"Jeno?" Jeno hanya terkekeh sinis saat namanya dipanggil setelah lebih dari sepuluh tahun ia tidak pernah mendengar suara ini. Lebih tepatnya mencoba kabur dari semua ini.
"Dia jeno?" Mama jaemin menutup mulut tidak menyangka saat ia kembali bertemu dengan putra pertama dari suaminya yang kala itu ia coba mencari dimana keberadaannya.
"ah tidak seharusnya saya disini, saya harus pergi" ujar jeno setelah kembali sadar. Ia kemudian mendekat ke arah teman temannya yang terkejut, terutama jaemin yang memasang wajah kebingungan. Mengapa orang tuanya mengenal jeno?
"Nak, jeno, jangan pergi. Disini saja sama tante" jeno mengalihkan pandangannya saat ia hendak berjalan mengambil kunci mobilnya, mama jaemin, atau lebih tepatnya yang ia kenal adalah selingkuhan sang papa memegang erat jemari kirinya. Tidak mengizinkan putra sahabatnya untuk kembali lagi pergi.
Jeno hanya diam saja saat genggaman halus begitu terasa di tangannya, tangan kanan nya terkepal begitu erat. Ia ingin pergi dari sini. Sungguh.
"Anak sialan, kenapa berani beraninya mengganggu keluarga saya lagi" jeno memejamkan matanya saat pria yang sudah lama tidak ia panggil papa mencengkeram erat kaus nya membuat dirinya tercekik. Rasanya sudah lama sekali dia tidak merasakan ini. Cekikan di leher nya yang sekarang begitu terasa membuat jeno kesusahan bernapas karena sekarang bukan lagi kaus yang dicengkeram, melainkan leher putihnya yang dicekik begitu keras.
"PA, LEPASIN JENO, PA" Jaemin berteriak saat melihat sahabatnya dicekik sang papa. Dia sebenarnya tidak tahu apa yang sedang terjadi tapi melihat papanya semarah ini, pasti terjadi sesuatu yang besar yang jaemin sendiri tidak tahu.
"LEPASIN JENO, MAS. DIA ANAK KAMU" mereka semua yang mendengar ucapan mama jaemin spontan membatu, bahkan jaemin yang hendak memisahkan ayahnya dan jeno langsung menghentikan kakinya.
"DIAM" jeno terbatuk kala ia terlempar beberapa langkah dari cekikan sang papa. Yeji langsung berlari menghampiri kekasihnya. "you okay?" bisknya sambil memeluk Jeno yang mengatur napas. Wajahnya memerah, tangannya terkepal. Entah karena ia tidak bisa bernapas atau emosi nya yang benar benar berada di puncak.
"kita pergi aja, jeno. Ayo pergi. Aku ngga mau liat kamu kaya gini" yeji bahkan menangis saat melihat jeno tidak berekspresi bahkan ketika papa nya kembali menyeret nya. Yeji tidak kuasa melakukan apapun.
"dimana ibu sialan mu? Sudah mati? Kenapa kau tidak ikut mati saja?" jeno hanya tertawa menanggapi, tawanya kencang bukan main.
Mungkin ia akan dianggap gila saat ini, bagaimana tidak? Ia sekarang sedang berada di hadapan papanya yang menatapnya remeh, sama seperti dulu. Seorang anak yang dulunya selalu menangis saat tubuhnya dihantam benda benda tumpul, sekarang tidak lagi gentar.
Jika dulu jeno harus mendongak saat ia berujar kepada sang ayah, dia sekarang hanya menatap lurus wajah yang sama seperti dirinya.
Jeno tertawa semakin kencang seiring tatapan sang ayah semakin tajam. jika dibolehkan, jeno merindukan tatapan tajam dari pria paruh baya dihadapannya. "Berhenti tertawa, anak sialan" jeno malah tertawa lebih kencang.
Jeno sudah lelah menangis. Ia benci dirinya ketika kecil. Jeno yang cengeng, jeno yang lemah, jeno yang selalu menjerit kesakitan karena luka yang ia dapatkan. Jeno benci dirinya yang dulu.
PRANGG
sebuah vas bunga terlempar begitu kencang hingga pecah saat dipukulkan ke kepala jeno yang sedari tadi terus tertawa. Darah perlahan keluar dari sela-sela rambut jeno, menetes hingga mengenai wajah tampannya dan sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGNO
FanficBritish English: kingdom /ˈkɪŋdəm/ noun A kingdom is a country or region that is ruled by a king or queen.