Pagi hari yang amat cerah dan burung burung berkicauan. Hari ini adalah hari Senin, dimana para pelajar mengeluh karena akan melaksanakan kegiatan rutin. Upacara. Contohnya seperti saat ini,Nara dan kedua sahabatnya tak lain adalah Nisa dan Riri. Siswa siswi sudah berdiri di lapangan yang amat luas itu.
"Anjir panas bangett gilakk! " Ucap Nisa mengeluh dan mengipas-ngipasi dirinya menggunakan telapak tangannya.
"Iya cok lama banget ga kelar kelar nih upacara! " Sambung Riri cemberut.
"Sttt brisik woi" Ucap Nara berbisik.
Kepala sekolah sedang menjelaskan di depan. Matanya tak sengaja menangkap tiga perempuan yang sedang bercekcok.
"Kalian bertiga yang disana! Maju ke depan! " Ucap kepala sekolah itu dengan nada yang berintonasi tinggi dan tegas sembari menunjuk ke arah kelas Nara. Yang tadinya keadaan damai damai saja, siswa siswi terlonjak kaget saat tiba tiba mendengar kepala sekolah berucap dengan nada marah. Spontan, siswa-siswi melihat kearah yang ditunjuk oleh kepala sekolah.
"Ck, sialan! " Decak Nisa. Mereka bertiga terpaksa maju.
Mereka bertiga maju dengan perasaan kesal dan malu. Siapa yang tidak malu saat upacara disuruh maju dan menjadi pusat perhatian banyak orang?
Mata Marga tak sengaja menangkap Nara dan kedua sahabatnya. Ia kira yang maju bukanlah Nara dan kedua sahabatnya. Nara dan kedua sahabatnya langsung menempatkan diri di sebelah kepala sekolah dan menghadap ke arah semua para siswa siswi. Malu bukan?
"Huuuu!! " Sorak sorakan siswa siswi terdengar begitu keras.
"Kalian bertiga saya hukum berdiri disini sampai istirahat!!"
"Sialan! " Marga menggeram marah saat melihat Nara sudah tidak kuat. Lihatlah wajahnya yang pucat. Tapi Nara menahannya. Lihat saja nanti apa yang akan Marga lakukan kepada kepala sekolah sialan itu.
◌⑅⃝ᵐᶦˢˢ(꜆˘͈ෆ˘͈꜀)ʸᵒᵘ⑅⃝◌
Upacara sudah selesai dan siswa siswi sudah masuk ke dalam kelas masing masing. Tapi tidak dengan Nara, Riri, dan Nisa yang masih berdiri di lapangan sembari hormat menghadap ke bendera. Cuaca hari ini sangat panas.
"Sialan! Panas banget anjir" Ucap Nisa sembari mengipas-ngipasi menggunakan telapak tangannya.
"Gara gara lo sih! " Sembur Riri dengan sinis.
"Aduh pusing banget" Nara mengeluh sembari matanya membuka tutup. Nisa dan Riri yang mendengar keluhan Nara membulat kan matanya. Bagaimana tidak, Nara begitu sangat pucat.
"Eh aduh gimana ini. Pasti kalo kak Marga tau, pasti khawatir banget" Ucap Riri panik.
Setelah Riri mengatakan itu, tiba-tiba datanglah datanglah segerombol Marga and the gang. Tapi tidak semua, hanyalah Marga,Edgar,dan Vraka.
Marga sedikit lari dan wajahnya begitu sangat panik dan khawatir."Kak Marga" Ucap Nara saat mengetahui ada bayangan seseorang dan Nara mendongakan kepalanya untuk menatap Marga.
Marga yang melihat Nara begitu pucat, tak lama ia langsung saja menggendong Nara ala bridal stayle menuju UKS dengan terburu buru. Setelah kepergian Marga dan Nara, Edgar langsung menarik tangan Riri menuju kelasnya. Sama hal nya juga Vraka dan Nisa. Mereka berdua saling tatap menatap beberapa detik. Keadaan begitu canggung.
"K-kenapa kak? " Ucap Nisa dengan canggung.
"Lo gak mau ke kelas? " Tawar Vraka.
"Ya mau. Tapi gimana lagi nanti di hukumannya di tambah. " Ucap Nisa sembari tersenyum tipis. Vraka sempat membeku melihat senyuman tipis itu. Tapi tak lama, Vraka langsung menarik tangan Nisa dengan lembut menuju taman belakang.
Setelah sampai di taman belakang sekolah, Vraka dan Nisa langsung duduk di kursi yang bercat putih bersih.
"Nisa" Ucap Vraka gugup.
"Yaa? " Yang tadinya Nisa menghadap ke depan, langsung mengalihkan pandangannya ke arah Vraka.
"Gue suka sama lo dari pertama lo MPLS. If, could u be mine? " Ucap Vraka hati hati.
Deg.
"Ini bohong kan kak? " Ucap Nisa berusaha tidak percaya.
"Ga. Gue ga bohong. I really. Gue udah suka sama lo waktu lo MPLS. " Dirinya benar benar sangat berharap akan diterima. Nisa yang mendengar itu semakin terkejut, waktu MPLS? Selama itu kah sampai sekarang?
"T-tapi maaf ka. Kita beda agama"
"Gue tau. Gue rela tinggalin agama gue demi lo. " Ucap Vraka yang sudah sangat berharap.
"Jangan meninggal kan Tuhan kakak demi aku. Aku ga mau." Nisa tetap kekeh pada pendirian nya. Kini Vraka pasrah, menerima kenyataan bahwa dirinya dan Nisa beda agama.
"Oke. Gue gak akan paksa lo buat jadi pacar gue. Tapi gapapa kan kalo gue cinta sama lo? " Nisa mengangguk seraya tersenyum tipis.
(*´︶'*)♡Thanks!
"Kita seamin tapi tak seiman".
-Aulia Nisa Fadila" Antara gereja dan masjid. Antara lonceng yang berdentang dan adzan yang berkumandang. "
-Vraka Bintang Cendrana

KAMU SEDANG MEMBACA
MARGA DIRGANTARA
AcciónDILARANG PLAGIAT DI LAPAK INI‼️ ⚠️⚠️WARNING ⚠️⚠️ ADA ADEGAN KEKERASAN‼️YANG BOCIL MINGGIR DULU🚫🚫🚫🚫 "Lo milik gue." "Hah?" "Lo milik gue sayang. Gaada yang milikkin Lo selain gue!" .................. "Ternyata gini ya, di posesif in sama ketua ge...