REGNO [17]

696 120 2
                                    

"Jen, yakin mau balik sendiri?" Haechan bertanya kepada Jeno yang sedang menyalin tugas. Jeno menoleh dan mengangguk. Ia tadi sengaja skip kelas karena adiknya, sungchan, sakit dan terpaksa dia harus menunggu bergantian dengan mark karena sungchan sendiri enggan pulang.

kata jaehyun tidak apa apa, ada dokter di sekolah jika terjadi apa apa. Nanti biar pulangnya dijemput jaehyun sekalian dari kampus karena taeyong sedang ada urusan di kantor pusat membuatnya sudah tiga hari tidak pulang.

Dan sekarang, Jeno harus menyalin materi dan tugas yang hari ini ia tinggalkan. Tentu saja dia tidak bisa mengerjakan di rumah pada malam hari. Dia sekarang bekerja menjadi joki tugas, untuk menambah uang guna mengganti ponselnya.

Dia tidak enak terus meminta kepada taeyong.

kan sudah dibilang Jeno hanya punya saudara-saudaranya saja. Dia tidak punya ayah dan ibu. Dan kebetulan ada Taeyong yang dengan suka rela membesarkan keempat nya hingga besar sampai saat ini. Tidak enak juga dia meminta macam macam walau pasti akan dibelikan kakaknya.

"ya udah, gue duluan. Baliknya naik bus aja udah mau hujan nih" haechan kembali berteriak memperingati dirinya. Jeno menoleh ke arah jendela, benar saja. Awan gelap sudah mulai terlihat dan bisa Jeno yakini, sebentar lagi hujan pun akan turun. Oleh karena itu, Jeno mempercepat gerakan tangannya.

Benar saja, Jeno baru saja keluar dari kelasnya lima belas menit kemudian dan hujan sudah turun dengan derasnya membuat Jeno yang tadinya hendak mengeluarkan skateboard miliknya mengurungkan niatnya. Bisa digeprek jaehyun jika dia pulang basah basahan.

Satu satunya cara agar dia bisa pulang adalah dengan bus. untung saja Jeno tidak lama menunggu, bus langsung datang. Cepat cepat dia naik ke dalam dan duduk di kursi kosong yang tinggal satu.

Bus berhenti cukup lama, Jeno bahkan memejamkan matanya sebentar untuk beristirahat. Badannya entah kenapa rasanya lelah sekali. Sungguh. ia ingin sekali tidur di ranjangnya seharian penuh mengingat besok dia libur sekolah dan bisa tertidur hingga siang hari.

Jeno tidak duduk di samping jendela karena semua kursi di bus sudah penuh dan hanya tersisa satu yang berada di samping seorang wanita paruh baya.

Dengan melipat kedua tangannya yang terbalut Hoodie miliknya di depan dada, Jeno memejamkan matanya. Membiarkan skate miliknya berada di sela sela kakinya. Apalagi suara gemuruh di langit sudah mulai terdengar pertanda hujan deras sebentar lagi turun.

jeno membuka matanya saat bus berhenti untuk menaikkan penumpang. Ia mengangkat alis kanannya saat melihat siluet tubuh yang ia ketahui sedang berdiri di bus dengan tangan memeluk buku paket sementara di punggungnya masih tersampir tas punggung. Jeno melihat ke arah jendela, hujan sudah turun dengan derasnya dan mereka berhenti di depan sebuah bimbingan belajar. Pasti dia selesai bimbel.

Jeno mengerutkan keningnya saat melihat yeji, yang sedang berdiri nampak tidak nyaman dengan beberapa pria yang berdiri di belakangnya. Berkali kali, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain bahkan bergeser menjauh dari entahlah remaja remaja nakal itu.

Melihat itu, cepat cepat Jeno meletakkan ransel miliknya di kursi kemudian bangkit mendekat. Ia menarik ujung sweater yang yeji pakai. "Jeno?" Yeji menoleh.

jeno langsung menunjuk kursinya dengan dagu. "duduk disana" ujarnya sedikit menarik yeji. Ia kemudian mengambil tas nya kemudian membiarkan wanita berambut hitam panjang itu duduk di kursinya sementara dia berdiri di samping yeji. Memasang tubuhnya agar yeji tidak terlihat oleh pria pria yang berada di belakangnya.

Sepanjang perjalanan, keduanya hanya diam. Hujan semakin turun dengan derasnya dan macet tentu saja tidak bisa mereka hindari. Mengingat ini jam pulang kerja dan beberapa jalanan yang banjir membuat para supir memilih untuk memutar jalan dan tentu saja membuat perjalanan yang awalnya sebentar menjadi lama.

"berhenti" yeji yang sedikit mengantuk langsung membuka matanya lebar-lebar saat ibu di sampingnya sedikit berteriak agar supir bus berhenti.

"hati-hati" Jeno memasang tangannya di puncak kepala yeji agar wanita itu tidak terantuk pegangan saat berdiri mengingat yeji masih mengantuk sehingga Jeno memastikan agar kepala yeji tidak terkena apapun.

"thank you" yeji bergumam, ia sedikit memundurkan badannya agar wanita paruh baya di sampingnya bisa keluar.

"masuk duluan" jeno meminta yeji untuk masuk lebih dulu sehingga yeji berada di samping jendela. Yeji menurut. Membiarkan pria berkacamata itu duduk di sebelahnya.

Jeno membuka ponsel miliknya, jam menunjukkan pukul lima sore, sebentar lagi gelap.

"jam berapa?" Yeji ikut bertanya. Jeno membuka ponsel miliknya yang terdapat wallpaper dirinya dan saudara-saudara nya. Itu sungchan yang memasang, katanya biar kalau Jeno berulah, dia sadar ketika membuka ponselnya.

"jam lima lebih. Udah sore banget tapi hujannya ngga berhenti" Jeno menyahut.

"itu tadi saudara-saudara kamu?" Yeji bertanya kepada Jeno yang sudah memasukkan ponselnya ke dalam saku Hoodie ia kemudian mengeluarkan earphone miliknya karena tentu saja, bus ini memutar jalan dan jalanan sedang macet dan hujan pun masih turun dengan derasnya. Jadi Jeno berniat menyalakan musik untuk menemani perjalanan.

"iya. Adekku yang pasang wallpaper nya. Biar selalu ingat rumah katanya" Jeno tertawa kecil, pun yeji.

"tapi ganteng ganteng banget ya? Tadi aku ngga sengaja liat Abang kamu" Jeno hanya menganggukkan kepalanya. Benar. Jeno akui. Empat saudaranya itu benar benar memiliki kadar ketampanan yang luar biasa. Sungguh. Apalagi dua kakak tertuanya yang benar benar menjadi pemikat wanita nomor satu. Contohnya taeyong yang berhasil memikat anak pak menteri yang terkenal susah didekati.

"ngantuk?" Jeno bertanya kepada yeji yang tanpa sengaja menguap. Yeji menoleh dan mengangggukan kepalanya. Pulang sekolah kemudian langsung bimbel benar benar melelahkan bagi dirinya.

"bisa tolong bangunin kalau udah sampai?" Jeno yang sedang memasangkan earphone miliknya menoleh. "Oke. Di apart kamu, kan?" Tanya Jeno memastikan. Yeji menganggukkan kepalanya.

"oke, nanti aku bangunin" ujar Jeno memutuskan. "Thanks, Jen" jeno hanya menganggukkan kepalanya.

Ia kemudian kembali fokus pada lagu yang ia dengarkan sambil menikmati rintik hujan yang turun dengan derasnya. Perutnya sedikit berbunyi karena belum sempat ia isi. Mungkin nanti dia meminta taeyong memasakkan steak, mengingat sepertinya mereka masih menyimpan daging di kulkas setelah belanja bulanan kemarin. Medium ware dengan saus khas buatan kakak sulungnya itu benar benar menggoda selera-- eh?

jeno menoleh saat melihat kepala wanita disampingnya bersandar ke arah nya. Sepertinya yeji sudah terlelap sehingga dia tidak sadar.

Jeno menggelengkan kepalanya kemudian mengeluarkan tangannya dari saku Hoodie kemudian sedikit menarik kepala yeji untuk bersandar di bahunya agar lebih nyaman.

Setelah memastikan yeji nyaman, dia memasukkan kembali tangannya ke dalam Hoodie. Memilih untuk mendengarkan lagu dan pemandangan disekitarnya. Terutama wajah damai gadis di sampingnya dalam diam.

————

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie 👍🫣

REGNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang