea yang mendapat tamparan dari atasannya, tidak menangis sama sekali. Malah ia tertawa tidak terlalu keras. Ia melangkah maju dan Marga yang melangkah mundur saat Dea mendekatinya.

Dea mengusap pipi Marga dan menciumnya singkat.

"Gue cinta sama lo."

Plak

Dengan kedua kalinya Marga menampar pipi Dea. Tapi sayangnya Dea tidak merasa kesakitan atau bahkan menangis.

"Najis. Gue ga suka barang murahan. Inget itu." Setelah mengucapkan itu, ia beranjak ke kamarnya.

Next👉

Next new chapter 🖤

MARGA DIRGANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang