"langsung balik jen?" Hyunjin menyapa jeno yang baru saja menghentikan ducati hitamnya di depan rumah mereka setelah mengajak yeji jalan jalan.
"iya nih. Ada yamg harus diurus soalnya" ujarnya setelah melakukan tos dengan hyunjin.
"aku duluan ya, langsung tidur" jeno mengacak rambut yeji sebentar sebelum berpamitan dan naik kembali ke motornya.
"Duluan ya, nitip salam buat tante. Buru-buru soalnya" hyunjin dan yeji menganggukan kepalanya. "Hati-hati" ujarnya. Jeno hanya membunyikan klakson pertanda dia berpamitan.
"Seneng banget kayanya?" Hyunjin meledek adiknya yang tersenyum cerah setelah seharian bersama kekasihnya. "iya dong"
***
Jeno memarkirkan motornya di tempat parkis dari sebuah klub malam. Tentu saja belum ramai orang yang datang karena sekarang jam sembilan malam. Mereka biasanya akan datang ketika jam menunjukkan pukul sebelas.
"Mario, long time no see" seorang wanita berpakaian minim langsung merangkul lehernya kemudian menciumnya. "hi, tamuku udah datang?" Ujarnya sambil merangkul wanita yang menciumnya.
"udah. Dia sedang duduk" ujar wanita itu menunjuk seorang pria yang sedang menggoyang-goyangkan gelas berisi martini miliknya.
"Biasa ya" ujarnya mengedipkan matanya saat dia sudah duduk di kursi berhadapan dengan tamunya yang menatapnya terkejut karena baru saja melihat sisi liar dari jeno.
"Wait a minute, handsome" ujarnya kemudian meninggalkan jeno dan tamunya yang nampak terkejut.
"Kenapa? Kaget ya?" Jeno mengangkat bibir kanannya saat pria dihadapannya terkejut. Ia kemudian mengeluarkan rokok dari saku celananya dan segera menyalakan nya, membiarkan asap dari rokok nya menguar di udara.
"gue ngga tau kelakuan lo kaya gini, beneran" jeno hanya tersenyum saat jaemin, tamunya malam ini mengutarakan rasa terkejutnya melihat abang tirinya dengan santai memeluk wanita yang entah darimana asalnya.
"Well, sekarang lo tau kan gue ngga sebaik itu?" Jeno menjawab acuh. Ia kemudian tersenyum saat melihat seorang pria yang sepertinya seorang pelayan membawakan sebotol minuman dengan kadar alkohol yang paling tinggi untuknya. "thanks, kai" ujarnya sambil menepuk bahu pria tinggi bernama kai. "Enjoy your drink, mario. I have to go" kai kemudian kembali lagi ke tempat nya setelah memastikan minuman milik mario mendarat di mejanya.
"jadi, mau ngomong apa?" Tanya nya sambil menuang alkohol miliknya ke dalam gelas. Kemudian meneguknya dalam sekali teguk menimbulkan rasa panas terbakar yang begitu nyaman di telinga nya.
"Gue disuruh mama buat tanya papa gimana? I mean, kita ngga tau harus ngapain buat bilang di media" jaemin bertanya kepada jeno yang hanya tersenyum tipis, menggoyangkan gelas nya yang baru saja kembali di isi minuman beralkohol.
"dia aman sama gue. Belum gue apa-apan tenang aja. Kalau buat media, kalian ngga usah ngomong apa-apa. Lo cukup siapin diri lo buat naik tahta di hadapan publik" jeno menjawab dengan santai.
"Kenapa gue? Bukannya harusnya lo yang naik? Kan separuh semuanya punya lo?" Jeno mengibaskan tangannya. "gue ngga mau"
Mendengar itu jaemin terdiam.
"apa karena gue sama mama?" Ujarnya lirih. Dia juga sadar diri karena selama ini dia lah perusak keluarga harmonis jeno dan orang tuanya. Dia salah satu penyebab jeno pergi dari rumah dan seharusnya jeno tidak boleh begitu, rumah ini milik jeno. Jika harus pergi, jaemin dan mama lah yang harusnya pergi. Jaemin sadar diri.
"Gue bukan nya ngga mau nerima lo sama mama lo, jaemin. Tapi gimana ya? Gue hidup dari kecil sampai sekarang ngga pernah ngerasain yang namanya keluarga. Jadi gue udah terbiasa tinggal sama abang abang angkat gue dan rasa nya agak aneh buat kembali ke rumah yang bahkan ngga pernah gue rasain" jeno dengan santai menjelaskan, ia bahkan lupa bagaimana rasanya pelukan dari ayah dan ibu. Dan baginya, keluarga dan rumah nya adalah orang orang yang sekarang ia panggil abang dan satu adik bongsor.
"Sorry" jeno menghembuskan napas nya. "bukan salah lo. Gue tau lo juga ngga tau apa apa" ujar jeno enteng, toh dia juga selama ini tidak mempermasalahkan keberadaan jaemin dan mamanya karena ia tau dua orang itu korban dari si bajingan.
"Papa bakal mati?" Jeno terdiam saat jaemin bertanya pelan.
"lo maunya gimana? Kalau gue udah ngga pernah nganggep dia. Gue ngganggep dia udah mati dari awal, jadi mau dia mati dia hidup tetep aja dia udah mati di hadapan gue. Makanya gue tanya sama lo, lo kalau dia mati, udah siap kehilangan papa?" Jeno kembali membalik pertanyaan yang jaemin ajukan.
"Lo bisa pikir-pikir nasib papa mau gimana. Yang jelas dia bisa mati saat ini juga kalau lo ngasih persetujuan kematian dia. Dan santai aja, gue ngga benci lo sama mama lo sama sekali. Malah gue seneng ketemu keluarga lama gue cuma ya gitu gue ngga bisa balik bareng sama kalian" jeno berujar.
"Jadi, abang?" Jeno hanya tersenyum saat mendengar jaemin memanggilnya dengan panggilan yang berbeda. "Jeno aja"
"Your request, sir" wanita yang tadi datang dengan jeno kembali menghampiri sambil tersenyum cerah, rambutnya yang pirang ia biarkan terurai kemudian duduk di samping jeno sambil memberikan jeno sebuah map. Beruntung, mereka berada di ujung ruangan yang sangat jauh dari keramaian. Wanita muda itu lantas mendudukan dirinya di paha kanan jeno, menutupi pandangan orang-orang agar jeno tidak terlihat.
"Good job, winter" wanita yang dipanggil winter hanya tersenyum sambil memainkan ujung rambutnya.
"Dia siapa? Tampan sekali" winter berkedip kedip manja melihat jaemin yang duduk dengan kikuk. "Tampan?" Jeno mengangkat alis.
Winter menyengir. "Kau lebih tampan di mataku, mario. Tenang saja"
"Dia adikku. Jangan macam-macam. Dia sudah punya pacar" jeno menyahut dengan santai sembari membuka map yang winter bawa.
Sebuah map yang berisi foto-foto orang orang nomor satu di negara ini dengan beberapa menteri yang terlibat kecurangan. Sebuah perbincangan di tempat yang sangat rahasia yang hanya bisa ditemukan oleh orang orang khusus. Jeno tersenyum saat melihat informasi yang ada di genggamannya cukup.
"Kenapa lihat aku terus tampan? Aku cantik, ya?" Winter menggoda jaemin yang menatapnya aneh. Bagaimana tidak? INI JENO SEDANG BERSELINGKUH TERANG TERANGAN DIHADAPANNYA DAN DIA TIDAK TAHU HARUS BEREAKSI APA.
"jangan mengganggunya, winter" Jeno menegur winter yang dibalas dengan kerucutan di bibir. Mario ini sangat tidak bisa diajak bercanda
"Bayarannya nya sudah kan ya? Nih gue tambahin buat jajan" winter bersorak begitu senang saat jeno mengeluarkan setumpuk uang yang ditutup dengan map coklat yang ia simpan di balik saku jaketnya yang menggembung.
"You're the best, mario" ia dengan senang hati langsung menerima dan memeluk uang yang diberikan oleh jeno dengan senang, layaknya memeluk boneka mainan.
"Kenapa lo liatin gue bingung?" Jeno bertanya kepada jaemin yang hanya mengedip ngedip bingung.
"gila. Lo ngelakuin kaya gini, yeji tahu?" Jeno hanya tertawa kemudian mengelus rambut pirang winter yang bergoyang kesenangan memeluk uang puluhan juta yang berada di pelukannya.
"ya jangan sampai tahu" jawabnya enteng. Jaemin mendelik. Abangnya benar benar sinting?
"Oh ya jaemin, gue manggil lo kesini bukan tanpa alasan" ujar jeno menatap jaemin yang kembali menatap nya serius. "Apa?"
"Gue minta lo fokus ngelanjutin usaha papa dan biarin dunia tau kalau donghae hanya punya satu anak. Gue bakal bekerja di bawah, ngurus hal hal yang bahkan hukum sendiri ga bisa ngurus. Gue butuh lo buat ngelanjutin ini dan cover gue, bisa?"
———
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie
KAMU SEDANG MEMBACA
REGNO
FanfictionBritish English: kingdom /ˈkɪŋdəm/ noun A kingdom is a country or region that is ruled by a king or queen.