"Ini berkas yang lo mau" Jeno yang sedang duduk di sofa menoleh begitu taeyong sedikit membanting map yang ia letakkan di meja. Ia menoleh, menatap kakak sulungnya yang tengah berdiri sambil meminum susu kotak rasa strawberry miliknya.
sangat tidak cocok dengan sifatnya yang seperti macan bunting kan ya?
"lengkap?" Taeyong menganggukkan kepalanya.
"lengkap. Dari nama orang tua, latar belakang pendidikan, pelajaran favorit, sampai ukuran bra juga ada siapa tau Lo butuh untuk mengukur kepuasan mu sendiri" Jeno melirik taeyong tajam sementara taeyong hanya tertawa.
"Gue ngga sebejat itu" Jeno memang brengsek, tapi dia tidak pernah menyentuh tubuh wanita tanpa persetujuan dua belah pihak. No. Jeno masih sadar diri.
Taeyong mengangkat bahunya acuh. "tumben amat lo nyari tau cewe? Siapa? Gebetan? Pacar?" Taeyong bertanya kepo. Ia bahkan menatap Jeno penuh selidik. Jeno menghela napas. "Teman" jawabnya lelah.
Taeyong mengibaskan tangannya sebelum menyedot susunya hingga tandas. "Ngga mungkin cuma temen kalau lo minta data ini ke gue" ujarnya menyelidik. Jeno mendengus. "udah sih, sana. Ini urusan anak muda. Orang tua ngga boleh tau" taeyong mendengus kesal saat ia dibilang tua. Enak saja! "sialan. Gue tuh cuma lima tahun lebih tua dari lo ya anjir"
"udah sana, lanjutin nonton Pororo lagi. Katanya kemarin belum selesai" taeyong terdiam. Benar juga.
"okelah, gue mau nonton episode Pororo gue. Oh iya, bilangin jaehyun suruh beli makan diluar ya gue males masak" dengan menyambar satu lusin susu strawberry yang Jeno beri sebagai sogokan, taeyong kembali melenggang menuju kamarnya. Menonton kartun berkacamata yang menyeramkan saat tanpa kacamata.
Jeno terdiam, mulai membaca berkas yang ada di hadapannya. Sebenarnya ini tanpa izin. Tapi Jeno perlu tahu. Benar saja, taeyong memberikan semua datanya secara lengkap, dari mulai siapa nenek buyutnya sampai ukuran payudara.
Jeno menghela napas. Taeyong tidak berbohong saat ia menemukan ukuran bra dan ukuran payudara. benar benar, manusia aneh satu itu sangat berbahaya.
Jeno membacanya secara seksama kemudian memberikan tanda dengan stabilo saat ia melihat ada suatu hal yang ganjal.
Berjam jam lamanya Jeno terpaku pada tumpukan kertas yang taeyong berikan. Kepalanya bahkan hampir pecah membaca semua ini.
Jeno melirik jam dinding di kamar nya, sudah pukul empat sore. Jeno cepat cepat menutup dan merapikan semua nya dan meletakkannya di atas tumpukan buku paket miliknya. Ia kemudian menyambar jaket kulit miliknya dan berjalan keluar.
"bang, gue pinjem motor" Jeno berteriak kepada siapapun yang ada di rumah. "ANTERIN GUE" ia mendongak ke arah tangga melihat siapa yang berteriak. rupanya sungchan berteriak.
"mau kemana?" Jeno bertanya. "Nitip sampai fotokopian depan. Entar gue balik sendiri gapapa" Jeno hanya menganggukkan kepalanya, ia tentu saja akan pergi cukup lama. "yaudah buruan ,gue izin ke bang taeyong dulu"
"Bang, gue izin bawa motornya ya. Mau pergi" ia meminta izin kepada taeyong yang sedang berada di depan pc miliknya. Taeyong menoleh sekilas. "hati-hati. Nitip kari ayam kalau lewat" Jeno hanya mengiyakan.
tujuan utama Jeno malam ini adalah rumah sakit tempat dimana teman barunya dirawat. Ia membawa satu porsi makanan untuk yeji, well sebenarnya dilarang karena sepertinya dia masih sakit tapi masa orang sakit makan makanan rumah sakit yang tentu saja tidak enak.
"pasien tidak mau dijenguk siapapun dari tadi" ujar salah satu perawat yang keluar dari ruang rawat yeji. Jeno mengangguk. "Ngga apa apa sus, nanti biar saya yang urus"
Jeno kemudian mengetuk pintu sebelum masuk.
"Gue ngga mau diganggu" suara yeji terdengar begitu tidak bersahabat saat Jeno masuk.
"Cuma mau nganterin makanan aja" yeji menoleh saat mendengar suara Jeno yang mendekat. Jeno bahkan tanpa ragu meletakkan makanan nya di meja samping ranjang sementara dirinya duduk di samping yeji.
"Mau ngapain?" Jeno hanya tersenyum tipis. "nganterin makanan. Kamu pasti belum makan, kan?" Jeno melirik piring makanan yang disediakan rumah sakit masih utuh. Tentu saja yeji tidak memakannya. Bahkan tubuh wanita bermata kucing itu masih saja terbaring lemah dan pucat.
"Aku yang bawa kamu kesini. Jangan khawatir. ngga bakal ada yang tahu. Aku udah bilang ke pihak rumah sakit kalau ngga ada yang boleh tahu apa yang terjadi sama kamu" yeji melirik ke arah Jeno yang tersenyum tipis seolah mengatakan bahwa dia akan menjaga janjinya.
"Kamu ngga sendirian, yeji. Masih ada aku" Tidak ada sahutan yang Jeno dengar selain tangisan yang terdengar dari yeji. Tubuh lemas itu kembali menangis walau mata nya masih bengkak. Jeno hanya bisa terdiam, mengusap usap punggung tangannya dengan jari telunjuknya.
"Jen" Jeno menarik tubuh yeji ke dalam pelukannya, membiarkan wanita yang berada dipelukan nya untuk menangis dengan deras, meremas kaus hitam miliknya, mengeluarkan segala ketakutan nya yang ada.
Jeno hanya mengelus punggung yeji yang masih menangis dengan deras.
Ini aneh. Jeno tidak pernah merasa sedekat ini dengan wanita manapun. Karena biasanya Jeno melakukan one night stand, selesai. Dia bahkan tidak pernah berpacaran atau dekat dengan perempuan yang memakai hati. Tidak pernah.
Tapi jika dengan Yeji, entahlah. Dia merasa ingin melindungi wanita di hadapannya. Apalagi setelah ia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan luka luka di wajahnya masih membiru. Jeno hanya bisa menghela napas. Pasti berat sekali.
"makan dulu ya? Kamu harus kembali fit" yeji menggelengkan kepalanya. Untuk apa dia harus sehat jika dia sudah hancur?
"ada aku. Aku temani. Jangan takut. Kakak kakakku akan berpihak pada kamu. Tenang saja. Kamu tidak sendiri" Jeno berujar sambil dengan hati-hati menghapus air mata yeji yang seperti tidak berhenti untuk keluar.
"Makan dulu ya, mau aku suapin?" Yeji menggelengkan kepalanya. Jeno kemudian membantu membuka sup yang dia beli sebelum berangkat kesini.
"pelan pelan. Aku disini. Aku tunggu sampai kamu tidur" ujar Jeno sambil mengusap surai yeji yang mencoba memakan sup nya dengan tangan yang gemetar. Jeno mengusap usap punggung tangan kiri yeji sementara yeji makan.
"Mau?" Yeji bertanya lirih kepada Jeno. Jeno menggelengkan kepalanya. "Aku sudah makan. Habiskan ya? Kamu harus sehat" ujar Jeno lembut. Yeji hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Jen, mereka gimana?" Yeji dengan gemetar bertanya kepada Jeno, air matanya kembali turun mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Jeno yang sedang merapikan peralatan makan yeji nampak terdiam sebelum duduk di samping ranjang yeji lagi.
"Kakak sulungku yang sedang mengurusnya. Kamu jangan khawatir. Mark, aku, sungchan, dan dua kakak ku akan berada di sekitar untuk berjaga. Kamu akan aman" ujar Jeno pelan.
"Jen ini salah aku" Jeno mengusap usap rambut yeji yang masih menyalahkan dirinya. Jeno hanya bisa menghela napas. Menurutnya yeji tidak salah.
Karena menurutnya pemerkosaan dan tindak kejahatan seksual adalah salah dari pelaku, bukan korban.
——
Indonesia 18 Mei 2022
Yap, aku bakal sedikit menyinggung masalah ini, berdasarkan pengalaman pribadi (sudah mendapatkan persetujuan orang orang yang terlibat dan menurut pengubahan agar layak di baca dan dijadikan pelajaran bagi semuanya)
jangan lupa buat vote dan komen ya disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGNO
FanfictionBritish English: kingdom /ˈkɪŋdəm/ noun A kingdom is a country or region that is ruled by a king or queen.