REGNO [55]

600 109 2
                                    

"Balik sendirian? mau gue sama renjun anterin?" Lia bertanya kepada yeji yang berjalan keluar kelas sambil menggendong ransel miliknya. Yeji menoleh ke arah sahabatnya kemudian menggelengkan kepalanya. "Kalian kan mau jalan, masa harus nganterin gue?" tolaknya pelan.

"ya gapapa, santai aja kan njun?" Renjun  dengan tas di bahu mengangguk. "Gue anter yuk daripada harus naik bus, lama. Udah sore mau malem juga" ujar renjun. Yeji menggelengkan kepalanya.

"ngga usah, njun" tolaknya tidak enak. Renjun mengibaskan tangannya.

"kalau lo pikir bakal ngerepotin gue, lo salah besar. Asal lo tau aja gue malah seneng soalnya bisa lama lama berduaan--aduh" ucap renjun yang dibalas cubitan oleh lia di pinggangnya membuat renjun mengaduh karena rasa panas dan perih di pinggangnya.

"ya udah boleh deh" ujar yeji. "Nah gitu dong" lia menyahut. Mereka bertiga kemudian naik ke dalam fortuner milik renjun. Jangan salah, kecil begitu, renjun bahkan bisa mengendarai Kawasaki ninja miliknya sendiri. Ya walau setelah itu diledek habis habisan oleh haechan katanya takut terbang dibawa ngebut.

Please, renjun tidak sekecil dan seringan itu.

"Jeno balik kapan emangnya?" lia melirik yeji yang duduk di bangku belakang. Yeji tersenyum dan menggeleng. "Belum dikabarin, gue chat lima hari yang lalu dan dia bilang lagi sibuk banget jadi gue ngga mau ganggu" ujarnya sambil tersenyum tipis, mencoba menepis rasa khawatirnya.

Lia dan renjun saling pandang. "Dia beneran sibuk kali. Soalnya katanya dia sama adeknya bakal keluar dari sekolah kalau akhir bulan ini mereka ngga ada informasi. Absennya udah kosong banyak dan kata walinya, mereka lagi take over perusahaan ayah mereka" renjut menyahut dengan informasi yang didapat nya dan mencoba menenangkan yeji.

"gue percaya dia, santai aja" yeji menjawab sebelum menoleh ke arah jalanan walau sesekali dia melirik ponselnya, mencari tahu ada tidaknya notifikasi yang diberikan oleh sang kekasih yang entah kemana hilangnya.

"Makasih ya tumpangannya, njun, lia" yeji berujar sambil melambaikan tangannya begitu mereka berhenti di depan apartemen milik yeji. Lia yang menurunkan kaca mobilnya ikut melambai. "hati-hati, kalau takut sendiri nanti telepon gue aja biar gue nginep di apart lo" lia dengan sedikit berteriak menjawab ucapan yeji. Yeji hanya melambaikan tangannya menatap kepergian fortuner berwarna putih milik renjun sebelum kembali ke unitnya.

"cape banget gue, kayanya berendam di bathtub enak" ujarnya di dalam lift membayangkan betapa segarnya dia berendam di bathtub sambil mendengarkan musik.

"eh tapi kayanya bikin mie instan juga enak" ocehnya lagi saat pintu lift sudah terbuka, berhenti di lantai tepat unitnya berada sebelum berjalan dan membuka pintu.

"rapi amat? Perasaan gue ngga beresin ini deh tadi pagi?" yeji mengusap hidungnya saat melihat dapurnya yang entah kenapa malam ini bersih, padahal seingat dirinya ia tidak membereskan kekacauan saat dia membuat sarapan tadi pagi.

Yeji hanya mengangkat bahu. "mama mungkin" ujarnya mencoba acuh kemudian melemparkan tas nya ke sofa secara sembarangan sebelum mendekat ke arah kulkas untuk minum minuman dingin.

yeji hampir saja melempar gelas yang sedang ia genggam saat merasakan sepasang lengan melingkar di pinggang nya yang ramping. "JANGAN DILEMPAR, INI AKU"

Mendengar suara yang sudah lama tidak ia dengar membuat yeji menghentikan gerakan tangannya. "Jeno?"

jeno yang berada di hadapan yeji menganggukkan kepalanya sembari menguap. "Iya, tadinya aku mau bilang ke kamu kalau misalnya aku pulang hari ini tapi ponselku digigit milo. Dan sorry kalau aku pake kamar kamu buat tidur, aku ngantuk" ujarnya serak tanpa dosa. Ia bahkan mengusap usap perutnya.

yeji meletakkan kembali gelas yang sudah ia angkat sambil memijat pelipisnya pelan. Jantungnya sudah hampir merosot ke usus halus saat ada seseorang yang menyentuh nya tadi. "kamu tau ngga sih aku udah hampir jantungan gara gara ngebayangin kamu itu maling mesum?"

Jeno menguap kemudian menyengir. "ya kan aku bukan maling" ujarnya tanpa dosa.

"iya iya maaf"

"miss me?" Ujar jeno menyengir kemudian melebarkan kedua tangannya. Yeji mendengus kemudian berjalan memeluk tubuh kekasihnya. "miss you so bad" gumamnya. Jeno tertawa pelan, meletakkan dagunya diatas puncak kepala si cantik. "Sorry bikin khawatir, aku bahkan kesini belum beli ponsel" ujar jeno.

"jadi?" Jeno tersenyum lebar saat yeji mendongak.

"Ayo kita jalan jalan ke tempat yang kamu mau"

***

jeno baru saja turun dari bus dan harus berjalan beberapa meter dari halte selepas pulang berjalan jalan dengan yeji. Ditangannya sudah ada kotak handphone keluaran terbaru serta enam cheese tea untuk saudara saudaranya karena tadi sungchan menitip.

Sebenarnya jalanan malam hari tidak terlalu gelap mengingat jeno pulang baru pukul delapan lebih dua puluh dan masih ada beberapa kendaraan yang lewat dan sekarang juga tidak sedang hujan. Jadi dia bisa dengan tenang berjalan sendirian di malam hari.

"Kalian kenapa?" Jeno bertanya saat ia masuk ke dalam rumah disuguhkan pemandangan yang menurutnya aneh. Keenam saudaranya (mina dan seulgi malam ini ikut berkumpul) duduk dengan diam di ruang keluarga.

jaehyun sedang duduk di karpet, bersandar di bahu sungchan sambil memakan chips miliknya, pun dengan sungchan yang sesekali mengambil dari jaehyun. Mina tengah duduk di sofa sambil mengelus perutnya yang besar dan mengunyah semangka sementara Mark disampingnya mengusap usap perutnya sambil sesekali menerima suapan dari mina. Dan seulgi yang masih memakai pakaian kerjanya hanya duduk sambil menghela napas.

"menurut lo gimana?" Taeyong bertanya kepada jeno yang baru saja datang sambil meletakkan cheese tea nya. Jeno menoleh. "Apaan?" Tanya nya sambil bergabung di sebelah jaehyun dan sungchan.

"thank you, jen. You save my day" seulgi berterimakasih kepada jeno sambil meminum cheese tea miliknya. Jeno menganggukan kepalanya bingung. Ia menoleh ke arah jaehyun yang menggelengkan kepalanya. "diem aja" jaehyun berbisik di telinga jeno yang duduk disampingnya.

"GUE TAU" mereka semua menoleh ke arah taeyong yang tiba tiba menggebrak meja. Jeno menoleh dengan heran. "tau apa?"

"gimana caranya kita dapet duit banyak dalam waktu satu hari" jeno mengerutkan keningnya. "hah? Gimana?"

Taeyong tersenyum sumringah. "benar. Judi. Kita malam ini akan berjudi"

———
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie 👍👍

REGNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang