33.

7.2K 214 20
                                    

Hari yang mulai cerah menunjukkan senja. Sekarang jam menunjukkan pukul enam pagi. Kedua pasangan itu masih bergulat dengan selimut yang menghangatkan tubuh mereka berdua,yang tak lain adalah Nara dan Marga. Nara yang terbangun dengan sendirinya, awalnya untuk ke kamar mandi karena ia sekarang akan berangkat sekolahnya. Tapi, sebuah tangan kekar yang melingkar di perutnya sangat erat sehingga ia harus melepaskannya dengan tenaga.

Setelah dirasa sudah lepas, ia beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi. Tak butuh waktu yang lama, ia telah selesai dengan aktivitasnya. Setelah itu ia mengenakan baju sekolahnya. Nara menuju meja riasnya dan mencatok rambut nya agar menjadi cerly. Marga meraba raba sebelahnya untuk mencari pelukan terhangat nya. Tapi tidak ada.

Marga mulai duduk dan mengucek matanya sembari menunggu nyawanya terkumpul. Setelah mengucek matanya, pandangannya teralihkan oleh seorang wanita yang bergulat di meja rias. Ia mengerutkan alisnya saat Nara mengenakan seragam sekolah. Ia beranjak dari tempat tidurnya dan menuju Nara yang berada di depan meja rias. Ia memeluknya dari belakang. Nara yang sedang mencatok rambutnya terkejut saat tiba tiba ada sebuah tangan kekar yang melingkar di perutnya.

Nara yang masih mencatok rambutnya, melihat ke arah cermin yang berada di depannya dan melihat Marga yang sedang memeluknya dengan dagu di tempelkan di bahunya. Nara melihat Marga masih mengantuk. Setelah dirasa sudah, Nara mencabut kabel catokan.

"Kok sekolah?" Ucap Marga dengan suara khas bangun tidur tepat di telinganya.

"Ya kan ini waktunya sekolah."

"Kamu baru aja sembuh. Masa langsung berangkat aja. Nanti sakit lagi gimana?" Ucapnya panjang lebar. Namun lembut.

"Aku pengin masuk sekolah aja. Lagian udah lama juga ga masuk sekolah." Marga hanya diam yang masih memeluknya.

"Udah sana mandi. Aku tunggu di bawah." Ucap nya. Dengan tak rela, Marga harus melepaskan pelukannya.

"Kamu ngusir?"

"Ngga sih."

Marga langsung beranjak menuju kamar mandi dengan wajah datarnya dan Nara keluar dari kamarnya. Ia menuruni anak tangga satu persatu dan menuju meja makan. Ia melihat kepala pelayan dan Dea yang tengah menyiapkan makanan.

Ia langsung duduk dan memainkan hp nya. Sedangkan maid yang bernama Dea itu yang tengah menyiapkan makanan, melirik sinis yang tidak di ketahui oleh Nara. Dan tak lama, datanglah Marga dengan mengenakan seragam putih abu nya. Lihatlah Marga sangat tampan dengan rambut yang tidak dikeringkan, rambut acak acakan, wangi. Pandangannya tak luput dari Dea. Marga langsung duduk di sebelah Nara.

Nara meletakkan hp nya di meja dan menatap Marga kagum. Sedangkan Marga yang ditatap seperti itu, menatap nya lebih dalam dan membuat Nara salting.

"Kenapa hm?" Ucapnya dengan suara serak seraya mengelus rambut Nara.

"Ganteng." Marga yang mendengar itu langsung menyuruh Nara duduk di pangkuannya dan langsung dituruti Nara.

Nara yang duduk di pangkuan Marga menyamping menghadap kanan dan Marga yang masih mengendus endus layaknya seekor kucing di leher Nara membuat Nara merasakan geli.

Nara mengambil dua buah roti untuknya dan Marga dan mengoleskan Nutella dan mulai makan makanan mereka masing masing. Sedangkan Dea yang masih menatap Marga sejak tadi, wajahnya memerah. Nara yang tengah melihat Dea masih disini, ia mengerutkan alisnya. Mengapa Dea memandang Marga seperti itu?

"Kamu ngapain liat kak Marga gitu." Ucapnya judes. Dea yang masih asik memandangi wajah tampan Marga, langsung terkejut mendengar suara berasal dari Nara. Sebenarnya Marga sudah tahu saat Dea mentalnya begitu penuh kagum. Tapi ia abaikan.

MARGA DIRGANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang