REGNO [1]

1.9K 139 2
                                    

"penyelundupan narkotika seberat sembilan koma delapan ton dapat digagalkan dan diketahui oleh tim kepolisian. Pelaku diduga seorang pegawai di salah satu sekolah swasta yang sekarang tengah diselidiki oleh polisi. Tidak hanya itu, beberapa siswa juga menjadi terduga sebagai kurir narkoba"

***

"kalian siapa?" seorang pria tua dengan tubuh tambun serta rambut tipis di dahi tebal di pinggir bertanya kepada dua orang pria dengan wajah yang sangat tampan saat mereka masuk ke dalam ruangan.

"orang tua mereka" pria bertubuh tinggi diantara keduanya berujar datar kemudian duduk di kursi yang berada di hadapan mereka.

"lalu anda?" tanyanya kepada pria yang lebih pendek. Pria itu tertawa kecil dan mengibaskan tangannya. "sama. Aku papa mereka. Kalau ini Daddy mereka" ujarnya sambil tertawa melihat pria tambun dihadapannya membulatkan matanya terkejut. Sementara tiga orang tersangka yang membuat keduanya datang ke sekolah swasta ini hanya bisa mendengus kesal dan memutar bola matanya kesal.

"kalian?" pria bertubuh kecil itu hanya tertawa dan mengibaskan tangannya kemudian berbisik. "Ah, seperti tuan tidak tahu saja. Kami adalah pasangan gay"

Pria remaja bertubuh paling tinggi spontan langsung tersedak saat mendengar ucapan pria bertubuh kecil dengan tato kecil di lengannya. Sementara sang pelaku hanya tersenyum sembari melirik pria disampingnya yang duduk dengan wajah kaku miliknya. Tentu saja, dia tadi sedang tidur dengan nyenyak karena dia harus begadang mengurus berkas kantor nya yang sudah terbengkalai cukup lama mengingat aktivitas nya di Miami cukup sibuk.

"Sinting" gumam remaja tersebut pelan melihat kegilaan dua orang dihadapan mereka yang mengaku ngaku sebagai pasangan sesama jenis.

sementara pria bertubuh kecil itu menjalankan drama dadakannya di hadapan pria tambun dihadapannya. Wajahnya tersenyum tanpa dosa, meyakinkan bahwa dia benar benar seorang pasangan gay. Senyumannya begitu cerah, tidak menunjukkan kalau semua itu adalah tipuan semata.

"kalian masih terlalu muda" pria tambun dihadapannya tentu saja tidak percaya apalagi melihat dua pria dihadapannya berjarak tidak terlalu jauh dari tiga orang remaja berseragam yang mendapat sanksi akibat perkelahian antar remaja.  Mereka berdua nampak terlalu muda untuk menjadi seorang papa dan daddy dari tiga orang anak remaja yang tengah menempuh pendidikan sekolah menengah atas.

pria kecil tadi sontak mengibaskan tangannya. "tidak ada batasan usia untuk membantu sesama bukan? Walau mereka berbeda tidak terlalu jauh tapi di dalam status mereka anak anak kami. Jadi aku masih saja menjadi papa mereka" ujarnya santai dan memberikan pembelaan. Pria bername tag mark yang sedang duduk di kursi tunggu bahkan hampir muntah mendengar alasan tidak masuk akal dari pria yang menjadi wali nya dan mengaku adalah papanya


Alasan yang sangat bodoh dan sialnya pria yang tidak lain tidak bukan adalah kepala sekolah mempercayai alasan konyol tersebut. Bodoh sekali, bukan?

Orang bodoh yang tengah membodohi orang bodoh.

"jadi apa yang anak anak kami lakukan sampai bapak meberikan surat pengeluaran mereka dari sekolah?" Pria bermata doe tadi bertanya dengan santai sementara pria bertubuh besar di sampingnya hanya terdiam, duduk sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Menyaksikan kapan drama picisan sialan ini akan berakhir. Dia tidak ingin membuka mulutnya sama sekali atau bisa bisa dia mati karena memiliki skenario yang berbeda dengan pria disampingnya.



"Mereka bertiga terlibat pengeroyokan hingga membuat salah satu siswa masuk rumah sakit dan mengalami pendarahan. Oleh karena ini bukan kali pertama mereka bertiga berulah, kami dari pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan mereka dari sekolah" pria bermata doe itu hanya mengangguk anggukan kepalanya. Tidak terlalu peduli dengan alasan pria tambun di depannya mengapa mereka mengeluarkan tiga remaja tampan yang wajahnya sudah seperti bebek rebus.


"maafkan anak anak saya, tuan. Boleh minta surat pengeluaran mereka? Saya akan mendidik mereka dengan hal lebih baik" pria bermata bulan sabit hanya berdecih mendengar bualan pria berumur lima tahun lebih tua darinya. Mendidik lebih baik apanya? Mereka menjadi lebih gila iya.

Setelah mendapat surat pengeluaran dari sekolah, lima pria yang berada di ruangan itu segera memberikan tanda tangan sebagai raja bukti bahwa mereka bertiga sudah resmi keluar dari sekolah.

"pasangan gay? Tidak adakah hal yang lebih elit daripada itu?" Mark langsung protes begitu mereka berdua keluar dari kawasan sekolah di miami.

Pria bermata besar hanya mengangkat bahu. Ia kemudian menyobek nyobek surat pengeluaran ketiga remaja yang sekarang mulai masuk di mobil belakang secara bergantian sebelum membakarnya. Memastikan tidak ada jejak yang terlihat saat mereka pergi.

Ia kemudian menatap bosan api yang belum padam. "tidak ada alasan lain, toh kita akan segera pergi dari sini" jawabnya santai sebelum masuk ke dalam Mercedez miliknya seusai memastikan kertas pengeluaran mereka bertiga dilalap api hingga tersisa debu yang berterbangan. Sebelum masuk ke dalam Mercedez rongsokan yang ia beli di temannya,  ia melemparkan kunci nya ke arah pria tinggi yang tadi menyamar sebagai suami palsunya.

"Jay, kau yang menyetir. Langsung ke bandara" pria yang dipanggil Jay hanya mendengus dan dengan terpaksa memutar tempat duduk padahal ia tadinya sangat malas untuk menyetir.


"kita akan pergi kemana lagi? Ada misi lagi?" Si bungsu namun sayang bertubuh paling tinggi bertanya di tengah tengah perjalanan menuju bandara. Mereka bertiga terpaksa duduk berdesakkan di kursi belakang. "Menurutmu saja bagaimana, sungchan?" Sungchan, si bungsu hanya bisa mengangkat bahu.


"memangnya kita ada misi lagi?" Pria bermata bulan sabit, Jeno, bertanya kepada dua orang yang berada di depannya. Jay yang sedang menyetir hanya mengangkat bahu. Ia sendiri juga tidak tahu hendak kemana lagi tujuan kali ini. Ia hanya bertugas menyetir. Entah apa yang pria gila disampingnya itu pikirkan.


"ah Jay, tolong belikan aku burger. Aku lapar sekali. Sarapanku tadi kurang" dengan nama taeyong, pria bermata besar itu sedikit merengek kepada Jay yang sedang menyetir. Membuat pria yang lebih muda dua tahun dari taeyong itu memutar setir nya menuju restoran cepat saji terdekat. Enggan mendengar rengekan pria disampingnya lebih lama.


"Ya! Taeyong! Katakan! Kemana kita akan pergi?" Mark berujar kepada pria yang empat tahun lebih tua dari dirnya yang tengah memakan coklat yang ia bawa.

"Ya! Aku lebih tua darimu, bodoh! Setidaknya panggil aku kakak, Abang, atau Hyung seperti pria pria Korea yang lain!" Mark memutar bola matanya malas. "aku orang Kanada, asal kau lupa"

"Jadi, kemana kita akan pergi?"

Taeyong melihat ketiga orang yang masih pakai seragam dari kaca mobil sebelum tersenyum riang.

"ketempat dimana kita akan hidup sebagai manusia yang normal"

———

Indonesia, 8 Mei 2022

REGNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang