3 bulan pertama Addara bekerja di sebuah kantor penerbitan berjalan mulus. Tidak ada desas-desus yang ia dengar tentang dirinya untuk hal buruk. Para seniornya pun tidak ada yang menyebalkan seperti yang ia dapat dari cerita yang ia dengar. Addara bersyukur karena itu. Justru para seniornya banyak membantu Addara untuk berbagai hal.
Pagi ini, Addara sudah duduk di kursi ruangannya sembari menatap layar PC yang menampilkan bahan laporan yang perlu ia presentasikan. Addara akan melakukan presentasi sebagai bahan evalusi kinerja hari ini. Nita bilang, memang di 3 bulan pertama bekerja, semua karyawan akan dievalusi dengan berbagai cara. Ada yang dengan wawancara secara tatap muka kepada manager keuangan atau membuat laporan keuangan kompleks dan yang menurut Nita ekstrim adalah presentasi, yang akan Addara lakukan sekarang.
Tidak main-main, presentasi tersebut akan disaksikan oleh salah satu karyawan divisi yang sama, kepala staff, manager keuangan, dan CEO jika jadwalnya pas. Addara tidak keberatan dengan itu. Ia biasa bicara di depan banyak orang menyampaikan hal penting. Seperti saat kuliah, ia juga termasuk menjadi salah satu orang penting di organisasi mahasiswa. Dan itu lah alasannya ia hanya memiliki sedikit teman. Loh bukannya harusnnya menambah relasi? Tentu, orang banyak mengenalnya tapi yang tidak suka padanya pun tidak sedikit. Addara sedikit bingung dengan itu, hingga sekarang.
Addara sudah mempersiapkan diri sejak kemarin. Ia memang baru diberitahu untuk presentasi kemarin. Nita bilang, pemberitahuan tentang metode evalusi memang selalu mendadak. Katanya, itu akan menunjukkan kinerja dan kualitas karyawan sesungguhnya. Addara sekarang mengerti kenapa dulu salah satu dosennya yang merekomendasikan Addara bekerja disini bilang, ‘itu perusahaan bagus. Untuk sekedar jadi karyawan biasa aja perjuangannya harus lebih dari kamu bekerja di perusahaan lain dengan posisi lebih tinggi. Tapi, itu semua akan sebanding sama apa yang kamu dapat. Baik dari pengalaman, bayaran yang kamu dapat, maupun ilmu yang nantinya akan kamu ambil.’ Addara setuju dengan itu.
“Udah siap, Dar?” tanya Anya yang baru saja meletakkan tasnya di meja. Ia baru saja datang. Di ruangan ini memang belum semua hadir. Tersisa kursi Naya dan Nita yang masih kosong. Sebetulnya jam masuk pun masih cukup lama. Addara memang berangkat lebih awal saja.
“98%, Mbak,” jawab Addara dengan kekehan. “Di sini ada yang pernah presentasi juga, Mbak?” tanya Addara sembari mengedarkan pandangannya pada Anya, serta Sinta dan Ayuna yang ia yakin juga mendengarkan.
Ketiga wanita itu menggelengkan kepala. “Kalau aku dulu bikin laporan yang harus tanda tangan sana sini gitu,” Jawab Sinta. “Terus Ayuna sama Anya, kalau gak salah wawancara sama Bu Raya, ya. Kalau mbak Naya seingetku dapet projek dari pak Bagas cuma kita gak tau dia bikin apa,” jelas Sinta yang diangguki Anya dan Ayuna.
“Oh Mbak Nita presentasi, Mbak,” Ayuna menambahkan. “Aku inget dia pernah cerita katanya itu bikin dia stres karena gugup,” Sinta dan Anya mengiyakan sembari mengangguk memutar ingatan mereka.
“Yang jadi audience dan penilainya lengkap, Mbak?” tanya Addara. “Sampe ke pak Lucas juga?”
“Ngga,” suara Nita dari pintu menjawab. Ia baru saja datang bersama Naya. “Waktu Mbak bukan Pak Lucas CEO nya, kalau gak salah inget, namanya Pak Wicaksana. Mbak presentasi macam itu udah beberapa tahun lalu, Dar,” Nita terkekeh dengan kalimat terakhirnya sambil meletakkan tas yang ia bawa ke mejanya.
Mendengar nama selain Lucas yang Nita sebut, Addara sedikit membulatkan mulutnya. “Jadi waktu Mbak siapa aja yang ada?” tanya Addara.
“Cuma bertiga, tapi deg-degannya bukan main,” Nita menjawab sembari memutar ulang memorinya. Yang lain, turut mendengarkan diiringi selingan rasa syukur karena metode yang mereka gunakan terkesan lebih mudah. “Dari ruangan ini tuh Mbak Tari, dia resign karena ngurus anak. Dulu dia juga evaluasinya presentasi. Trus Pak Bagas, sama Bu Raya. Pak Wicaksana, CEO yang lama, dulu gak hadir,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejection(s) [END]
Teen FictionAddara tidak suka membaca buku atau menonton film dua kali. Ia sudah paham jalan cerita dan akhir dari cerita itu nantinya. Menurutnya, itu sama seperti menjalin hubungan yang sama dengan mantan. Tapi, bagaimana jika hubungan yang sebelumnya memang...