Jujur

1.5K 181 4
                                    

[Hanya fiksi]

•••••••

"Kita istirahat sepuluh menit."

Jisung membuang napasnya lelah, lalu duduk di pinggir.
Taeyong mendekati Jisung, dan menawarkan botol air minum.

"Gomawo Hyung," ucap Jisung seraya tersenyum tipis.

Baru saja akan meminumnya, getar ponsel membuat Jisung kembali menutup botol minumnya.
Lagi-lagi nomor tidak di kenal, yang selalu mengganggunya.

Sebenarnya Jisung sudah memblokir nomor tidak dikenal yang selalu menerornya, tapi seperti tidak ada habisnya nomor-nomor tidak dikenal terus menelepon dan mengirimi Jisung pesan. Dan pemilik nomor tidak dikenal ini adalah orang yang sama, Jisung yakin akan hal itu.

"Hyung," lirih Jisung seraya menoleh ke arah Taeyong yang sedang tertawa karena tingkah Jungwoo dan Johnny.

Taeyong menoleh, menatap Jisung dengan tatapan hangatnya.

"Wae?"

Jisung menundukkan kepalanya, haruskah ia memberi tahu Taeyong?
Jisung tidak bisa terus menyembunyikannya, karena Jisung merasa terganggu dengan orang ini.

"H-hyung aku ... "

"Wae? Ada yang ingin kau katakan?"

Jisung mengangguk. "Aku ingin mengatakan sesuatu."

"Katakanlah Jisung, aku akan membantumu."

Jisung mendongak, menatap Taeyong.
Tentu saja Taeyong tau Jisung sedang kesulitan, tapi ia menunggu. Taeyong menunggu Jisung bercerita.

"Hyung aku-"

"Jja! Ayo kita kembali berlat-"

"Tunggu pelatih! Jisung ingin mengatakan sesuatu," ucap Taeyong tegas, memotong seruan pelatih.

Seketika semua atensi terpusat pada Jisung. Jisung melebarkan matanya, dan mengibaskan tangannya dengan panik.

"T-tidak! Aku tidak-"

"Katakan Jisung-ah. Aku tidak akan membiarkan mu menyembunyikannya lagi. Katakan apa yang mengganggumu. Kita akan mendengarnya Jisung-ah," ucap Taeyong tegas.

Taeyong tidak ingin sesuatu terjadi kepada Jisung, dan ia tidak tau apapun masalahnya. Ia adalah leader, dan yang lainnya lebih tua dari Jisung. Kenapa Jisung harus memendamnya sendiri?

"Jisung-ah gwenchana?" tanya Yuta.

Jisung menundukkan kepalanya, merasa sedikit takut. Tapi, jika sudah seperti ini mungkin lebih baik Jisung mengatakannya.

"H-hyung, aku ... To-tolong. Tolong aku, hyung."

Jisung menatap semua orang dengan mata berkaca-kaca. Jisung sudah ketakutan karena di teror, dan sekarang semua orang memusatkan perhatian pada Jisung, membuat Jisung semakin takut.

"Katakan Jisung-ah, bagaimana cara kita membantumu heum? Katakan, apa yang mengganggumu."

Jisung menyalakan ponselnya, dan menunjukkan pesan-pesan anonim yang terus dikirim setiap satu jam sekali.

"Jisung-ah!"

Semua orang mulai menatap Jisung dengan tatapan khawatirnya.

"Jisung-ah, kita akan melindungimu. Jangan khawatir oke?"

"Jaraesseo Jisung-ah," ucap Taeyong seraya mengelus kepala Jisung.

"Kamu sudah melakukan hal yang benar, dengan memberi tahu kami."

Jisung tersenyum tipis, dan mengangguk. Ternyata sekarang perasaan Jisung menjadi lega setelah mengatakannya. Jisung tidak tau itu.

"Kalau begitu Hyung akan mengambil ponselmu, kau bisa-"

"Ponselku?!"

Taeyong, dan yang lain tersentak kaget saat Jisung berteriak. Jisung terlihat panik, dan menyembunyikan ponselnya.

"Tentu saja Jisung-ah,kita harus mengambil ponselmu dan-"

"Tidak Hyung. J-jangan, jangan ambil ponselku."

"Kenapa kau menyembunyikan ponselmu Jisung-ah? Apa kau menyimpan video bagus di ponselmu?"

Yuta tersenyum menggoda, sementara Jisung menggeleng kecil masih menatap waspada. Johnny mendorong kecil Yuta, yang membuat orang berpikir kemana-mana.

"Jisung-ah kenapa kita tidak bisa mengambil ponsel mu? Kau tau, kita butuh ponselmu untuk-"

"Yuta Hyung benar! A-aku menyimpan videonya. J-jadi, tidak bisakah a-aku menyimpan ponselku sendiri?"

Semua orang membelalakkan matanya, terkejut. Mereka tidak percaya yang dikatakan Jisung.

Sebenarnya Jisung tidak paham, video apa yang dikatakan Yuta. Tapi ia pikir, jika Jisung mengiyakan saja maka Taeyong tidak akan mengambil ponselnya.

"J-jisung kau, kau sungguh menyimpannya? Aku, a-aku tidak pernah menduganya."

"Aku juga."

Jisung mengernyit, bingung dengan ekspresi hyungdeul. Apakah ia salah bicara? Memangnya video apa?

"Jadi, Hyung tidak mengambil ponselku 'kan?" tanya Jisung dengan hati-hati.

Serempak, dan kompak mereka semua menggeleng masih dengan tatapan yang tidak percaya.
Apapun itu, Jisung tidak peduli. Jisung menghembuskan napasnya lega, yang penting ponselnya tidak diambil.

Jika Taeyong, atau manajer mengetahui Chenle masih hidup dan dia berhubungan dengan Chenle, entahlah akan seperti apa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 1. I'm Alone : Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang