Disebuah mansion yang megah dan menyeramkan, yang dimaksud menyeramkan adalah penghuni si mansion. Kini, di dalam gudang yang pastinya gelap yang juga berada di dalam mansion, ada sebuah gadis cantik yang masih mengenakkan seragam sekolah nya, yang tak lain seragam dari sekolah Marga.
Gadis dengan duduk di satu kursi, tangan yang terikat kebelakang,dan kaki juga diikat. Gadis itu terus teriak meminta pertolongan, tapi mustahil tidak ada yang dengar kecuali dirinya dan seorang laki-laki yang melihat si gadis nya di tv kebesaran di room private.
"Help me!!" Suara gadis itu membuat si laki-laki itu jadi tak tega.
Laki-laki itu mematikan tv, dan beranjak dari tempat duduknya menuju gudang. Setelah sampai di depan pintu gudang, ia membuka pintu itu dengan kunci. Si gadis yang menjerit meminta pertolongan dan bersimbah air mata, menghentikan aktivitasnya, dan melihat ke arah suara decitan pintu, dan lagi lagi membuat ia terkejut setelah mengetahui siapa dia.
"Ka Edgar?" Beo Riri tidak percaya.
Setelah Edgar menutup pintu, ia berjalan ke arah Riri yang menatapnya tidak percaya. Ia tersenyum miring, setelah dihadapan Riri, ia sedikit membungkuk kan badannya sehingga wajahnya dekat sekali dengan wajah Riri. Edgar menyingkirkan sehelai rambut yang menutupi wajah cantik Riri dan menelusupkan rambut Riri ke belakang telinga.
Edgar menghapus air mata Riri. Dapat ia lihat mata Riri memerah karena menangis sejak tadi dan juga dapat terlihat dengan jelas, mata panda Riri karena banyak menangis dan hal itu membuat Riri semakin cantik di mata Edgar. Riri yang ditatap seperti itu oleh Edgar, membuang muka kearah lain. Edgar memegang rahang Riri agar menghadapnya kembali. Setelah cukup lama bertatapan, Edgar akhirnya membuka ikatan pada kedua tangan dan kedua kaki Riri.
Setelah terlepas ikatan tersebut, Riri hendak berdiri namun ditahan Edgar sehingga Riri duduk kembali.
"Kak, aku mohon lepasin aku dari sini. Aku mau pulang!" Ucap Riri dengan sedikit membentak yang membuat Edgar emosi dan mencium bibir Riri brutal sehingga Riri kehabisan nafas. Sial dia mengambil first kiss nya.
"Jangan berani bentak gue!!" Hal itu membuat Riri takut.
"Kenapa, kenapa aku disekap di gudang ini!! Kenapa kak!?" Ucap Riri dengan sedikit membentak dan menangis seakan lupa dengan barusan.
"Karena gue mau lo!!" Ucapnya dengan tegas.
"Tapi kenapa harus disekap!?" Ucapnya berani.
Edgar menjadi merasa bersalah. Ia menarik tangan Riri pelan sehingga Riri bangun dari duduknya. Edgar memeluk Riri sangat erat seolah tak mau kehilangan Riri selama selamanya.
"Sorry." Ucap Edgar seraya mengelus punggung Riri agar tangisannya mereda. Tak lama kemudian, ia sudah tidak mendengar lagi suara tangisan Riri. Ia mencoba melihat, ternyata gadisnya tertidur karena menangis sejak tadi dan membuat Riri tertidur.
Edgar menggendong Riri bridal style menuju kamarnya. Saat baru sampai ruang tengah, ia melihat bibi Marry.
"Bi tolong gantikan baju gadisku". Ucapnya dingin dan tak mau terbantahkan.
"Baik tuan". Edgar berjalan menuju kamarnya dan diikuti oleh bibi Marry.
Setelah sampai di kamar, ia merebahkan tubuh Riri dengan hati hati. Setelah itu, ia menuju keluar kamar dan biar bibi Marry menggantikan baju Riri.
Edgar menuju ruang makan untuk makan malam. Saat makanannya tinggal sedikit, ucapan sebuah suara menghentikan aktivitas makannya.
"Maaf tuan, menggangu waktu makan malamnya. Saya sudah menggantikan baju Riri." Ucap bibi Marry sopan.
"Panggil dia dengan 'nona Riri!'." Ucap Edgar murka dengan menekan kata kata nya.
Seakan sadar dengan kesalahannya, ia meminta maaf. "Baik tuan, dan saya minta maaf." Dijawab dengan oleh Edgar. Bibi Marry segera pergi dari tempatnya.
Edgar meminum minumannya, dan beranjak dari tempat nya menuju ke kamarnya. Ia membuka pintu kamar memakai kode, dengan hati hati agar tidak membangunkan gadisnya. Ia mendekati Riri dan tersenyum miring. Ia mencium dahi Riri lama, dan menutupi badan Riri dengan selimut.
"Mine"
Setelah mengatakan itu, Edgar juga ikut merebahkan tubuhnya di samping Riri dan memeluk Riri erat.
______________________
Disisi lain, di kediaman dirgantara. Nara tengah mendiamkan Marga sejak di kantor tadi. Karena Marga memaksa Nara melakukan hal itu. Ytta.
"Nara, maafin aga." Marga mengeluarkan sedikit air matanya yang membuat Nara harus menahan senyumnya.
Nara tetap memainkan hp nya dan bersandar di kepala ranjang tidak menggubris kan Marga sejak tadi ngomong apa saja. Ia turun dari ranjang menuju keluar mansion. Karena makanannya sudah datang. Sebut saja dia sedang mengidam.
Marga terus mengikuti kemanapun Nara pergi. Ia mengerutkan alisnya saat Nara malah keluar mansion. Apa Nara akan pergi? Pikirnya.
"Pak tolong bukain ya pagarnya." Ucap Nara meminta pertolongan pada pak satpam yang tengah mengobrol dengan satpam satu nya lagi. Yang tadinya kedua satpam itu tengah mengobrol, kini mengalihkan atensi nya kepada Nara.
Mata kedua satpam tersebut membulat sempurna saat melihat Nara yang memakai piyama berlengan pendek dan celana piyama diatas lutut apalagi rambut nya yang dicempol asal sehingga leher putih mulus nya sangat terlihat. Marga yang tahu isi pikiran kedua satpam itu pun rahang nya mengeras dan gigi yang bergemelutukan.
"Jaga mata kalian, atau tidak lo berdua tahu sendiri akibatnya." Seakan sadar yang diperbuat, mereka berdua membuka gerbang.
Setelah pintu gerbang dibuka, dapat Nara lihat seorang pengantar makanan tengah berdiri di depan pagar. Nara mengambil alih plastik yang ditangani sang pengantar makanan itu.
"Berapa mas?" Tanya Nara.
"53.000 mba." Nara memberikan uang satu lembar berwarna merah.
"Kembaliannya ambil aja mas." Dan diangguki senang oleh sang pengantar makanan. Setelah itu, pagar kembali ditutup.
Nara berjalan beriringan dengan Marga yang memeluk pinggangnya erat. Setelah sampai dimeja makan, ia membuka makanan yang di pesannya. Ia mulai memakan makanan itu sendiri tanpa memperdulikan Marga.
"Kenapa, mau?" Ucap Nara pada Marga. Marga Malah mendekati Nara sehingga wajah mereka berdua sangat dekat. Marga menjilati bekas makanan di sebelah bibir Nara sehingga membuat ia merona malu.
"Enak"
Nara segera mendorong wajah Marga pelan. "Hih dasar modus"
"Ka ambilin minum dong." Ucap Nara menyuruh Marga. Marga menghela nafas pelan. Sebelumnya tidak ada yang berani menyuruhnya seperti ini, tapi kalo Nara, everything for Nara akan ia lakukan.
Marga bangkit dari kursi mengambil minum. Setelah mengambil minum marga Dudu kembali di samping Nara. Nara mengambil minum di depannya dan meneguk nya habis.
"Tidur yuk kak." Marga menanggapi dengan anggukan. Mereka berdua pun pergi ke kamar untuk tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
MARGA DIRGANTARA
AcciónDILARANG PLAGIAT DI LAPAK INI‼️ ⚠️⚠️WARNING ⚠️⚠️ ADA ADEGAN KEKERASAN‼️YANG BOCIL MINGGIR DULU🚫🚫🚫🚫 "Lo milik gue." "Hah?" "Lo milik gue sayang. Gaada yang milikkin Lo selain gue!" .................. "Ternyata gini ya, di posesif in sama ketua ge...