REGNO [42]

647 110 3
                                    

"tangan lo aman kan?" taeyong bertanya sambil memastikan kepada jeno sebelum anak itu turun dari mobil untuk menjalankan tugas. jeno menganggukan kepalanya. Ia kemudian melakukan pemanasan untuk memastikan lengannya bisa di ajak kerjasama.

"aman, tenang" ujarnya sambil memakai earphone sangat kecil di telinga kanannya.

Kali ini, Jeno menjalankan misi hanya dibantu dengan kakak sulungnya, taeyong. Jeno sendiri tidak keberatan karena misi malam ini hanya untuk menaruh pelacak kepada umpan.

"kau mau membawa sesuatu?" Taeyong yang sedang makan burger bertanya kepada Jeno yang sekarang sudah memakai jaket kulit miliknya. Jeno  yang hendak membuka pintu menoleh. "kau sendiri yang paling tahu kalau aku lebih pandai bertarung secara fisik" ujarnya kemudian berjalan meninggalkan mobil milik taeyong yang terparkir di  tempat parkir bersama mobil-mobil lainnya agar tidak ada yang mengetahui kalau taeyong sedang melakukan pengawasan.

jeno kemudian dengan santai berjalan menuju club malam yang sepertinya cukup ramai malam ini. "kartu identitas?" jeno mengeluarkan sebuah kartu dari dompet miliknya saat petugas bertanya.

"tuan mario?" jeno menganggukan kepalanya saat ditanya. Tentu saja, mereka tidak akan menggunakan nama asli mereka di saat saat seperti ini. Akan sangat berbahaya jika mereka membeberkan identitas asli mereka.

Setelah melakukan beberapa pengecekan, Jeno akhirnya berhasil masuk ke dalam club malam yang sepertinya dugaannya. Club malam malam ini benar benar ramai.

jeno mengedarkan pandangannnya ke sekiling keramaian. mencari dimana target yang ia cari berada,  matanya menyipit saat ia memastikan apakah seorang wanita dengan gaun berwarna  merah menyala adalah targetnya. "Yang itu?" tanya nya memastikan kepada taeyong melalui cincin yang malam ini ia pakai. cincin yang tersambung langsung dengan laptop milik taeyong.

"bentar bentar gue ngunyah dulu" jeno mendengus mendengar kelakuan abangnya yang luar biasa ajaib itu. butuh dua puluh detik saat taeyong mengonfirmasi kalau dia adala target yang dimaksud.

jeno kemudian duduk di salah satu kursi bar yang berada tidak jauh dari wanita bergaun merah yang jeno perkirakan lebih tua dari dirinya sepuluh hingga lima belas tahun. "satu vodka" ujarnya sembari duduk. tangannya kemudian mengambil kotak rokok di saku celanana kemudian membakar salah satu rokok yang ada disana kemudian  duduk menunggu di salah satu kursi tinggi.


"thank you" jeno menerima sebotol alkohol dan menuangkannya kedalam gelas. ia kemudian tersenyum saat beberapa wanita menoleh ke arah dirinya.

"gotcha" jeno yang sedang mengelap lehernya yang berkeringat dengan sapu tangan bergumam saat target nya menoleh ke arahnya. ia kemudian tersenyum dan mengedipkan matanya membuat wanita bergaun merah tadi berjalan mendekat.

"sendiri?" tanya nya di samping jeno. jeno menghembuskan asap rokok dari sela sela mulutnya. "berdua denganmu" ujarnya sambil meminum vodka miliknya. duduk dengan tenang sembari memerhatikan gerak  gerik wanita dihadapannya.

"kosong kan?" tanya nya kepada jeno. jeno tersenyum, mengangkat ujung kanan bibirnya. "kosong. tapi sepertinya aku tahu tempat yang lebih cocok untukmu" wanita bergaun merah yang sekarang tengah menggoyangkan gelas alkohol miliknya bertanya dengan seulas senyum yang terlihat begitu menggoda. "where?" tanya nya.

jeno menghembuskan asap rokok miliknya lagi kemudian tersenyum. "on my lap"

wanita yang jeno akui memang cantik tersebutu tertawa kemudian mendekati jeno kemudian duduk di pangkuan pria tampan yang masih tengah asik merokok tersebut. "sure, young man" ujarnya setelah duduk di paha kanan jeno. jeno kemudian melingkarkan lengan kanan nya di pinggang
ramping perempuan yang ada di pangkuannya.

"martha" wanita di pangkuan jeno berbisik di telinga jeno. jeno sedikit mendekat saat suara wanita itu hanya samar samar terdengar karena suara orang orang dan musik di dance floor benar benar membuat suara nya kecil. "i'm mario, by the way" jeno ikut berbisik. membisikkan nama nya yang bagi orang awam dianggap sebagai nama biasa tapi tidak bagi orang orang yang mengetahui arti nama miliknya.

"you look so young" martha berbisik. kini posisi keduanya semakin intim. jika tadi satu pantat martha, sekarang martha nampak di pangku dengan posisi menyamping. kedua kakinya berada di samping kiri tubuh jeno yang mengusap usap betis hingga paha wanita dua belas tahun lebih tua dari dirinya.

dalam hati, dia berdoa supaya tidak ada yang mengetahui aktivitas bejat nya malam ini apalagi sampai melaporkannya kepada yeji. dan semoga tuhan berbaik hati agar yeji tidak meminta dirinya untuk melakukan video call sebelum tidur.

"this young man can make you turn on. am i right?" jeno berbisik menggoda wanita nya yang hanya bisa tertawa pelan. "yes, you're right. i think we need a room" jeno tertawa pelan kemudian menggendong wanita di pangkuannya menuju sebuah ruangan yang memang di sediakan di tempat ini bagi pasangan pasangan yang hendak menikmati malam mereka.

sesampainya di ruang yang mereka pesan, jeno langsung dengan beringas memberikan ciuman kepada marrtha hingga membuat wanita itu terpojok di pintu. "easy, mario. take it easy" ujarnya sambil melepaskan ciuman keduanya. martha tampak terengahh karena tidak bisa mengimbangi ritme ciuman jeno yang benar benar tergesa gesa.

jeno memejamkan matanya begitu ia merasakan ciuman martha turun dari bibir, rahang, sekarang menuju lehernya. martha menciumnya bahkan sepertinya menggigit lehernya.

dalam mata yang terpejam, jeno mulai berhitung dalam hati

satu

dua

tiga

empat

lim--BRUKKK

Jeno membuka matanya saat melihat tubuh martha ambruk di hadapannya. rupanya obat bius yang mark berikan manjur juga.

jeno kemudian meregangkan tubuhnya kemudian menatap tubuh martha yang pingsan  di kakinya. ia kemudian tersenyum remeh. "saatnya berburu harta karun"

***

"wow, what a nice bite" komentar taeyong pertama kali saat melihat jeno datang dengas sebuah hickey di leher nya. jeno mendengus kemudian melemparkan ponsel yang sengaja taeyong berikan untuk memindah data dari ponsel martha.

jeno kemudian duduk di kursi supir kemudian menjalankan mobilnya. sepertinya setelah ini ia harus mandi dan menggosok tubuhnya tiga kali untuk menghilangkan bekas bekas dosa yang ia perbuat malam ini.

"wah kau benar benar mendapatkan harta karun" taeyong yang sedang menyalin data di samping jeno bergumam kagum karena sekarang ia punya banyak bukti dan info yang ia dapatkan dari ponsel milik martha yang ia sadap.

"oh iya bang, martha itu simpanan siapa?" jeno bertanya kepada taeyong yang sedang serius membaca informasi yang ia dapat. taeyong melirik. "seorang kenalan" jawabnya acuh.

jeno terdiam. ia kemudian menoleh ke arah taeyong yang tidak juga menoleh ke arahnya. ia ingin bertanya sekali tapi ragu. taeyong yang menyadari itu menoleh "lo mau tanya apa?"

jeno meringis karena sepertinya ia ketahuan ingin bertanya sesuatu oleh taeyong. "martha itu simpanan seseorang yang jeno tahu, ya?" tanya jeno pelan.

taeyong menghentikan ketikannya kemudian menoleh sekilas. "mungkin" jawabnya kemudian melanjutkan pekerjaannya.

"tadi jeno ngga sengaja lihat foto di ponsel dia kalau dia lagi foto sama pacarnya. pacarnya itu mirip banget sama mark. dia ayahnya bang mark?" jeno bertanya lagi menuntaskan rasa penasarannya.

taeyong lagi lagi mengangkat bahu "mungkin"

"itu beneran atau bohong, bang? terus kok abang tahu ayahnya mark padahal mark sendiri ngga tahu ayahnya dimana?"

taeyong tersenyum tipis di sela sela kegiatannya. "abang tau apa yang kalian ngga tau, jeno"

———

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie 👍

REGNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang