[Hanya fiksi]
•••••••
"Hyungg!!! Hyung aku—"
"Jisung-ah cepat bersiap, kita ke rumah sakit!"
Jisung menatap ketujuh orang di depannya yang terlihat gugup, bersiap keluar dorm. Tangan Jisung memegang ponselnya.
"Kenapa kita ke rumah sakit Hyung? Hyung aku, a–aku ... Renjun Hyung—"
"Markeu sadar Jisung-ah ... Kau tidak ingin ikut?"
Jisung membelalakkan matanya. "Aku ikut Hyung!!"
Kedelapan orang itu pergi buru-buru, meninggalkan meja makan yang sudah penuh dengan hidangan makanan.
Dengan dua mobil, mereka menuju rumah sakit dengan hati cemas. Bahagia karena akhirnya Mark sadar, tapi juga khawatir. Sekarang semua baik-baik saja 'kan?
Taeyong, dan Jaehyun yang menyetir. Jisung melihat ponselnya yang menunjukkan panggilan tidak terjawab dari Renjun Hyung. Jisung sudah kembali menelpon, tapi ponsel tidak aktif.
"Apa Renjun Hyung juga sebenarnya masih hidup?"
"Renjun hyung, jeball jawab teleponku."
Jisung menggigit kukunya, matanya terus melihat ponselnya. Taeil yang di samping Jisung pun menggenggam tangan Jisung, mencegah Jisung menggigit kukunya.
Taeil menarik Jisung ke pelukannya. "Tidak apa-apa Jisung-ah ... Mark pasti akan baik-baik saja."
Jisung pun sadar tentang Mark saat Taeil mengatakan itu. Untuk saat ini, ia harus fokus pada Mark.
Jalanan cukup macet, satu jam barulah mereka sampai ke rumah sakit.
Dengan kaki panjang mereka, mereka berjalan menuju ruang rawat Mark."Mark!!"
Pintu dibuka kasar oleh Yuta, dan mereka pun masuk ke ruangan satu per satu.
Mark duduk, wajahnya dipalingkan melihat ke luar jendela dengan tatapan kosongnya, dan Mama Mark sedang membujuk Mark untuk makan.
Bahkan saat kedelapan orang itu masuk ke ruangan, Mark sama sekali tidak menoleh.
"Eommonim ... "
"Taeyong-ah eottoke? Mark tidak mau makan."
Taeyong menghampiri Mama Mark, dan mengelus punggung wanita paruh baya itu. Taeyong mengambil alih piring yang di pegang Mama Mark.
"Kami akan membuju Mark makan, eommonim. Jangan khawatirkan Mark, kami pasti akan membuat Mark makan. Eommonim juga harus makan," ucap Taeyong lembut.
Akhirnya Mama Mark pun pergi dari ruangan, membiarkan delapan orang yang sangat ia percaya untuk menenangkan Mark.
Ia juga lelah, dan sedih saat Mark mengamuk beberapa menit lalu. Saat bangun, dan mengetahui kakinya diamputasi Mark langsung mengamuk.
Kini delapan mengelilingi brankar Mark, dan Mark sama sekali tidak menghiraukan.
"Markeu-ya," panggil Taeyong dengan suara lembutnya.
Jisung mendekati Mark, dan mencoba menggenggam tangan Mark.
"H–hyung ... Hyung terima kasih sudah—"Ucapan Jisung terpotong saat Mark menepis tangan Jisung. Jisung benar-benar terkejut, dan takut saat Mark menatapnya tajam.
"Hhyung—"
"Jangan memanggilku Hyung! Aku bukan hyungmu!!"
Jisung benar-benar terkejut dengan ucapan Mark. Jisung seperti ingin menangis mendengar perkataan Mark. Bukan hanya Jisung, member lain juga terkejut. Ada apa dengan Mark?
Jaehyun langsung memeluk Jisung, dan mencoba membawa Jisung keluar. Jisung menolak, meronta.
"Lepaskan!! Mark Hyung, kenapa—"
"Keluar dari sini!! Aku tidak ingin melihatmu!"
"Mark, apa yang kau katakan? Mark dia Jisung," ucap Taeyong mencoba menyadarkan Mark.
"Kalian semua keluar! Aku tidak ingin berbicara dengan siapapun!"
Jisung menangis, mencoba mendekati Mark tapi Jaehyun juga Johnny mencegahnya.
"Jisung-ah tenang. Ayo keluar—"
"Tidakk!! Lepaskan aku. Markeu Hyung, kenapa kau seperti ini? Hyung aku—"
"Semua ini karena kau!"
Seruan Mark kali ini membuat Jisung mematung, tidak lagi meronta. Suasana juga menjadi hening.
"Apa maksudmu Mark?" tanya Yuta.
Mark menatap Jisung tajam, matanya berkaca-kaca. Tangannya menunjuk Jisung, dengan gemetar.
"Semua ini karena kau Park Jisung! Kecelakaan ini karena kau! Kau yang menyebabkan kecelakaan ini! Karena kau!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 1. I'm Alone : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Apa yang akan terjadi, jika Jisung tanpa Hyungnya? Bagaimana jika suatu hari, Jisung kehilangan Hyung-hyungnya? . . . ⚠️Don't PLAGIAT! Start : 4 Mei 2022 Finish : 17 Juni 2022