REGNO [34]

666 114 2
                                    

"kak Mina, kak Mina baik baik aja?" sungchan yang sedang mengerjakan tugas nya di meja ruang tengah bertanya kepada kakak iparnya yang terlihat pucat.

mereka (Mark, Mina, Jeno, dan sungchan tengah belajar di ruang tengah), taeyong sedang pergi keluar bertemu dengan kenalannya entah yang mana dan jaehyun sedang memanfaatkan waktu libur mereka untuk berkencan dengan rose.

Ketika Mark sedang mengambil modul di lantai atas, sungchan beberapa kali melihat Mina sedang menutup mulutnya. Wajahnya berubah menjadi pucat sepucat mayat.

"Kakak ke toilet sebentar ya" pamit Mina kepada adik iparnya sebelum berlari ke toilet. Sungchan menyenggol Jeno. "Menurut lo, kak Mina kenapa?" Jeno mengangkat bahu. "Mana gue tahu. Gue ke kak Mina. Lo panggil Abang ya. Gue takut kenapa napa"

sungchan menganggukkan kepalanya kemudian berlari menuju lantai atas, mencari dimana mark berada sementara Jeno menyusul Mina ke kamar mandi dapur. Berjaga jaga jika terjadi sesuatu pada kakak iparnya.

"Kak Mina, you okay?" Jeno perlahan mengetuk pintu kamar mandi. Tidak ada suara Mina di dalam, hanya ada suara keran mengalir.

"Kak Mina?" Jeno mengetuk lebih keras dan menaikkan nada suara nya, memastikan apakah Mina di dalam baik baik saja. Jeno menoleh saat mark dengan tergesa mendekat.

"minaa. Ini Mark. You hear me?" Mark mengetuk pintu, lebih tepatnya menggedor pintu lebih keras.

"Ngga dikunci, bang" ujar Jeno membuat Mark segera masuk ke dalam. Tadi memang Jeno sudah mengecek apakah pintu sudah terkunci atau belum, tapi dia tidak mungkin masuk karena ada mark yang merupakan suami Mina.

Dengan tergesa mark berjalan masuk.

Pemandangan pertama yang Mark lihat adalah istrinya yang terduduk di lantai kamar mandi sembari memegangi perutnya. Wajahnya sudah pucat, tidak ada rona lagi di wajahnya. Ia merintih kesakitan. Mark melirik lantai, ada noda darah.

"God" ucapnya spontan. Ia kemudian mendekat ke arah Mina. Mina mendongak sambil menangis. "sakit, Mark"

"Kita ke rumah sakit sekarang. It's okay. Kamu dan baby bakal baik baik saja" ujar Mark mencoba menenangkan istrinya, ia kemudian langsung menggendong mina yang merintih kesakitan.

"Kak mina, kenapa?" Jeno bertanya begitu Mark keluar dengan Mina di gendongan nya.

"anterin gue ke rumah sakit jen, buruan" Jeno menganggukan kepalanya, ia kemudian menyambar kunci mobil milik mark. "Lo tunggu sini. Kabarin bang jae sama bang taeyong kalau kita ke rumah sakit" Jeno memberi perintah kepada sungchan yang langsung diangguki oleh si bungsu.

Jeno benar benar melajukan mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi dan untung saja tidak sedang macet sehingga mereka hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di rumah sakit terdekat.

Cepat cepat Mark segera berlari menuju rumah sakit begitu Jeno menghentikan mobilnya di pintu dekat unit gawat darurat.

"gimana?" Jeno yang baru saja memarkirkan mobilnya bertanya kepada Mark yang sekarang terduduk di ruang tunggu. Mark menggelengkan kepalanya lemah. "gue ngga tau. Gue takut" ujar nya sambil menundukkan kepalanya, kedua tangannya menangkup kedua wajahnya yang frustasi. Jeno hanya bisa meremas bahu abangnya.

Leonardo, julukan mark yang diberikan oleh pusat. Leonardo memiliki arti singa pemberani. Mark tidak pernah takut terhadap apapun. Dia berani menyelundup masuk ke dalam puluhan orang yang menjadi daftar hitam REGNO, dia berani lompat dari gedung tinggi walau dia memiliki phobia ketinggian, bahkan dia berani menyelam di lautan bebas sendirian. Sesuai namanya, Mark tidak pernah takut terhadap apapun. Dia pemberani layaknya singa yang mendatangi musuhnya.

Dan sekarang, kali pertama Jeno melihat sang singa menunduk ketakutan.

"kak Mina dan baby bakal baik baik aja, percaya sama Jeno" mark hanya terdiam saat jeno duduk di samping nya. Mark sedikit mengetahui apa yang kemungkinan terjadi dengan Mina

"bagaimana dokter?" Jeno bertanya kepada dokter yang baru saja mengobati Mina.

"Anda keluarganya?" Mark berdiri. Ia kemudian bangkit. "Saya suaminya, dokter" ujarnya.

"Boleh ikut saya sebentar?" Mark menganggukkan kepalanya. Jeno menoleh. "gue tunggu di ruangan kak Mina, ya" ujarnya sambil menepuk bahu kakak berbeda satu tahun darinya. Mark hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis. Ia kemudian berjalan mengikuti dokter.

Mark kembali setelah dua puluh menit berbicara serius dengan dokter. Ia kemudian menoleh ke arah ranjang Mina dimana istrinya masih tertidur. Jeno menunggu di kursi yang tidak jauh dari ranjang Mina.

"gimana?" Mark tersenyum tipis. "mereka baik baik saja" jawab mark pelan. Jeno menganggukan kepalanya.

"mark" Mina membuka matanya pelan, memanggil lirih nama suaminya. Mark mendekat. Menggenggam tangan istrinya. "aku disini" gumamnya.

"Mark, baby gimana? Dia baik baik aja kan? Kita ngga kehilangan dia kan?" Mina kemudian terduduk sambil memegangi perutnya. Memastikan kehidupan di rahimnya tidak apa apa. Dia tadi mengalami pendarahan. Apakah dia kehilangan putra pertamanya?

"hei hei liat aku. Baby nya baik baik aja. Kita ngga kehilangan dia. Tapi.." Mina mendongak. Menatap Mark. "tapi?"

Mark menghela napas. "yang aku khawatir kan itu kamu, Mina. Ada masalah pada tubuh kamu. Jadi untuk sementara waktu sampai kamu pulih, kamu bakal di rawat secara intensif di rumah sakit sampai kamu bener bener sembuh. Ngga apa apa ya?" Ujar mark pelan. Mina menoleh ke arah Mark, mengerutkan keningnya kenapa harus dirinya dirawat disini?

"Mina, kehamilan kamu bermasalah karena kamu masih muda. Terjadi pendarahan tadi. Mual mual kamu masih parah. Jadi, dokter menyarankan kamu untuk diobservasi lebih lanjut buat melihat perkembangan kalian. Apakah kamu ada masalah buat kedepannya atau engga. Apakah berbahaya bagi baby atau tidak. Jadi ngga apa apa ya kamu tinggal di rumah sakit, sampai setidaknya kamu kuat bawa baby ke rumah?" Mark menjelaskan pelan pelan sambil menarik Mina ke dalam pelukannya. Ia menelan ludahnya saat mengingat perkataan dokter yang tidak bisa dia katakan.

Karena kehamilan Mina, bisa membunuh nyawa Mina sendiri. Dan Mark tidak siap dengan hal itu.

"Berapa lama?" Mina mendongak. Mark tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. "tergantung kamunya. Kalau kamu sembuh dan bisa nunjukin perkembangan, mungkin dokter bisa mengizinkan kalian untuk pulang" jawab mark berusaha menghibur istrinya.

"tapi ujiannya?" Mark menghela napas. "kamu harus sembuh sampai ujian ya? Nanti kita daftar kuliah bersama sama. Jangan khawatir. Aku disini. Aku bakal bantu kamu belajar setiap pulang sekolah. Jangan khawatir tentang apapun. Sekarang fokus saja dengan baby dan kesehatan kamu. Okay?" Mina menganggukkan kepalanya, ia mengusap usap perutnya.

Mark mengecup dahi istrinya. "baby is fine. Baby will be fine. Don't worry" ujarnya berusaha menenangkan.

Jeno hanya terdiam, menatap keduanya dari dekat pintu kamar kemudian berjalan keluar. Ia menghela napas. Menjadi Mark itu tidak mudah ternyata.

---

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie

REGNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang