Gandengan tangan yang terlihat erat membuat siapa saja yang melihat sepasang manusia ini berpikir mereka adalah pasangan paling bahagia. Tidak tahu saja mereka sedang dalam perdebatan cukup alot.
Masalah makan siang.
Apa itu terdengar kenakanan? Memperdebatkan makan siang karena sang wanita mempunyai janji makan bersama dengan temannya dan tidak bicara lebih dulu hingga akhirnya sang pria yang membatalkan janji itu di depan teman sang wanita.
Addara dan Lucas mengalami itu sekarang.
Beberapa menit lalu, sebelum jam istirahat makan siang, Addara sudah mendatangi lantai 3 di mana ruangannya dulu berada. Addara yang tentu masih menjalin hubungan baik dengan mereka—di bagian akuntansi—menerima ajakan makan siang mereka kemarin malam dan tadi ia memastikan ulang.
Rencananya, addara dan rekannya—Nita, Sinta, Ayuna, Anya dan Naya—akan makan di salah satu rumah makan sunda di sekitar kantor. Namun rencana tinggal rencana.
Tepat saat mereka keluar dari lift di lobby, Lucas datang dari arah pintu masuk kantor dan bertanya pada Addara. Addara menjawab dengan jelas dan saat itu juga Lucas bicara pada karyawan lainnya.
“Dara lupa udah ada janji sama saya, saya pinjem Dara hari ini, ya.” Katanya dan langsung pergi membawa satu dari mereka setelah yang lain menjawab dengan iya.
Ah mengenai Addara yang menjadi pacar Lucas, mereka sedikit tahu tentang itu. Addara tidak mau menjelaskan secara rinci dan yang lain pun paham. Tak lupa Addara juga meminta mereka merahasiakannya. Tapi, mungkin itu tak akan bertahan lama. Siapa yang akan berpikiran bahwa mereka hanya rekan kerja jika hampir tiap hari datang dan pulang bersama? Ditambah lagi, kejadian di lobby tadi. Cukup banyak karyawan di sana dan kemungkinan besar Lucas akan mengganggu ketentraman Addara.
“Marahnya ditunda dulu. Banyak orang yang liat, nanti kamu bisa marahin saya sepuasnya.” Bisik Lucas.
Mereka saat ini ada di salah satu hotel ternama di pusat kota. Cukup jauh dari kantor. Addara sendiri semula bingung kenapa Lucas membawanya kemari. Tapi ia ingat bahwa ia sedang kesal karena Lucas membawanya tiba-tiba dan membatalkan janjinya begitu saja. Ia urungkan semua pertanyaan.
“Saya lupa bilang kalau hari ini kita datang ke ulang tahun salah satu perusahaan. Hubungan kita baik sama mereka dan kebetulan juga mereka sekalian mengumumkan pemindahan kekuasaan ke penerus selanjutnya,” jelas Lucas saat mereka di dalam lift yang hanya berisi mereka berdua.
“Sayang maaf ih.” Rengek Lucas saat Addara tidak memberikan reaksi. Pria itu menggoyang-goyangkan tangan Addara yang ia genggam. “Sayaang, dengerin duluu.” Ia memegang pundak Addara dan membawa wanita itu menatapnya.
“Iya dari tadi dengerin,” balas Addara dengan malas. Tatapannya kentara kesal dan sangat tidak dalam keadaan baik.
Sebetulnya itu tidak begitu masalah apalagi setelah mendengar penjelasan Lucas bahwa kedatangan mereka kemari adalah untuk urusan pekerjaan. Namun keadaan Addara sedikit memperparah masalahnya.
Ia sedang mendapat tamu bulanan. Rasa sakit di perutnya cukup menganggu ditambah lagi ia lapar sekarang. Apakah itu kurang menyiksa? Oh adalagi. Lucas dari pagi tidak ada di kantor. Pria itu mengurus beberapa masalah di bagian produksi. Dan sialnya, Lucas mendapat tamu juga pagi tadi. Addara lah yang perlu menanganinya. Memakan waktu 2 jam lebih bercengkrama sok asik dengan bahasa formal. Sangat menyiksa.
“Kamu masih marah. Maafin saya. Saya beneran lupa. Mereka juga bilangnya personal ke saya bukan ke kantor,” Lucas menempatkan kedua tangannya di pipi Addara kali ini.
Lantai yang Lucas tuju adalah lantai paling atas dari gedung super tinggi ini. Lantai 30. Hah Addara bahkan tidak membayangkan jika menengok keluar dari kaca jika sudah sampai nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejection(s) [END]
Teen FictionAddara tidak suka membaca buku atau menonton film dua kali. Ia sudah paham jalan cerita dan akhir dari cerita itu nantinya. Menurutnya, itu sama seperti menjalin hubungan yang sama dengan mantan. Tapi, bagaimana jika hubungan yang sebelumnya memang...