REGNO [23]

722 123 13
                                    

"i'm sorry. Adanya mie instan di dapur kamu dan you know, aku tidak berteman baik dengan dapur dan jam segini tidak ada yang buka karena hujan" Jeno sambil mengusap tengkuknya yang tidak gatal sambil menyengir mengangkat semangkuk mie instan alakadarnya yang bisa dia buat.

Ini hal bodoh Jeno akui memberi makan mie instan kepada orang yang tidak makan selama dua hari. Tapi mau bagaimana, Jeno tidak bisa mengambil resiko apartemen yeji kebakaran. Kemampuan memasak Jeno itu buruk, walau tidak seburuk mark yang pernah membuat rumah mereka di Texas kebakaran karena ulah bodohnya.

Yeji yang baru saja berganti pakaian hanya bisa tersenyum tipis. "Thank you" ujarnya pelan sambil menerima mangkuk yang Jeno berikan. Ia saat ini tengah duduk di ranjang. Rambutnya sudah ia potong pendek dengan bantuan Jeno walau tidak terlalu rapi tapi setidaknya tidak berantakan seperti yang tadi.

"Habiskan" ujar Jeno sambil berjalan untuk membersihkan kamar yeji. Ia kemudian berjalan sembari memunguti tisu dan membereskan pecahan pecahan kaca yang berserakan di lantai agar tidak terinjak oleh siapapun.

Jeno kemudian mengambil beberapa benda tajam yang hampir melukai tubuh yeji yang untung saja belum pernah dia lakukan karena Jeno keburu datang. Ya walaupun rambut panjang bergelombang milik yeji menjadi korban. Tapi tidak apa apa. Mungkin besok Jeno akan mengajak yeji untuk pergi ke salon untuk merapikan rambut nya.

"habiskan dulu, aku mau merokok sebentar di luar" ujar Jeno saat pekerjaan nya sudah selesai. Ia kemudian membawa gunting dan beberapa silet untuk ia amankan.

dengan membuka pintu yang menyambungkan kamar yeji dengan balkon, Jeno kemudian berjalan untuk duduk di kursi yang memang selalu yeji sediakan di balkon untuk duduk di sana.

Hujan masih turun dengan derasnya, membuat Jeno sedikit menggigil kedinginan apalagi bajunya belum sempat ia ganti. Ia kemudian mengambil satu batang rokok dari saku belakangnya kemudian menyalakan nya. Membiarkan tubuhnya hangat dengan benda bernama rokok.

"kenapa disini? tidur lagi aja" Jeno sedikit melipir saat yeji membuka pintu menuju balkon dan memilih duduk di samping Jeno yang sekarang berdiri dan menyingkir dari yeji. Dia tidak mau wanita disampingnya terpapar asap rokok.

"Can't sleep" ujar yeji sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Jeno menganggukan kepalanya. "bentar ya, habisin sebatang dulu" ujarnya melanjutkan merokok. Yeji hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Kenapa? Ada yang aneh sama badannya?" Jeno mendekat setelah memastikan rokoknya sudah habis. Ia kemudian melepas jaket kulitnya kemudian memberikannya kepada yeji.

"dipakai, dingin" ujar nya kemudian duduk di samping yeji. Membiarkan dirinya memakai baju yg kebasahan sementara jaketnya ia berikan kepada wanita disampingnya.

"bajumu basah? Ganti aja. Pake Hoodie ku kayanya muat" yeji menawarkan. Jeno menggelengkan kepalanya. "udah kering, kok. Aku kuat dingin" ujar Jeno singkat. Tinggal di benua Amerika membuat dirinya kebal terhadap cuaca dingin, apakah dia tinggal di negara paling dingin di sana.

"besok kita bolos aja, gimana?" Jeno memberi usul.

"bolos?" Yeji yang tadi sedang merapikan jaket Jeno di tubuhnya menoleh ke arah Jeno. Jeno menganggukan kepalanya.

"beli perlengkapan study tour sama anterin buat tato" yeji mengerutkan keningnya. "tato?" Jeno menganggukan kepalanya.

"kalau aku buka baju, kamu oke kan?" Tanya Jeno. Ia kemudian membuka kaos nya.

Yeji terperangah melihat punggung Jeno. Ada beberapa luka yang terlihat samar di sana dan ada luka melintang di dada bagian atas nya dekat dengan leher yang saat itu yeji lihat di UKS.

"Jen.." Jeno hanya tersenyum tipis.

"kenapa?" Jeno bertanya pelan. "itu luka kamu.." Jeno tersenyum.

"mau sentuh?" jeno menawarkan. Ia kemudian berbalik. Kali ini yeji bisa melihat ada beberapa luka yang ada di punggung Jeno.

"ini kenapa?" jeno tanya yeji. "Kesiram air keras saat umur ku sepuluh tahun" Jeno menjelaskan secara santai. "Kamu pasti lagi bercanda" ujar yeji tidak percaya. Jeno hanya tertawa.

"Benar. Ini kesiram air keras, dua luka peluru nyasar, well ada empat sebenarnya tapi ada dua di bagian bawah tubuh ada di paha sama di betis. Yang ini ya you know lah, self harm" Jeno menjelaskan secara santai tanpa beban walau dia harus berbohong perihal peluru nyasar karena pada dasarnya ia tertembak ketika misi. Yeji belum boleh dan belum bisa Jeno beri tahu sampai mereka akan menikah. Seperti Mark yang memberi tahu Mina karena mereka akan menikah.

Terlalu dini membeberkan pekerjaan nya dan terlalu riskan bagi yeji. Jeno tidak mau mengambil resiko.

"I'm okay. Ini udah ga apa apa" Jeno tertawa pelan saat yeji menatapnya dengan air mata yang tergenang. Tidak pernah ada di pikirannya, anak sepuluh tahun tersiram air keras.

"come here. Let me hug you" Jeno mendekat, membiarkan tubuh yeji memeluk tubuh bagian atas nya yang tidak lagi memakai kaus.

Jeno tidak pernah berbohong kalau dia bisa melihat yeji sama seperti dirinya. Sungguh.

"i'm okay. Aku cuma mau bilang, kamu bisa kok lewatin hari hari berat kamu. Kalau kamu ngerasa pengen nyerah karena ngga bakal ada yang bisa survive, kamu bisa lihat aku. Lihat aku sekarang. Aku survive yeji. Aku sembuh. Aku ngga gila. Aku sehat sekarang. Pun kamu. Kamu masih tetap yeji. masih tetap wanita cantik yang menarik perhatian ku saat pertama kali. Kamu masih sama cantiknya. Aku ngga tau seberapa sakit nya kamu kehilangan hal yang paling kamu jaga, but i don't care. I'm here. Ayo kita hadapi semua ini bersama sama. Ayo bangkit. Kamu ngga boleh jatuh disaat mereka masih bisa hidup bebas setelah ngelakuin hal ini sama kamu. Kamu berhak dan layak hidup, yeji. Kamu sempurna seperti dulu dan akan selalu menjadi wanita sempurna untukku" Jeno berbicara saat tubuh yeji bergetar karena menangis saat memeluknya. Ia mengusap usap punggung wanita di pelukannya.

"Kenapa kamu masih disini, Jeno? Why? Aku kotor" Jeno mengeratkan pelukannya kepada yeji saat yeji bergumam keras disela sela pelukannya.

"no, kamu ngga kotor yeji. Jangan pernah beranggapan begitu, i'm here. Aku punya janji buat nangkap mereka biar kamu bisa tidur nyenyak. Bisa tunggu sebentar lagi? Biar aku bisa tangkap mereka dan mereka ngerasain apa yang kamu rasain. Tunggu sebentar, ya? Sebentar lagi sampai urusanku selesai?" Ujar Jeno berbisik sambil menghapus air mata yeji yang mengalir begitu deras. Tidak pernah ada pria yang benar benar seperti Jeno. Bahkan kakak kembarnya saja tidak bisa seperti ini. Yeji merasa dicintai oleh pria dihadapannya.

"i know aku bukan pria baik baik. Aku cowo brengsek. But, can you give me a chance to stay here with you?" jeno meminta izin setelah sekian lama sta
berada di samping wanitanya. Jeno akui, dia bukan pria baik baik. Dia pria brengsek yang bisa menjatuhkan wanita dalam sekali kedip. Tapi tidak bagi seseorang di pelukannya.

yeji tidak bisa membalas apapun selain pelukan dan sebuah ciuman yang disambut baik oleh si tampan.

persetan dengan dunia dan segala lukanya, biarkan mereka merasakan apa yang disebut cinta.

---

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie 👍

REGNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang