[Hanya fiksi]
•••••••
"Jisung-ah kau ingin makan apa?"
Jisung meletakkan tas gendongnya di pinggir ruang latihan, dan menoleh ke arah Jungwoo.
Baru saja sampai di ruang latihan, dan Jungwoo sudah menanyakan menu makanan. Itu sungguh mengingatkannya pada Haechan.
"Em ... Kimchi jjigae Hyung."
Belakangan hari Jisung sering memakan kimchi jjigae. Padahal tidak ada Haechan yang membuatnya terpaksa memakan makanan itu.
"Jja! Ayo kita berkumpul, kita akan melihat videonya terlebih dahulu."
Jisung menelan salivanya dengan kasar. Dance yang akan dipelajari terlihat sangat susah. Apakah Jisung bisa melakukannya?
"Cukup! Sekarang ayo kita coba berlatih."
Pelatih Lee berseru, dan member NCT pun berdiri untuk berlatih.
"Taeyong kau di tengah, lalu Jisung, Doyoung, Hendry, dan Kun di sebelah kanan Taeyong. Yang lainnya berarti di sisi kiri."
Mereka pun bergerak sesuai petunjuk pelatih. Ada tiga pelatih di sana. Ada juga beberapa staf lain, juga manajer. Tentunya ada kamera, karena nantinya akan dijadikan konten seperti biasanya.
Jisung hanya diam saat pelatih sedang menjelaskan formasi, dan koreografi. Pikirannya tidak di ruang latihan. Ia ingin menjenguk Mark, karena sudah lama ia tidak ke rumah sakit. Ia juga ingin sekali pergi ke China untuk menjenguk Chenle, dan Renjun. Jisung belum pernah tau kabar mereka berdua.
Jisung sudah mencoba menghubungi orang tua Chenle, dan Renjun tapi tidak di jawab. Jisung merasa kesepian. Jisung memang selalu kesepian walaupun sekarang sedang bersama delapan belas orang.
"Jisung-ah ... "
"Jisung-ah?"
"Park Jisung!"
"Jisung-ah ... "
Jisung tersentak kaget saat Doyoung menepuk pundak Jisung dua kali, juga seruan pelatih Lee.
"Jisung-ah fokus!"
Jisung menundukkan kepalanya. "Maaf," lirihnya.
"Jisung-ah sudah cukup bersedihnya. Bukan hanya kau, semua orang di sini juga bersedih, dan kita juga mengerti kau yang paling terkejut. Tapi Jisung-ah, apa kau akan selamanya hidup seperti itu? Kau tidak ingin melanjutkan hidupmu?"
"Jangan halangi yang lain karena sikapmu itu. Jika kau ingin terus seperti itu, lebih baik kau pergi dan menangis sendirian. Kau tidak ingin melakukan ini? Kalau begitu jangan lakukan! Tidak ada yang memaksamu Jisung-ah!"
"Lee Sangmin!!"
Seo manajer berseru mendekati pelatih Lee karena perkataan kasarnya pada Jisung. Mental artis adalah prioritas, mereka tidak boleh membuat artis semakin down. Jisung sudah menangis karena bentakan itu. Baru kali ini ia dimarahi.
"Jisung-ah ... "
Doyoung, dan yang lain menghampiri Jisung merasa kasihan. Mereka juga marah dengan pelatih Lee. Mereka sama sekali tidak merasa Jisung menghalangi mereka.
Pelatih Lee pun dibawa keluar oleh manajer Seo, dan member juga manajer menyemangati Jisung. Cukup sulit bagi Jisung untuk bangkit dari kesedihannya, tapi kini ...
Jisung menggelengkan kepalanya, menepis semua tangan yang mencoba mengelus kepalanya, menepuk pundak, dan berusaha menghapus air matanya.
Jisung menghapus air matanya sendiri.
"Aku akan keluar sebentar," ucap Jisung."Jisung-ah ... "
Jisung kembali menggeleng. "Tidak apa Hyung, aku hanya akan ke toilet sebentar."
Tanpa mendapatkan jawaban, Jisung pun keluar. Berlari menuju kamar mandi. Jisung menyalakan keran air, lalu menangis. Jisung berjongkok di sudut kamar mandi, menutup matanya.
Jisung juga tidak ingin seperti ini.
Jisung juga ingin melupakannya.Tapi, ternyata ini tidak semudah itu.
Jisunh tidak pernah bermimpi tentang mereka, seharusnya akan lebih mudah bagi Jisung untuk melupakannya bukan?
Tapi tidak.Jisung masih belum terbiasa dengan suasana berbeda ini.
Jisung masih menginginkan Hyung NCT Dream.Ttok tokk tok
"Jisung-ah ... Kau di dalam? Keluarlah, kita harus berbicara."
Jisung menoleh ke arah pintu. Ia tau benar suara itu. Pelatih Lee ingin berbicara apa lagi? Hati Jisung belum siap menerima perkataan seperti tadi lagi.
"Jisung-ah ... Keluar. Aku minta maaf tentang tadi, untuk sekarang keluar dulu. Semua orang menunggumu."
Sebagian dari Jisung tidak ingin keluar, tapi bagian yang lain memaksa Jisung untuk keluar karena memikirkan orang lain akan kesulitan karena sikap tidak dewasanya ini.
Jisung bangkit. Ia membasuh wajahnya dengan air, dan mematut wajahnya yang terlihat kacau. Mata sembab berwarna merah, pipi tirus, dan bibir pucat. Wajahnya sama sekali tidak lucu atau tampan. Apakah ia masih memiliki wajah idol? Tentu tidak. Jisung juga kelelahan mengingat jadwalnya yang padat.
"Jisung-ah ... "
Jisung kembali menoleh ke arah pintu. Ia hampir melupakan kalau seseorang sedang menunggunya. Jisung pun mematikan keran air, menarik napasnya dalam, lalu membuka pintu.
"Jisung-ah ... "
"Maaf," lirih Jisung.
"Kajja!"
Jisung hanya diam di gandeng pelatih Lee menuju ruang latihan. Ya, Jisung harus melakukannya apapun yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 1. I'm Alone : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Apa yang akan terjadi, jika Jisung tanpa Hyungnya? Bagaimana jika suatu hari, Jisung kehilangan Hyung-hyungnya? . . . ⚠️Don't PLAGIAT! Start : 4 Mei 2022 Finish : 17 Juni 2022