Jicungie Watteoyo

1.5K 193 18
                                    

[Hanya fiksi]

••••••••

"Eomma tidak perlu ikut, Hyung akan mengantarkan ku 'kan? Aku tidak apa-apa eomma."

Wanita paruh baya itu menghela napasnya panjang.
Hari ini Jisung, anak bungsunya akan kembali ke dorm dan kembali beraktivitas sebagai idol.

Sekarang orang-orang kembali bersimpati kepada Jisung karena penyataan Mark di pers, jadi tentu saja Jisung tidak perlu lagi bersembunyi.

Tapi tetap saja, seorang Ibu akan selalu merasa khawatir dengan anaknya.

"Jungwan-ah, jaga adikmu. Jangan bertengkar dengannya, bawa mobilmu dengan hati-hati."

"Eomma, aku tidak akan tinggal dengan Jisung. Aku hanya mengantar Jisung, untuk apa bertengkar. Aku akan membawa mobil dengan hati-hati, jadi tidak perlu khawatir."

"Yaa anak kesayangan! Cepat naik, atau aku tinggal."

Eomma dua putra itu mengelus dadanya. Katanya tidak akan bertengkar, tapi cara memanggil seperti itu. Ya, tapi ia percaya anak pertamanya itu menyayangi Jisung.

"Eomma jangan khawatir, aku baik-baik saja. Eomma annyeong!"

Jisung tersenyum, melambaikan tangannya ke arah eomma lalu berlari kecil masuk ke mobil.

"Gwenchana?" tanya Jungwan, kakak Jisung.

"Tentu saja. Hooo, apa Hyung mencemaskan ku?"

"Tentu saja. Apa ada yang bisa kau lakukan selain membuat semua orang khawatir?"

Jisung mendengus kecil saat mendengar jawaban tidak enak dari kakaknya.

Jisung memalingkan wajahnya, memilih untuk melihat keluar jendela.
Melihat orang-orang berjalan itu mengasyikkan menurut Jisung.

Terkadang, Jisung membelalakkan matanya saat melihat sesuatu yang luar biasa. Sesuatu luar biasa definisi Jisung adalah sesuatu yang belum pernah Jisung lihat atau rasakan.

"Apa kau mau membeli baju?"
Jisung menoleh, menatap Jungwan. Ia mengernyit heran. Tiba-tiba membeli baju?

"Shireo?"

"Hyung yang membayar 'kan? Aku tidak punya uang—"

"Tidak punya uang museun suriya? Aku tau, selama di rumah kau selalu memakai uang eomma."

"Aku tidak meminta eomma membayarnya! Eomma yang—"

"Arraseo, aku yang membayar. Aku tidak boleh bertengkar denganmu, jadi ayo cepat turun. Jangan lupa pakai masker mu, anak kesayangan!"

Jisung mendengus kecil, lalu memakai maskernya seperti perintah kakaknya.

Jisung, dan Jungwan pun berjalan menuju sebuah mall. Jungwan memeluk bahu Jisung, jaga-jaga jika seseorang mengenali adiknya.
Tentu saja dua saudara itu sebenarnya saling menyayangi, walaupun setiap bertemu selalu bertengkar.

Jungwan sedikit menyesal membawa Jisung belanja. Ia baru ingat, membawa Jisung belanja itu sama saja mengajak istrinya belanja. Saangat lama. Ia sampai ingin duduk, berisitirahat. Bahkan setelah membeli baju, Jisung merengek minta membeli snack ciki kesukaannya.

Setelah satu jam, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Wajah Jisung berseri karena baju baru dan snacknya, sementara Jungwan sedikit kesal. Tapi ia juga senang, karena Jisung senang. Bagaimanapun Jisung itu adiknya.

"Harus seperti apa aku saat masuk?"

"Hai Hyung!!"

"Annyeong!"

Jungwan melirik Jisung yang sedang berbicara sendiri. Jisung melambaikan tangannya ke arah depan, dan tersenyum lebar.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jungwan.

"Hyung, menurutmu harus bagaimana aku saat masuk ke dorm nanti? Aku harus menyapa hyungdeul 'kan?"

Jungwan terkekeh, dan tangannya terulur untuk mengacak rambut Jisung. Ya, ia juga sering merasa gemas dengan Jisung.

"Lakukan aegyo. Mereka pasti akan sangat menyukainya," ucap Jungwan dengan diselingi kekehan.

"Aegyo??"
Jisung mengerucutkan bibirnya. Ia tidak bisa melakukan aegyo.

Setengah jam, akhirnya sampai di depan gedung tinggi tempat dorm 127.

"Kau butuh bantuan?"

"Tidak, aku akan masuk sendiri Hyung. Terimakasih sudah mengantar!"

Jisung keluar dari mobil, bibirnya terus bergumam, berlatih aegyo. Jungwan yang melihat itu tertawa kecil, menggelengkan kepalanya.

Jisung sudah menaiki elevator, dan kini sampai di depan pintu. Jisung kembali berpikir, haruskah ia menekan pin atau menekan bel?

"Sepertinya menekan pin lebih baik. Siapa tau hyungdeul sedang sibuk."

Jisung menekan pin pintu, tapi salah. Jisung membelalakkan matanya, ia lupa pin-nya!!

Dua percobaan masih salah, sampai percobaan ke tiga akhirnya Jisung berhasil. Tapi, pemandangan pertama kali saat pintu terbuka membuat Jisung terkejut.

Johnny memegang tongkat bisbol, dan memasang kuda-kuda.
Jungwoo memegang sapu, dan Yuta mengangkat kursi.

Mereka berempat membeku di tempatnya, buffering.

Ya wajar saja Johnny, Jungwoo, dan Yuta seperti itu.
Seseorang mencoba membuka pintu dorm, itu mencurigakan bukan?
Masalahnya adalah, Jisung gagal dua kali. Jika yang membuka member, seharusnya berhasil dalam satu percobaan bukan?

"E–em ... Hyung, Jicungie watteoyo!"

 Hyung, Jicungie watteoyo!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 1. I'm Alone : Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang