[Hanya fiksi]
•••••••
"Tanda vital?"
"60 lebih dari 30. 50 bpm. detak jantungnya terus menurun, dokter!"
"Retractor!"
Di sebuah ruangan yang luas bernuansa biru, dengan suara elektrokardiogram yang mendominasi. Semua petugas medis disana terlihat serius, dan suasananya sangat dingin mencekam.
"Suction!"
Seorang laki-laki berstatus dokter itu mengulurkan tangannya, meminta sebuah alat penghisap darah.
"Dokter vital pasien semakin melemah!"
"Kassa, cepat!!!"
Seorang laki-laki yang tengah terbaring dengan mata tertutup itu terlihat damai tanpa kesakitan, meskipun perutnya sedang dibedah.
"Apa yang kau lakukan?!!!"
Seorang dokter yang lebih senior menatap tajam juniornya yang tidak sengaja memuat kesalahan. Pendarahan semakin deras, dan sekarang pasien semakin kritis.
"Jisung-ah kau merindukanku?"
"Jaemin Hyung??"
"Ayo kita pergi ... "
"Kain kassa!"
"Lagi!"
"Lebih banyak!!!"
"Apa yang kau lakukan, tangani kesalahan mu, jangan hanya diam!"
"Wahh Haechan Hyung? Jeno Hyung? Renjun Hyung???"
"Apa kau sangat merindukan kami?"
"Kalau begitu ayo ikut dengan kami."
"Bolehkah?"
"Tentu saja. Kau sudah melakukan kerja yang bagus, sekarang kau bisa istirahat. Selamanya."
"Dokter!!"
Tiiitttttttttt
"Andwae!"
Dokter senior itu pun langsung beralih ke bagian dada pasien, dan melakukan CPR.
"Jeball bertahanlah," gumamnya.
"Senior—"
"Diam!!"
Suara napas yang tidak teratur bersamaan suara elektrokardiogram yang memekik telinga itu memenuhi ruangan. Selain dokter senior yang masih berusaha keras menyelamatkan pasiennya, mereka menundukkan kepala. Sebenarnya, sejak sampai di rumah sakit pun tidak ada harapan.
Luka tusuk di bagian vital, dan tusukan yang sangat dalam. Juga, keterlambatan medis membawa pasien ke rumah sakit.
Hahhh hhhh
Dokter senior itu mulai menghentikan CPR. Napasnya memburu, keringat membanjiri pelipisnya. Bahkan baju operasi itu menempel di tubuhnya karena keringat.
"Park Jisung laki-laki dua puluh dua tahun. Selasa, 14 Juni meninggal dunia."
Hari itu, Park Jisung menghembuskan napas terakhirnya. Sepertinya sekarang ia bahagia karena akhirnya bersama keempat Hyung yang sangat ia rindukan.
Sepertinya sekarang pertanyaannya terjawab, apakah ia akan menjadi bintang atau tidak.Apakah Jisung melihat?
Apakah sekarang Jisung melihat keadaan semua orang?"Jisung-ah!!!!"
"Andwae, putraku!!!"
"Lepaskan! Biarkan aku melihat anakku!"
Eomma Park brutal, ingin berlari ke ruang operasi untuk memeluk anaknya begitu dokter memberitahukan kematian putranya.
Seluruh jiwanya seperti hilang, dan ia kehilangan akal. Eomma Park tidak bisa mengendalikan diri, dipikirannya hanya ingin melihat wajah putra kesayangannya.
"Jisung-ah! Park Jisung!! Anakku!"
"Yeobo, jangan seperti ini—"
"Aku harus apa?!! Pria itu mengatakan putraku mati! Aku tidak akan percaya, jika aku tidak melihatnya sendiri!!"
"Yeobo—"
"I–ini ... Ini kesalahan ku. Jisung Appa, ini semua adalah kesalahan ku. Seharusnya aku tidak mengantarnya ke stasiun TV. S–seharusnya ... Seharusnya aku tidak mengantarnya ke SM."
"Anakku, anakku selalu kesakitan setelah menjadi idol dan terkenal. Ini semua salahku."
"Tidak, tolong tenanglah. Tenangkan dirimu."
Jisung Appa memeluk istrinya yang hampir gila itu, mengusap kepala istrinya lembut.
Tentu saja air mata tidak luput dari matanya. Ia juga terus menyalahkan diri, atas meninggalnya putra bungsunya."A–aniya ... "
Sementara laki-laki yang sedari tadi berdiri dari kejauhan itu menggelengkan kepalanya, tidak percaya atas apa yang ia lihat dan dengar.
"Taeyong-ah ... "
"Hyung ini pasti bohong 'kan?"
Seo manajer memeluk Taeyong.
Ini pertama kalinya ia, melihat leader NCT menangis. Tapi, tentu wajar."Hyung, aku bersalah. A–aku ... Aku gagal menjadi leader."
"Tidak Taeyong-ah ... Ini sudah takdir. Jangan salahkan dirimu."
Lorong operasi itu dipenuhi tangisan, dan rasa sesak. Udara seperti menipis, dan mereka merasa sangat sesak.
Maknae mereka telah pergi.
Park Jisung, forever maknae telah pergi selamanya. Ya, Park Jisung selalu menjadi maknae sampai akhir hidupnya.Brukk
Seorang laki-laki dengan hoodie hitam bertopi itu jatuh terduduk. Tatapannya kosong ke depan, dan perlahan air matanya juga mengalir di pipinya yang putih pucat.
Zhong Chenle, laki-laki itu jauh-jauh pergi ke Korea saat teleponnya terputus secara tiba-tiba. Park Jisung membuatnya khawatir. Ia ingin memarahi Park Jisung saat sampai di Korea, tapi ...
"Park Jisung sudah pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 1. I'm Alone : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Apa yang akan terjadi, jika Jisung tanpa Hyungnya? Bagaimana jika suatu hari, Jisung kehilangan Hyung-hyungnya? . . . ⚠️Don't PLAGIAT! Start : 4 Mei 2022 Finish : 17 Juni 2022