Hyung

2.3K 266 0
                                    

[Hanya fiksi]

•••••••

Jisung melangkahkan kakinya ke gedung di depannya. Ia memberanikan dirinya, dan menguatkan hatinya.
Ia harus menerima kenyataan, dan ia harus bertemu Hyungnya. Setidaknya hanya melihat bingkai foto.

Manajer tidak bersama Jisung. Kali ini Jisung benar-benar sendirian, memberanikan dirinya.

"Jisung-ah ... "

Tatapan Jisung tidak teralihkan pada laki-laki yang juga memakai pakaian serupa dengannya. Pakaian serba hitam, dan masker hitam menyamarkan wajah.

Mata Jisung tertuju pada tiga bingkai foto yang ia lihat di televisi beberapa hari lalu. Lidahnya kelu, kakinya seperti enggan untuk mendekat.

Doyoung yang sedang berada di sana segera memeluk Jisung, dan menangis.

"Jisung-ah gwenchana. Mereka sudah tenang di atas sana."

"Di mana?"

"Eoh?"
Doyoung mendongak, menatap Jisung yang juga menatapnya dengan tatapan kosongnya.

Kemana perginya sinar mata Jisung?

"Di atas mana? Apa hyungdeul ada di lantai atas? Rooftop? Atau di mana?"

Jisung tidak bodoh, dan Jisung juga tidak sedang bercanda. Jisung hanya berharap, di atas yang Doyoung maksud adalah di lantai atas. Ia janji ia akan langsung berlari untuk menghampiri Hyungnya.

"Jisung-ah ... "

Doyoung kembali memeluk Jisung, merasa sangat kasihan kepada adiknya itu. Pasti sangat berat bagi Jisung.

"Hyung ... "

Doyoung melepas pelukannya, dan menatap Jisung yang tingginya melebihinya.

"Sekarang, apa yang harus kulakukan?"

Hati Doyoung sakit mendengar pertanyaan itu. Jisung seperti sudah kehilangan tujuan hidupnya.

"Jisung-ah, masih ada kami. Ku mohon jangan seperti ini."

Jisung menatap Doyoung, dan Doyoung menangkup wajah Jisung. Air matanya masih mengalir.

"Eomma dan Appa mu, Hyung kandung mu, Hyung 127, manajer Hyung, dan terutama sijeuni. Kami di sini untukmu Jisung-ah ... "

Hati Jisung tersentuh. Benar, ia masih memiliki banyak sekali orang yang berada di sisinya. Ia tidak sendirian.

"Jisung-ah duniamu belum berakhir. Hyung mohon jangan tunjukkan tatapan mu yang seperti itu lagi. Kau masih memiliki kami. Kami selalu ada di sisimu, heum?"

Jisung mulai tenang. Kakinya mengayun mendekati bingkai foto ketiga Hyungnya. Ia mengusap bingkai foto tersebut, satu per satu.

"Hyung ... "

Kata yang sangat familiar. Kata yang terus terucap di bibir kecil Jisung. Dan sepertinya akan terus terucap di sepanjang cerita ini.

"Hyung, Jisung datang."

Doyong menutup mulutnya, mencoba untuk tidak terisak. Entah kenapa kalimat itu terdengar menyedihkan.

"Jaemin Hyung, seperti yang kau harapkan aku tidak pernah bermimpi dalam tidurku. Padahal, aku ingin bermimpi tentang mu."

Netra sipit itu beralih ke bingkai foto satunya. Ingatan terakhir tentang Hyung itu terputar.

"Haechan Hyung ... Kau berjanji akan membelikanku malatang bukan? Apa kau mencoba membohongiku?"

Dan yang terakhir ...

"Jeno Hyung ... "

"Hyung, ajarkan aku tersenyum sepertimu. Aku ingin menunjukkan pada semua orang bahwa aku bahagia, aku baik-baik saja."

"Selama ini, kau sangat pandai menyembunyikan semuanya di balik senyum mu. Ajarkan aku Hyung ... "

 "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 1. I'm Alone : Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang