Langit mendung menjadi hal yang paling menegangkan. Antara hujan dan tidak selalu membuat was-was.
Benar-benar dari Addara datang ke kantor hingga kini menjelang istirahat makan siang, cuaca tidak terlihat baik. Angin bertiup lebih kencang dari biasanya. Warna langit tertutup gumpalan gelap yang kapan saja siap menurunkan air.
Di ruangannya, Addara sedang sibuk merekap sebuah fail hasil pertemuan yang nantinya perlu ia serahkan pada Lucas.
Biasanya Addara menyetel AC dalam suhu yang pas. Namun kali ini sedikit berbeda. Addara mematikan AC dan lengkap menutup rapat pintu ruangannya. Tidak lupa, blazer yang biasanya ia buka saat di ruangan, tidak ia tanggalkan untuk hari ini. Ia malah menambah lapisan jaket tipis di bagian luar.
“Sefokus itu, Ra?”
Addara sedikit terkejut dengan suara di pintu ruangan. Ia mendongak dan mendapati Lucas melongokkan kepalanya dengan badan bersandar pada kusen.
“Sejak kapan di situ?” tanya Addara. Ia menekan beberapa tombol pada laptopnya sebelum menutup elektronik lipat itu.
“3 sampai 5 menit,” jawab Lucas setengah kesal. “Ayo makan, sayang.” Lucas masuk ke ruangan Addara dan langsung duduk di sofa.
“Makan? Saya bawa makan,”
“Aku, sayang.” Koreksi Lucas. “Bawa banyak?” tanya Lucas.
Addara mengangguk ragu. Ia kemudian mengambil satu tas berisi kotak makanan dari rak di belakangnya. “Mau?”
Lucas mengangguk semangat dan menggeser sofa kecil yang ia duduki ke dekat meja Addara hingga mereka duduk berhadapan. “Lain kali bawa yang banyak, Ra.” komentarnya saat Addara membuka satu persatu kotak makannya.
Addara terkekeh. “Makan aja, saya abis makan roti tadi,” ujar Addara. Ia kemudian melipat tangannya di meja setelah merapikannya. Hanya ada 1 kotak makan besar dan 2 lainnya berukuran kecil serta beberapa map plastik saja di meja, ia menyingkirkan laptopnya.
Lucas menyipitkan matanya menatap Addara. Ia menyendok nasi, ayam asam manis dan rebusan sayur lalu menyodorkannya ke depan mulut Addara. “Aaa sayang.” Titahnya saat Addara tak kunjung membuka mulut.
Addara tersenyum membuka mulutnya. Ia memakan suapan yang Lucas berikan.
Lucas melakukan hal yang sama pada dirinya. Menyuap makanan dengan garpu yang ada.
Suapan Lucas yang lebih besar dari Addara namun kunyahannya yang cepat membuat Addara sedikit terlambat. 2 kali Lucas menyuap, 1 kali bagian Addara. Mereka melakukannya dengan keheningan hingga tersisa beberapa suapan.
“Kak, aku udah pikirin sesuatu,” ucap Addara setelah meneguk minumnya.
Lucas menatap Addara. Ia menyuap suapan terakhirnya kemudian menggerakan kepala sebagai tanda tanya.
“Aku mau kasih tau tante Diana,” Addara mengambil satu potong wortel rebus dan memakannya. Ia berbicara cukup santai, lain dengan di hatinya. Ia sangat cemas dan gugup.
“Oh ya? Kapan? Biar saya temenin,” tanya Lucas dengan antusias. Ia menggeser kotak makan dan melipat satu tangan di meja dengan tangan lain menggenggam tangan Addara.
Addara menggeleng. “Aku cuma mau kasih tau kakak. Kakak gak perlu temenin, aku bisa sendiri.”
Genggaman tangan Lucas melonggar, pria itu menatap Addara tepat di mata. “Kasih tau saya waktunya. Kapan, hm?”
“Tante Diana dan suaminya pindah ke sini mulai minggu depan, suaminya pindah kerja,” Addara menjeda untuk mengatur napasnya. “Satu atau dua hari setelah dia sampe, mungkin aku bakal bilang,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejection(s) [END]
Novela JuvenilAddara tidak suka membaca buku atau menonton film dua kali. Ia sudah paham jalan cerita dan akhir dari cerita itu nantinya. Menurutnya, itu sama seperti menjalin hubungan yang sama dengan mantan. Tapi, bagaimana jika hubungan yang sebelumnya memang...