Masih Latihan

1.7K 192 5
                                    

[Hanya fiksi]

•••••••

"Hyung ... "

Tangan besar Jisung mengusap layar iPad yang menampilkan video dance practice NCT Dream chewing geum.

Di video itu, nct dream masih lengkap tujuh orang.
Pernah kehilangan Mark, menjadi enam dream. Dan itu terasa sangat sepi, disayangkan, dan tidak sempurna.
Tapi kini, hanya Jisung seorang.
Hanya satu dream.

"Yeeeeeyyy!!"

Jisung tersadar dari lamunannya saat mendengar sorakan Chenle di video itu.
Sekarang bukan waktunya melamun dan bersedih. Jisung harus berlatih.

Jisung pun mencermati gerakan tubuhnya. Sebenarnya Jisung paham, tapi entah kenapa tubuhnya terasa sangat kaku.

"Aku hanya butuh terus berlatih," gumam Jisung.

Jisung meletakkan iPad, dan berdiri menghampiri hoverboard. Jisung kembali memulainya dari awal.

"Arghh!! Bukan ini."

Jisung mengacak rambutnya, lalu kembali memulainya.
Entah kenapa pelatih sangat lama. Jisung terus mengulang-ulang hingga akhirnya tubuh Jisung mulai terbiasa.

Brukk

Hahhhh hhhahhh

Jisung menjatuhkan tubuhnya ke lantai setelah selesai menyelesaikan satu lagu. Lagu debutnya.

"Lelah sekali hahhh ... "

"Kerja bagus Jisung-ah ... "

Jisung menoleh ke arah pintu. Manajer nampak menghampiri Jisung.
Jisung pun duduk, napasnya masih tidak teratur.

"Hyung kenapa di sini? Kemana pelatih Yoon?"

"Katanya ke kamar mandi. Dia memintaku menemanimu berlatih."

Jisung menunduk, mencoba mengatur napasnya.

"Hyung ... "
Jisung menoleh, menatap manajernya.
Sang manajer menatap Jisung penuh tanya.

"Sebenarnya aku takut mati," ucap Jisung lirih.

Ekspresi wajah manajer berubah. Ia tidak menjawab, siap untuk mendengarkan curahan hati Jisung.
Tapi, Jisung tidak kunjung membuka mulutnya.

"Tapi?" tanya manajer.

Jisung malah mengernyit. "Apanya yang tapi? Aku hanya berbicara Hyung ... "

"Apa Hyung tidak takut mati?"

Manajer menggelengkan kepalanya. Mau heran tapi ini Jisung.

"Kenapa takut? Setelah mati, kau akan tidur nyenyak, dan tenang. Tidak ada rasa sakit lagi."

Jisung menoleh. "Jinjja? eotteoke arraseo? Apakah Hyung pernah mengalaminya?"

Manajer terkejut, tidak bisa berkata-kata.

"Tidak, tapi ... "

Jisung menatap dirinya di cermin. Masih dengan posisi duduknya, dengan menekuk lututnya.

"Aku, hanya saja aku takut."

"Kata orang, saat kita mati kita akan menjadi bintang di langit. Apakah langit indah? Bagaimana jika langit sangat dingin, dan aku tidak memiliki jaket? Haruskah aku meminta eomma memakaikan ku jaket saat aku mati nanti?"

"Bukankah angin di langit berkali-kali lipat lebih kencang?"

Manajer menghela napasnya panjang. Ia mengangkat tangannya, menyerah.

"Aku tidak tau Jisung-ah ... Jangan bicarakan hal-hal seperti itu dengan ku. Pergilah ke gereja, dan tanyakan pada pastor di sana."

"Tidak, Kembalilah latihan. Lagipula, kenapa kau tiba-tiba berbicara tentang mati? Membuatku khawatir saja."

Jisung menggaruk belakang kepalanya, cengengesan.

"Hanya terpikir saja Hyung. Kalau begitu aku akan berlatih lagi."

Jisung pun bangkit, menghampiri hoverboardnya. Ia akan mengulanginya dua kali lagi, barulah ia lanjut ke lagu dua.

My first and last.

Kenangan-kenangan saat mengerjakan lagu ini terputar di otak Jisung.
Saat merekam MV, saat rekaman, saat melakukan foto jaket, dan masih banyak lagi.

Yang paling menyenangkan dan dinantikan saat itu adalah, performance di acara musik.

Jisung menatap dirinya di cermin yang sedang menari. Matanya sanga tajam, nampak bertekad.

Tidak akan Jisung biarkan, ia membuat kesalahan. Jisung mengerahkan seluruh tenaganya, dan ia gerakkan semua otot sendi atau apalah itu di tubuhnya.

Napasnya memburu, keringat menetes dari pelipisnya.
Bahkan Jisung bernapas lewat mulut, saking butuhnya banyak oksigen.

Dalam satu detik saja Jisung membeku, menghentikan tariannya saat tiba-tiba musik terhenti. Jisung melihat ke pelatih. Pelaku yang mematikan musiknya.

Sejak kapan pelatih masuk ke ruang latihan? Dan sejak kapan juga manajernya pergi? Kenapa tidak berpamitan?

"Sudah ku bilang kau harus istirahat," ucap pelatih.

"Tidak ada waktu untuk istirahat, aku harus berlatih, lalu syuting MV. Seperti yang kau bilang, waktuku tidak banyak. Aku harus bekerja keras untuk konser ini."

Jisung hendak menyalakan musik, tapi pelatih menahannya.

"Jika kau terlalu berkerja keras seperti itu, neon jugeo."

Jisung menatap pelatih, ia nampak tidak peduli. "Bahkan jika mati, aku harus melakukannya."

Jisung pun menyalakan musiknya lagi, dan kembali menari. Tidak ada yang bisa menghentikan Park Jisung.

 Tidak ada yang bisa menghentikan Park Jisung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 1. I'm Alone : Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang