Minggu ini sedikit berbeda dari biasanya. Ini pertama kalinya Addara hanya mengajar di satu kelas dan berakhir jam 10 pagi. Masih banyak waktu tersisa untuk hari ini.
Addara tidak punya rencana hari ini selain bermalasan di rumah sendirian. 20 menit lalu ia tiba di rumah. Pakaian Addara bahkan sudah beralih menjadi baju tidur berwarna biru hitam dengan gambar kartun kepala kambing lucu berukuran kecil yang bertebaran.
Kebiasaan Addara jika ada waktu lengang seperti ini adalah berdiam di ruang tengah, mengabaikan sofa dan duduk lesehan dengan ponsel atau laptop yang ia simpan di meja yang menampilkan sebuah video untuk ia tonton, sebagai penghilang jenuh dan kesepiannya.
Pilihan tontonan Addara kali ini sedikit berbeda. Biasanya ia akan menonton orang yang sedang makan, namun sekarang ia menonton sebuah reality show milik salah satu grup asal Korea Selatan. Ia baru tahu bahwa menonton acara seperti itu ternyata sangat seru. Ia jadi berkeinginan untuk bisa berbahasa Korea. Apa ia perlu mengambil kursus?
Dari episode ke episode Addara lalui dengan tawa. Terhitung sudah satu jam ia tenggelam dalam sebuah acara tersebut hingga tak sadar ada yang mengetuk pintu pagar.
Duk! Duk! Duk!
Addara bangkit dari duduknya ketika menyadari ada suara di depan rumah. Tak lupa ia menjeda video yang ia tonton sebelum menuju dan membuka pintu.
Addara mengerutkan keningnya. Apakah jadwal Addara sama dengan pria itu hari ini?
"Gua kira lu gak ada di rumah," ujar Arkan tepat saat ia melihat Addara menapakkan kaki di dekat pagar.
"Masuk, Ar," ajak Addara setelah berucap maaf. Ia membawa Arkan duduk di kursi teras. "Aku ambil minum bentar,"
"Ga usah," tolak Arkan sebelum Addara benar-benar meninggalkannya. "Gua mau ajak lu ke rumah. Nyokap pengen ketemu katanya,"
Alis Addara tertaut. Ia duduk di kursi satunya. "Kenapa? Ada acara dadakan apa?" tanya Addara heran.
Arkan tertawa. "Gak ada acara apa-apa," jawabnya. "Gua udah bilang kalau pelet lu manjur di keluarga gua, Ra. Gak pernah dalam sejarah, nyokap maksa gua jemput temen gua karena dia pengen ketemu," sambungnya terkekeh.
Addara menggaruk pelipisnya, ia malu dibilang seperti itu. "B-boleh aja. Aku gak ada rencana apa-apa juga," kata Addara. "Tapi, sekarang banget?"
Arkan tersenyum mengangguk. "Gua tunggu lu siap-siap,"
Addara merutuki dirinya. Bagaimana bisa ada orang yang melihat dirinya memakai baju tidur, di siang hari pula!
Tidak memakan waktu lama, Addara yang sempat meninggalkan Arkan untuk siap-siap, kembali menghampiri pria itu di teras.
Motor Arkan yang sempat dimasukan ke halaman rumah Addara kembali dikeluarkan. Cuaca sedikit panas, ah tidak, ini memang panas. Arkan bahkan sempat meminta maaf karena itu pada Addara-karena membawa motor di cuaca panas-sebelum ia memacu motornya ke luar gang.
Bertepatan dengan keluarnya Arkan dan Addara, sebuah mobil hitam berhenti di dekat gang tersebut. Sang pemilik menurunkan kaca dan menatap kepergian Addara.
"Gini ternyata rasanya punya saingan,"
****Sudah hampir 1 jam Addara berada di rumah keluarga Arkan. Ia, bunda Arkan dan Arisha sedang berkutat bersama menyiapkan makan siang. Apa itu terdengar aneh? Sepertinya iya. Sedatangnya Addara kesini, Arisha bahkan sempat ditegur abangnya karena langsung menarik Addara ke arah dapur.
Addara sungguhan terlihat seperti bagian dari keluarga ini. Arisha dan bunda Arkan sama sekali tidak memberinya waktu kosong, selalu ada pertanyaan bahkan candaan yang dilontarkan saat mereka mengerjakan pekerjaan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejection(s) [END]
Teen FictionAddara tidak suka membaca buku atau menonton film dua kali. Ia sudah paham jalan cerita dan akhir dari cerita itu nantinya. Menurutnya, itu sama seperti menjalin hubungan yang sama dengan mantan. Tapi, bagaimana jika hubungan yang sebelumnya memang...