Suasana khas Bali memang tidak pernah luntur. Semua orang tahu bahwa ini Bali bahkan hanya dengan menghirup udaranya.
Pukul 11 siang Addara keluar dari kamarnya. Ia sama sekali belum keluar kamar hari ini. Lucas benar-benar memberinya hari libur untuk hadiah ulang tahunnya. Ah Addara sudah mengucapkan selamat ulang tahun pada dirinya sendiri dengan beberapa harapan tentunya.
Pakaian santai yang ada di lemari kamar menjadi pilihan Addara hari ini. Ya! Lucas mempersiapkan semuanya. Sejak hari pertama hingga kini, semua yang Addara pakai adalah pakaian yang Lucas siapkan dalam satu lemari penuh pakaian. Ia sendiri bingung itu milik siapa sebenarnya.
Addara berjalan mencari Lucas karena ia perlu membuat izin untuk pergi sendirian hari ini.
Ia pergi ke ruang tengah, kosong. Taman belakang, kosong. Bagian depan, kosong. Satu tempat terakhir yang mungkin Lucas berada di dalamnya adalah kamar.
Wanita dengan high waisted deep grey pants dan baju lengan panjang berwarna hitam yang sedikit membentuk tubuhnya itu mengetuk pintu kamar Lucas.
6 kali ketukan dengan sekali jeda tidak ada jawaban. Ia kemudian mecoba untuk membuka kenopnya yang ternyata dikunci. Apa Lucas masih tidur? Atau pria itu pergi?
Addara merogoh saku celananya mengambil ponsel. Menekan beberapa titik di layar dan kemudian menghubungi Lucas.
“Kenapa, sayang?”
Addara terdiam hingga Lucas kembali mengatakan hal yang sama. “Bapak di mana?” tanyanya. “Saya keluar sebentar,”
“Saya di tempat furniture yang kemarin,” jawab Lucas. “Mau jalan-jalan? Kemana?”
“Gak tau,” Addara menggelengkan kepalanya. “Kapan bapak pergi ke sana?”
Terdengar kekehan di ujung sambungan. “Tadi pagi. Kemarin kan kita belum bener-bener pilih barangnya,” jawabnya. “Kamu jalan-jalannya sendiri? Atau minta temenin sama karyawan papa aja, ya. Biar saya telepon.”
“Gak perlu, pak.” Tolak Addara. “Saya pulang sebelum bapak. Bapak pulang kapan?”
“Agak sore, sayang. Mungkin jam 3 atau 4,”
“Oke. Saya mau kabarin itu aja,”
“Sebentar, Ra. kamu beneran jalan-jalan atau mau ke satu tempat? Kalau jauh, driver di lobby bisa kamu mintain tolong. Saya tadi kesini gak pake driver soalnya,”
“Saya jalan, pak.”
“Oh oke. Hati-hati.” Balas Lucas. “Hpnya jangan mati, Ra.”
Addara kemudian mematikan sambungan setelah menjawab iya. Entah kenapa, ia merasa sedikit kesal mendengar Lucas yang pergi ke tempat kemarin. Mungkin karena Lucas sekarang pacarnya? Ah tidak tahu.
Wanita itu memutuskan untuk berjalan-jalan menikmati harinya dengan mengunjungi salah satu pasar yang menjual bermacam barang khas Bali. Ia sempat melihatnya sekilas saat mereka datang.
Berjalan santai menuju pasar yang ia tuju, beberapa senyuman ramah ia dapatkan, angin yang cukup bersahabat dengan matahari yang sedikit menyengat menjadi oleh-oleh tersendiri bagi Addara.
Sesampainya di tempat yang ia tuju, Addara langsung disuguhkan dengan berbagai barang yang membuatnya tersenyum. Ah sungguh jika ia tidak dalam acara pekerjaan kesini, ia akan menyisakan satu koper untuk barang yang menarik perhatiannya—terdengar sedikit berlebihan sepertinya. Sayang, ia tidak bisa membeli banyak karena ia pun tidak membawa tas atau koper memadai. Sayang rasanya jika sengaja membeli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejection(s) [END]
Teen FictionAddara tidak suka membaca buku atau menonton film dua kali. Ia sudah paham jalan cerita dan akhir dari cerita itu nantinya. Menurutnya, itu sama seperti menjalin hubungan yang sama dengan mantan. Tapi, bagaimana jika hubungan yang sebelumnya memang...