Aku Menyelamatkan mu

2.2K 212 48
                                    

[Hanya fiksi]

•••••••

"Tidak. Jangan tinggalkan aku!!"

"Jisung!! Park Jisung!!"

"PARK JISUNG!!!!"

Laki-laki itu membuka matanya kasar. Napasnya memburu, dan keringat membanjiri pelipisnya. Ia menatap sekeliling, kemudian menyalakan ponselnya.

Tidak lama kemudian ia menempelkan benda persegi panjang itu ke telinganya.

"Jeball! Angkatlah Park Jisung," gumam laki-laki itu.

"Aku harus pergi."

Ia memasang airpods miliknya, lalu menyibak kasar selimutnya, berlari keluar dari kamarnya. Ia juga menyambar jaketnya.

"Kenapa tidak diangkat jugaa!!"
Wajahnya terlihat sangat khawatir, dan ketakutan.

"Papa!"
Laki-laki itu membuka pintu coklat dengan kasar membuat pemilik ruangan terkejut.

"Chenle-ya kau sudah bangun?"

"Papa aku butuh helikopter Papa."

"Helikopter? Untuk apa? Helikopter bukan kendaraan biasa Chenle-ya ... Gunakan saja mobilmu—"

"Aku harus ke Korea, Papa!!"

Pria paruh baya yang dipanggil Papa itu menatap anaknya yang terlihat sangat ketakutan. Sepertinya anaknya benar-benar membutuhkan.

"Papa akan mengantarmu."

Terjadi begitu tiba-tiba.
Mereka berangkat ke Korea tanpa persiapan apapun. Ya, karena mereka bukannya pergi untuk berlibur.

Chenle masih mencoba menelepon seseorang yang sekarang sangat ia khawatirkan. Ia menggigit bibir bawahnya, mulutnya terus bergumam berharap.

"PARK JISUNG!!"

"Akh! Chenle-ya, jangan berteriak. Dan, kenapa kau meneleponku berkali-kali?"

"Yaa i–ini, ini sungguh kau? Park Jisung, ini kau?! G–gwenchana??"

Pria paruh baya itu menatap putranya yang sekarang meneteskan air mata, dan tersenyum lebar. Entahlah ia tidak mengerti, tapi telah terjadi sesuatu pada anaknya pasti.

"Apa maksudmu Chenle-ya? Aku tentu baik-baik saja. Maaf tadi aku meninggalkan ponselku, sekarang aku akan berangkat ke—"

"NCT Life?! Jangan pergi!!!"

"Eoh, bagaimana kau bisa tau aku akan merekam NCT Life?"

"Jangan pergi, Park Jisung!!!"

"Wae? Apa kau iri padaku?"

"Park Jisung, berhenti di tempat mu sekarang!! Jangan menyebrang jalan, jangan keluar dari perusahaan! Jika kau sudah keluar dari perusahaan, cepat masuk kembali!!"

"Yaa Chenle-ya, apa yang terjadi? Apa kau tidak apa-apa?"

"Cepat masuk ke perusahaan, dan diam di sana atau aku akan berhenti berteman denganmu!!! Lakukan perintah ku, atau kau tidak akan mendengar suaraku atau melihat ku, Park Jisung!!"

Chenle serius dengan perkataannya. Karena jika Jisung keluar dari perusahaan, maka Jisung sungguh tidak akan bisa lagi mendengar suaranya dan bertemu dengannya. Mereka akan terpisah selamanya.

"Chenle-ya ... "

"Hiks ... Aku mohon Park Jisung, lakukan saja perintah ku." Siapapun tahu, sekarang Chenle tengah putus asa.

"A–arraseo Chenle-ya sekarang aku kembali ke ruang rapat. Jangan menangis, kau kenapa? Kau membuatku khawatir."

"G–gomawo ... Hiks j–jangan matikan teleponnya dan tetaplah di tempat mu. Aku akan datang."

"Datang? Kau akan ke Korea?!"

"Heum ... "

Dengan helikopter pribadi, tidak butuh waktu terlalu lama seperti check in atau apalah itu. Tapi, tentu saja membutuhkan beberapa waktu untuk pergi ke luar negeri.

"Chenle-ya, Taeyong Hyung meneleponku. Manajer juga—"

"Kau pilih Taeyong Hyung atau aku?"

"Tidak usah berpikir apapun, tetap di tempat mu Park Jisung!"

Dua jam, akhirnya helikopter pribadi itu mendarat di depan gedung SM.
Hal itu tentu membuat perhatian.
Chenle langsung saja turun dari helikopter, dan berlari memasuki perusahaan.

Sebelum masuk ke dalam perusahaan, Chenle sempat melihat ke arah kedai kecil yang tidak jauh dari perusahaan. Ia bisa melihat seseorang yang berpakaian serba hitam, mengawasi perusahaannya seperti menunggu seseorang. Chenle yakin, orang itu sedang menunggu Jisung.

Orang-orang yang melihat Chenle pun terkejut. Mereka mengerjapkan mata mereka berkali-kali, menajamkan penglihatan. Apakah mereka melihat hantu?

Chenle membuka kasar pintu rapat. Di sana Jisung sedang dikelilingi 127 Hyung, sepertinya mereka meminta penjelasan. Sementara Jisung terlihat kebingungan.

Kini semua menatap Chenle, dan semua 127 Hyung juga terkejut. Sementara Jisung membelalakkan matanya, benar-benar heran dengan kelakuan Chenle. Bukankah Chenle tidak ingin orang-orang tau, kalau dia masih hidup?

"Chenle kau—"

Chenle berlari, dan memeluk Jisung erat. Air matanya kembali turun, tubuhnya juga melemas membuat Jisung menahan tubuh Chenle agar tidak jatuh.

Dua jam diselimuti kekhawatiran dan ketakutan, ditambah lagi sebenarnya Chenle baru bangun. Ini sangat melelahkan. Tubuhnya benar-benar lemas. Tapi hatinya sangat lega setelah melihat Jisung tidak apa-apa.

"Chenle-ya kau kenapa? Kenapa kau menangis?"

"C–chenle?"

"Kau s–sungguh Chenle?" tanya Jungwoo yang tepat berada di samping Chenle dan Jisung yang sedang berpelukan.

Chenle mengabaikan tatapan terkejut semua orang, ia melepas pelukannya dan menatap Jisung dari bawah sampai atas. Air mata masih keluar dari mata sipitnya.

"Aku menyelamatkan mu. Aku mencegah badai."

Chenle tersenyum lebar, dengan pipinya yang tirus itu basah karena air mata. Napasnya mulai melemah, dan pandangannya memburam.

"Aku, menyelematkan mu ... "

Brukk

"Chenle!!!"

"Chenle buka matamu!!!"

"Chenle buka matamu!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 1. I'm Alone : Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang