REGNO [25]

698 112 4
                                    

"Ada yang ketinggalan lagi ngga, jen?" Jaehyun mengingatkan Jeno kembali sebelum adiknya berangkat untuk study tour. Di punggungnya, ransel hitamnya sudah terpasang.

"aman, bang. Udah semua" ujar Jeno setelah memastikan barang bawaannya sudah masuk ke dalam tas semuanya. Study tour yang akan berjalan selama tiga hari ini adalah hal baru bagi Jeno yang baru saja pindah di negara ini.

"pamit sama Abang tuh. Dia kayanya belum tidur" ujar jaehyun. Jeno menoleh. "Lagi?"

jaehyun menganggukkan kepalanya. "soohyuk minta nama nama yang udah taeyong curigai buat dikirim hari ini dan mintanya tadi pagi jam dua. Jadi Abang harus keluar buat check lagi dan minta data ke kantor pusat. Jadi belum selesai. Gue ga bisa bantu karena cuma dia yang punya akses" Jeno mengangguk.

"sana pamit ke Abang, biar tas nya gue yang bawa" ujar jaehyun meminta tas Jeno untuk dibawa masuk ke dalam bagasi sementara Jeno berjalan menuju kamar Abang nya.

"bang?" Jeno mengetuk pintu. Memastikan apakah ada orang di dalamnya. Setelah terdengar suara masuk, Jeno lantas membuka pintu kamar milik taeyong.

begitu Jeno masuk, pemandangan yang menyambut dirinya adalah kakak sulungnya yang tengah duduk di depan komputer dengan menggunakan kacamata. Poni nya ia ikat seperti apel. Tangannya sedang menulis sesuatu di kertas sementara mesin print di kamar nya masih terus bekerja hingga suara mesin itu bekerja memenuhi ruangan, kertas kertas pun tergeletak di seluruh ruangan

Tipikal mereka saat sedang sibuk bekerja.

"bang, jeno mau berangkat" taeyong menoleh ke arah Jeno yang datang dengan pakaiannya yang sudah rapi. "iya, hati hati" ujarnya singkat.

"Ya udah Jeno cuma bilang itu aja" taeyong menghela napas. Ia kemudian membuka laci yang berada di dekatnya.

"Jen, sini sebentar" Jeno yang sudah berbalik hendak keluar kamar menoleh saat abangnya memanggilnya.

"tiga juta, cukup atau kurang?" tanya taeyong sambil mengeluarkan uang tunai dari sebuah amplop. Menghitung nya, kemudian mengambil tiga puluh lembar uang berwarna merah.

"kelebihan, bang" ujar Jeno menolak. Taeyong hanya tersenyum. "buat jajanin pacar kamu. Oh iya, ini kartu Abang, kamu bawa aja ya. Buat jaga jaga" sebuah kartu berwarna hitam taeyong berikan kepada Jeno yang enggan membawa uang sebanyak itu. "dibawa aja" Jeno menghela napas kemudian mengambil uang yang diberikan taeyong kemudian memasukkan nya ke dalam dompet. "makasih, bang"

"Ya udah, Jeno pergi ya" taeyong menganggukkan kepalanya. "oh iya, Jen" Jeno berbalik lagi. "Apa?"

Taeyong melempar sebuah pisau kecil. "buat jaga jaga. Ngga apa apa ngebunuh kalau darurat. Nanti telepon yang lain biar yang lain yang ngeberesin" ujar taeyong sebelum kembali fokus dengan pekerjaannya. Jeno tersenyum.

"bang tidur ya habis ini?" Taeyong diam diam tersenyum. "iya. Jeno hati hati. Perhatikan sekitar ya. Jangan lengah" Jeno mengangguk walau ia yakin taeyong tidak bisa melihatnya. Ia kemudian keluar dari kamar taeyong dan menutup pintu kamar dari kakak sulungnya kemudian bergegas menuju garasi dimana jaehyun sudah menunggu.

***

"hati hati ya, pastikan mereka ngga lepas dari mata kamu" jaehyun berpesan begitu Jeno akan turun dari mobil. Jeno mengangguk. "jangan khawatir, ini bukan kali pertama Jeno pergi sendiri"

"Iya. Masalahnya sekarang lo pergi sama target VIP kita, Jeno. Apa lo mau bawa sungchan atau mark buat backup?" Jeno hanya tersenyum ia memahami kekhawatiran kakak kakaknya.

"lo ngeraguin kemampuan gue, bang?" Tanya nya sambil menunjukkan sebuah pisau lipat kecil pemberian taeyong. jaehyun menghela napas. Itu senjata yang cukup bagi Jeno. "Ya udah. Hati-hati. Jangan sampai mereka curiga. Kalau ada sesuatu, kabari kita"

"iya iya. Ya udah Jeno berangkat. Dah Abang" ujar Jeno turun kemudian membuka pintu belakang dimana ransel miliknya berada kemudian turun.

kedatangan Jeno benar benar menarik perhatian orang orang. Jaket jeans berwarna hitam yang menutupi kaus hitam tanpa lengan miliknya dengan celana jeans yang membentuk tubuhnya yang tinggi ramping benar benar membuat dirinya menjadi pusat perhatian.

"siapa nih yang dateng rame amat?" Jeno hanya tertawa pelan menyahut ledekan haechan. Ia kemudian berdiri di samping teman temannya setelah melakukan fist bumb.

"as always, pria paling dicari satu sekolah" Jeno hanya tertawa menanggapi. Dia juga sebenarnya tidak senang dengan gelar itu, tapi mau bagaimana memang itu faktanya.

"Jeno, dicariin abangnya tuh" renjun yang sedang mengabsen siswa sedikit berteriak membuat Jeno spontan menoleh. Mark ternyata yang datang dengan paper bag di tangannya.

"nih, sarapan sama cookies buat dijalan. Mina yang buat" ujar mark sambil memberikan paper bag berisi sandwich dan cookies yang Mina buat kemarin.

"Kak Mina nya dimana?" ujar Jeno mengedarkan pandangannya, mencari dimana keberadaan calon istri dari kakaknya. Mark menghela napas.

"Mina ngga bisa berangkat sekarang. Masih parah mual nya. Jadi cuma bisa nitip itu" mendengar Mina bahkan repot repot membawakan sarapan untuknya disela sela morning sickness yang menyiksa membuat Jeno mau tidak mau menerima pemberian dari Mina. "bilangin makasih bang. Padahal ngga seharusnya dia repot-repot bawain ini"

"she will be your sister in law, jeno" Jeno hanya mendengus saat mark menyahut. "Iya iya"

Mark tertawa pelan. "Ya udah sana berangkat, kalau ada apa apa gue bisa langsung datang. Pesawat nya soohyuk juga kayanya masih disini. Bisa kita pinjem kok" ujar Mark kemudian menepuk bahu adiknya sebelum kembali berjalan menuju kelasnya.

"apaan tuh?" jaemin bertanya. Jeno mengangkat paper bag di tangannya. "sarapan"

"YEJI" Jeno menoleh saat lia dan ryujin spontan berteriak melihat siapa yang datang dengan taksi.

Jeno spontan mengulas senyum saat melihat yeji datang dengan celana jeans berwarna putih serta kemeja hingga lengan. Rambut pendek nya ia biarkan terurai. Ia datang dengan koper kecil di tangannya. Well, bukan hal aneh sih setiap anak perempuan membawa sebuah koper daripada harus repot-repot menggendong ransel.

yeji nampak tersenyum cerah, raut wajahnya bahagia. Tidak lagi pucat seperti kemarin kemarin. Ia sudah berani memakai pakaian yang membuat dirinya percaya diri.

"udah sarapan?" Jeno bertanya kepada yeji yang berdiri di sampingnya. Yeji menoleh dan mengangggukan kepalanya. "udah. Tadi beli bubur ayam di depan apartemen. Kamu udah?" Jeno mengangkat paper bag di tangannya. "belum. Ini dianterin Abang tadi" yeji hanya menganggukkan kepalanya paham.

"udah yuk, masuk bus. Sini biar aku bawain kopernya. Kamu bawa ini aja. Itu ada cookies katanya, kamu ambil aja buat dimakan di jalan" ujar Jeno sambil mengangkat koper milik yeji sementara ia membawa tas di punggung.

"hati-hati kebentur" Jeno seperti biasa, meletakkan tangannya menutup kepala yeji saat kekasihnya hendak terbentur saat akan duduk di baris tengah, di samping lia yang ditinggal renjun tugas. Renjun pisah bus dengan mereka untuk sementara karena dia masih harus mengabsen kelas lain. Biasa, anak favorit guru.

"aku di belakang ya. Ini cookies nya dimakan jangan lupa. Kalau butuh sesuatu, aku di belakang sana sama yang lain" ujar Jeno sambil menunjuk kursi di bangku belakang yang panjang. "iya iya. Jangan lupa dimakan sarapannya" Jeno hanya tersenyum hingga matanya menghilang kemudian mengacak rambut yeji sebelum berjalan menuju tempat duduknya.

"Kalian jadian? Lo belum cerita apa apa ke gue?" Yeji hanya meringis saat lia menodongnya dengan pertanyaan. "Panjang ceritanya"

----

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini yaaa bestie bestie 👍

REGNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang