REGNO [50]

680 113 9
                                    

apa yang paling ditakutkan seorang siswa di sekolah? benar, masa masa ujian kenaikan kelas yang mengharuskan siswa dan siswinya belajar semalaman suntuk agar bisa mendapatkan nilai yang sempurna sehingga bisa naik kelas.

seperti jeno dan teman-temannya sekarang.

Mereka terpaksa harus berangkat lebih pagi dari biasanya karena ada beberapa materi yang mereka tidak paham dan harus bertanya kepada teman lain yang lebih menguasai.

Jeno sebenarnya dengan mudah memahami semua materi disini karena kurikulum nya yang cukup tertinggal dengan sekolah lamanya dan otaknya yang bukan kaleng kaleng tentu saja bisa dengan mudah mengerjakan soal soal yang diberikan.

Dan pagi ini, di hari terakhir ujian kenaikan kelas, jeno sudah duduk manis di kursinya karena diminta oleh renjun mengajarkan pelajaran paling tidak pernah diminati oleh seluruh siswa, matematika peminatan yang tergolong ke dalam pelajaran wajib.

Dengan earphone di telinganya, jeno sudah duduk sambil mengerjakan soal soal hitungan yang dianggap akan keluar nanti.

"pagi amat" jaemin masuk ke dalam kelas dengan memasukkan kedua tangannya di balik celana abu-abunya sebelum duduk di samping jeno yang masih asik mengerjakan soal. Jeno menoleh kemudian mengecilkan volume lagu yang sedang diputar.

"iya. Renjun minta pagi tapi anaknya belum dateng" sahut jeno sambil mengambil macaron di saku tas nya, kemudian melemparkannya kepada jaemin satu untuknya juga satu. Tadi ia mendapatkan dari jaehyun yang sengaja membawanya pulang setelah berpacaran.

Jaemin yang sedang mengeluarkan bukunya menoleh. "thanks" ujarnya. Jeno hanya menganggukkan kepalanya kemudian memakan macaron miliknya dalam diam, sesekali kepalanya bergerak mengikuti irama lagu yang sedang diputar.

"Udah dateng aja kalian, pagi amat" renjun yang baru saja datang menyahut membuat jeno dan jaemin dengan serentak mengangkat kepalanya dari buku yang tengah mereka pelajari.

"sorry sorry gue telat tadi beli sarapan dulu. Nih buat kalian sekalian pasti skip sarapan tadi" renjun memberikan jeno dan jaemin sebuah kantung berisi stereofoam yang mereka tentu saja tahu, masing masing seporsi bubur ayam bagi mereka bertiga.

"thanks. Padahal ngga usah repot-repot" ujar jeno sambil meletakkan bolpoin nya kemudian  menutup bukunya untuk mengambil sarapan. Renjun hanya menggelengkan kepalanya sambil melepas jaketnya.
"Sekalian aja, gue juga laper soalnya. Jaem, sarapan dulu" ajaknya kemudian memutar kursi sehingga bisa melihat hasil pekerjaan jaemin yang duduk di belakangnya. Jaemin menguap. "thanks njun" ujarnya sambil membuka bubur nya.

Ketiganya makan dalam diam dan hanya butuh kurang dari sepuluh menit sebelum kembali fokus dengan coretan masing-masing.

"eh gue ngga paham materi yang ini, ajarin dong" renjun berujar sambil menunjuk sebuah nomor yang berisi sebuah gambar dengan beberapa rumus yang tertulis. Jeno yang merasa di panggil kemudian menoleh. "Oh ini caranya gini" ujarnya sambil menjelaskan dengan cara yang lebih sederhana.

"Ah paham paham" ujar renjun sambil mengangguk-angguk.

"weits berangkat pagi amat kalian" haechan yang baru datang menyapa teman temannya yang sedang fokus belajar. "Lo aja yang siang" renjun menyahut sementara jeno dan jaemin hanya mendongak.

"ini baru jam enam lebih dua puluh, pendek" haechan menyahut gemas sebelum beranjak membuka bukunya.

"jangan panggil gue pendek ya!"

"Ini kalian lama lama beneran mirip deh. Ngaku ngga kalau kalian saudaraan?" Haechan menunjuk jeno dan jaemin bergantian sementara yang ditunjuk mendongak secara bersamaan kemudian saling pandang dan baru menyadari kalau mereka sama sama memakai hoodie biru muda dengan gaya rambut yang sama, disisir ke samping.

Jaemin tersenyum. "Ya kali"

***

ketika ujian dimulai, suasana ramai yang biasa didengar di kelas ini berubah menjadi sunyi. Tidak ada yang berbicara di kelas. Mereka semua fokus kepada kertas dan lembar jawab masing masing. Ada yang mendengus karena salah menghitung, ada yang tersenyum karena jawaban asal nya ada di pilihan.

Keheningan di ruangan kelas ini berubah seratus delapan puluh derajat saat suara orang orang dari luar berteriak keras saling bersahutan membuat mereka semua menoleh.

"Kalian tenang dulu. Biar bapak lihat dulu apa yang sedang terjadi" seorang guru yang mengawasi hari ujian terakhir mereka nampak keluar untuk mengecek kondisi.

"Apaan sih ribut amat?" Somi bertanya sambil melihat ke arah jendela dimana sekarang bukan hanya suara suara yang terdengar, murid murid dan guru guru kelas sebelah berbondong-bondong keluar dari ruang kelas sambil berteriak.

"Kalian keluar, langsung keluar dari gerbang sekarang" guru pengawas ujian mereka nampak berteriak begitu mendengar suara sirine terdengar begitu kencang. Jeno yang tadi mengerjakan soalnya langsung berlari.

Ia meraba punggung nya, mengecek magnum miliknya masih ada di posisi nya atau tidak. Antisipasi jika ada kejadian yang tidak terduga yang dapat mengancam nyawa siapapun.

Setelah memastikan magnum miliknya ada, hal yang pertama kali dia lakukan adalah mencari dimana kekasihnya berada.

"jangan jauh jauh" ujarnya sambil menarik pergelangan tangan yeji. yeji mendongak. "apa yang terjadi?" Jeno menggelengkan kepalanya.

"Kita ikut yang lain dahulu. Pegang tanganku" ujar jeno menggenggam semakin erat sambil menuruni tangga. Menerobos kerumunan yang begitu banyak dan berteriak panik karena suara sirine berbunyi bersahutan dengan suara panik bahkan teriakan teriakan yang terdengar di telinga.

"jangan jauh-jauh" jeno menarik yeji setelah pegangan mereka hampir terlepas.

"ini ada apa sih?" Lia bertanya kepada renjun yang hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mereka semua terjebak dan tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi sehingga membuat suasana kacau seperti ini.

"god" haechan berucap saat mereka sudah sampai di halaman tempat evakuasi. Ada lima mobil polisi yang datang dengan satu ambulans yang sekarang berada di halaman sekolah mereka.

Mereka sedang entah melakukan apa dengans ebuah kantung berwarna oranye.

Dan yang paling mengejutkan saat jeno mendongak dan mengerti alasan kedatangan mereka disini.

Seorang murid berada di lantai atas, menggantungkan dirinya dengan sebuah tali yang tersambung dari rooftop. Menggantung dan terayun-ayun terkena angin layaknya pendulum dengan wajah melotot dan pucat akibat tali yang melilit nya.

"jangan dilihat" jaemin langsung menutup mata ryujin begitu melihat kekasihnya ketakutan. Jeno merapatkan bibirnya kemudian membawa yeji ke dalam rangkulan nya.

Ia melirik ke arah karina yang melotot ke arah nya. Mereka berdua tahu betul siapa yang tergantung di atas. Salah satu target mereka yang belum bisa mereka tangkap sampai sekarang karena kurangnya bukti.

gadis yang menjadi bos narkotika di usianya yang masih belia, anak dari kepala sekolah yang menjadi target utama mereka.

Yeonjun yang berada tidak jauh dari mereka menggelengkan kepalanya pertanda bukan dia yang melakukan ini. Jeno memejamkan matanya. Sialan.

Dia tahu betul siapa yang berani melakukan ini secara terang-terangan. Mereka mengancam pihak sekolah dengan sengaja menunjukkan kematian dari putri kepala sekolah dan juga mengancam jeno sendiri.

Jeno tahu betul, mereka memperingatkan dirinya untuk tidak terlena dengan misinya. Karena jeno datang kesini tidak untuk bermain main.

Mata jeno mengedar ke sekeliling saat merea sudah keluar dari gerbang karena polisi memberi batas untuk penyelidikan. Tangannya terkepal saat melihat sebuah mobil yang berada di titik buta.

Seorang pria berada di balik kemudi, satu pria dengan kaos hijau bergambar keroppi sedang duduk di atas kap mobil sambil meniup surai hitamnya, serta satu orang pria dengan rambut berwarna merah terang yang sedang memegang kopi nya.

dan salah satu dari mereka memegang tali yang sama dengan tali yang dipakai korban.



————

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie 👍

REGNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang