Just Chenji

1.4K 175 0
                                    

[Hanya fiksi]

•••••••

"Apa kau tidak ingat, bagaimana ini semua bisa terjadi?"

Chenle, dan Jisung sekarang sedang berada di kamar. Hanya duduk santai berdua, dengan camilan dan TV yang menyala.

Chenle diam sejenak, lalu menggeleng. "Molla. Aku tidur di mobil, aku tidak ingat apapun."

Jisung mengangguk mengerti. Sebenarnya ia ingin tau kejelasan tentang kecelakaan mobil yang NCT Dream alami, tapi ia tidak bisa memaksa Chenle untuk mengingatnya.

Oh ayolah! Chenle baru bangun dari koma setelah hampir satu tahun. Bahkan Mark belum bangun. Ini adalah sebuah keajaiban.

"Chenle-ya gomawo ... "

Chenle menatap Jisung, menaikkan sebelah alisnya. "Mwoga?"

"Untuk bertahan hidup. Aku sangat senang karena kau masih hidup. Kau tau, aku sangat putus asa karena kalian meninggalkanku."

"Aigoo ... Geuraeseyo? Aigo! Arraseo, sekarang aku di sini. Bayi jangan menangis."

"Yaa! Jangan seperti itu."

Chenle terkekeh melihat wajah malu Jisung. Suasana menjadi hening setelahnya.

"Besok kau akan pergi?" tanya Chenle.

"Aku akan berangkat malam ini sepertinya," ucap Jisung.

Chenle menatap Jisung, tidak rela. Tapi, ia tidak bisa mencegah. Ia juga tidak ingin ikut bersama Jisung.

"Jeno Hyung, Haechan Hyung, dan Jaemin Hyung apa yang terjadi?"

"Ya ... Dikubur di tempat yang sama, di Seoul. Terkadang aku mengunjunginya. Kau ingin mengunjungi?"

"Eum, lain kali mungkin."

Jisung mengernyit. Ia merasa ada yang aneh dari sikap Chenle. Sepertinya memang terjadi sesuatu sebelum kecelakaan, misalkan bertengkar?

"Chenle-ya, apa kalian bertengkar sebelum kecelakaan?"

"Museun suriya? Aniya!"

"Kalau tidak, syukurlah."

Dan kembali hening. Hanya suara kartun televisi yang memenuhi kamar luas itu.

Drrtt drrttt

Jisung melihat ponselnya yang bergetar, dan membelalakkan matanya. Chenle mengernyit, apakah sesuatu yang buruk terjadi?

"Aku lupa menghubungi eomma!"

Chenle memegang tangan Jisung yang hendak menempelkan ponselnya ke telinga.

"Jangan katakan tentangku pada eomma mu."

Jisung terdiam di tempatnya. Ia ingin bertanya alasannya, tapi Jisung menahannya. Sepertinya Chenle menyembunyikan banyak hal padanya. Jika Chenle tidak ingi bercerita, maka Jisung tidak bisa memaksa. Jisung pun mengangguk.

"Eo ... eomma?"

"Kenapa kau tidak menghubungi eomma? Apa kau sudah sampai?"

Jisung melirik Chenle yang sedang sibuk dengan ponselnya. Entahlah apa yang Chenle mainkan di ponselnya.

"Mianhae eomma, kemarin aku tidak sempat."

"Wae? Apa terjadi sesuatu? Bagaimana dengan Chenle, kau sudah pergi ke pemakaman? Atau kau hanya pergi ke rumahnya?"

Jisung menundukkan kepalanya, menatap kakinya yang ia ayunkan.

"Aku hanya pergi ke rumah Chenle. Eomma, Appa Chenle memperlakukan aku dengan baik. Aku juga banyak bicara kepada Chenle."

Chenle langsung menatap Jisung dengan tatapan horornya.

"Maksudku, dengan foto Chenle."

"Apa kau sudah lega setelah berbicara dengan Chenle, dan pergi ke rumah Chenle?"

"Eum. Aku sangat senang, dan sangat bahagia. Aku sangat lega, dan energi ku rasanya kembali full. Aku pasti akan melakukan yang terbaik begitu kembali ke Korea."

"Syukurlah ... Lalu apa yang sedang kau lakukan?"

"Aku, aku saat ini sedang di kamar Chenle."

"Eomma aku ingin mandi, aku tutup teleponnya."

Jisung memang selalu memutuskan sambungan telepon terlebih dahulu.

"Chenle-ya, aku ingin menaiki rollercoaster dan yang lainnya."

Chenle menatap Jisung terkejut. Senyum mengembang otomatis. "Jinjja?!!"

Jisung menelan salivanya dengan kasar. Sebenarnya tidak. Jisung hanya ingin memecah suasana canggung ini, dan ia juga ingin menghabiskan waktu bersama Chenle sebelum ia kembali ke Korea. Jisung ingin melihat senyum Chenle.

"Kajja!!"

Dengan semangat, Chenle menyeret Jisung keluar. Mereka berpamitan terlebih dahulu kepada Mama Chenle, barulah menuju taman bermain. Jisung hanya diam, membuntuti Chenle kemanapun. Jisung bahagia melihat langkah Chenle yang terlihat ceria.

"Kau tidak boleh menarik kata-katamu Jisung-ah. Kau tidak boleh menyesali permintaanmu, dan kau harus bertanggung jawab dengan perkataan mu."

Chenle menatap Jisung dengan smirknya. Ia sebenarnya sedikit terkejut dengan permintaan Jisung yang ingin naik rollercoaster. Tapi ia menjadi bersemangat, membayangkan wajah ketakutan Jisung.

Jisung menelan salivanya dengan susah payah. Chenle benar, ia menyesali perkataannya. Ia ingin pulang.

"Aaaaaaaa!!! Jeballl, eommaa!!"

Chenle tertawa puas saat melihat Jisung yang benar-benar ketakutan. Tangan Jisung menggenggam erat besi di depannya.

Jisung benar-benar ketakutan, tapi Jisung tidak berhenti dengan menaiki satu wahana saja. Jisung menaiki semua wahana yang Chenle inginkan. Hari itu Chenle sangat bersenang-senang, dan Jisung bahagia melihat wajah cerah Chenle.

Dunia seperti milik mereka berdua. Hanya ada Chenle, dan Jisung.

"Chenle-ya, tetaplah tertawa seperti itu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 1. I'm Alone : Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang