Datang berkunjung

1.4K 188 23
                                    

[Hanya fiksi]

•••••••

Keadaan yang sangat kacau membuat perusahaan memutuskan untuk menghentikan aktivitas NCT. Jisung dipulangkan ke rumah karena paksaan eomma Jisung yang tidak percaya dengan perlindungan perusahaan.

Perusahaan dan juga Mama Mark masih berusaha membujuk Mark untuk menghapus postingannya. Detektif sudah menyelidiki kembali kecelakaan itu, dan tentu saja tidak ada hal aneh.
Kecelakaan itu, murni kecelakaan.

Tidak ada rem blong, atau hal aneh lainnya. Tidak ada tanda-tanda kesengajaan. Tapi, meskipun demikian publik tetap tidak percaya. Publik lebih percaya dengan Mark, karena Mark adalah korban dari kecelakaan itu. Jisung masih menjadi musuh publik, dan dianggap psikopat yang harus mati.

Bahkan Mama Mark datang ke rumah Jisung untuk meminta maaf, tapi Eomma Jisung tidak membiarkan Mama Mark bertemu dengan Jisung. Tentu saja Eomma Jisung sangat marah.

"Jisung-ah bangunlah ... Jangan tidur terus, kamu harus makan. Eomma tinggal dulu, eomma akan kembali untuk menyuapimu. Sebentar saja, ya," ucap eomma Jisung dengan lembut. Beliau meletakkan bubur yang masih panas di meja nakas, lalu keluar dari kamar Jisung.

Jisung masih bergelung di selimutnya. Menangis.

Tubuh Jisung benar-benar kurus sekarang. Wajahnya bak mayat hidup, sangat pucat.

"Yaaa!! Ya Park Jisung!! Buka jendelanya atau aku pecahkan jendelanya!!"

Jisung melebarkan matanya,dan tubuhnya bergetar hebat. Apa sekarang orang-orang juga mengelilingi rumahnya? Sebenci itu mereka pada Jisung?

"Yaaa!! Park Jisung cepat buka!! Kalau kau tidak membukanya aku akan membunuhmu!!"

Jisung membuka selimutnya, menatap jendela dengan takut. Apa yang harus ia lakukan?

"Ish! Park uban Jisung!!! Aku akan ketahuan jika terlalu lama di luar!! Cepat buka jendelanya. Ini aku, Chenle!!"

Jisung membelalakkan matanya, dan seketika langsung turun dari kasurnya, membuka jendela.

Laki-laki tinggi putih dengan pakaian serba hitam menatap Jisung dengan tatapan membunuhnya.

"Aku akan membunuhmu!!"

Jisung langsung memeluk Chenle, tidak peduli dengan tatapan mematikan Chenle.

"HEII PSIKOPAT!! SIAPA YANG KAU PELUK?? APA KAU JUGA GAY?!"

Chenle, dan Jisung menoleh. Jisung langsung menutup wajah Chenle, dan menarik Chenle untuk masuk ke kamarnya. Kenapa juga berpelukan di balkon.

Jisung menutup rapat jendelanya, sementara Chenle menatap sekeliling. Sudah lama ia tidak ke rumah Jisung.

"Chenle-ya kau—"

"Ponselku jatuh di selokan, jadi aku tidak menjawab telepon mu. Kau pasti tetap mencoba meneleponku walaupun aku tidak menjawab."

"Mwo?"
Jisung menatap Chenle tidak percaya. Alasan macam apa itu? Jatuh di selokan?!

"Jisung-ah!!"

Jisung gelagapan, langsung menutup pintu kamarnya. Chenle duduk di kasur Jisung dengan santai, melepas hoodienya.

"Biarkan saja Jisung-ah ... Aku tidak keberatan jika eomma mu mengetahui tentangku."

"Tapi waktu itu—"

"Kubilang aku tidak keberatan!"

Jisung menghela napasnya panjang. Jisung pun membuka sedikit pintunya, lalu menghampiri Chenle. Jisung duduk di samping Chenle yang sedang mengaduk buburnya, dan mencium baunya.

"Bukan salahmu."

Jisung menatap Chenle dengan tatapan bertanya-tanya. Chenle menyuap bubur Jisung, dan mengangguk-angguk.

"Enak," ucapnya.

"Chenle-ya aku tidak mengerti maksudmu!"
Jisung tidak paham dengan perkataan Chenle, tapi Chenle terlihat sangat santai!

"Bubur ini enak," ucap Chenle mengulang.

Jisung menutup matanya, mencoba sabar. Ia menarik napasnya, dan membuangnya pelan.

"Bukan yang itu. Perkataan mu yang—"

"Kecelakaan itu bukan salahmu Park Jisung."

"Aku tidak tidur saat di mobil. Aku tau, bukan kau penyebab kecelakaannya. Kau tidak bersalah Jisung-ah ... "

 "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 1. I'm Alone : Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang