39| Batal Break

2.1K 74 15
                                    

Hari berlalu sedikit terasa lambat tidak seperti kenyataannya. Addara dan Lucas seperti berjalan diambang ketidakpastian di hubungan mereka. Tidak memburuk apalagi membaik. Di situ-situ saja.

Sudah empat hari Addara tidak bertemu Lucas. Bukan Addara dipecat oleh sang bos, melainkan ia mendapat tugas di gedung produksi. Entah. Addara tidak yakin dengan tujuan Lucas mengirimnya ke sana.

Tepat keesokan hari sejak kejadian itu, Lucas mengirimnya. Dengan itu, Addara sama sekali tidak bertemu dengan Hannah yang menjanjikan pertemuan di hari yang sama.

Addara mendapat tugas yang cukup berat—ini paling  berat selama ia bekerja dengan perusahaan ini. Addara datang dari pukul 7 dan pulang sudah hampir malam. Ia bekerja memantau proyek baru yang sedang perusahaan kerjakan. Jika melihat tabel perencanaan, itu akan berakhir dalam 5 hari dan setelahnya bisa dikembangkan oleh divisi yang bersangkutan.

Dalam empat hari ini, Addara hanya sekali ke kantor. Itupun hanya untuk mengambil data yang sempat Lucas tinggalkan di ruangannya dan setelah itu, Addara kembali ke gedung produksi. Ia tidak bertemu dengan Lucas saat itu.

Sama seperti hari ini, Addara perlu ke kantor sebelum jam makan siangnya. Ia mendapat perintah yang sama.

Baru saja Addara menginjakkan kakinya di depan kantor. Ia langsung masuk menuju lobby dan segera mencari lift untuk mengantarnya ke lantai 8.

Beberapa orang sempat bersamanya dan turun di lantai masing-masing. Tentu yang mengenal Addara segera menyapa wanita itu.

Denting bel pertanda sampai di lantai yang dituju terdengar. Tidak lama, pintu terbuka dan Addara siap keluar dari kotak besi tersebut.

Baru satu langkah Addara keluar dan meluruskan pandangan, pemandangan yang ia lihat malah membuatnya ingin kembali menunduk.

Di depan sana, Lucas dengan pakaian khas tanpa jas nya sedang terlihat merengkuh satu pinggang ramping milik seorang wanita muda. Posisi mereka tentu saja sedikit tidak biasa. Addara yakin, tepat sebelum ia keluar wanita muda itu ada dalam sebuah insiden. Mungkin terpeleset.

Satu langkah selanjutnya yang Addara ambil  ternyata mengalihkan atensi dua manusia yang ia lihat. Keduanya kemudian saling menjauh dan sang wanita berjalan menuju lift. Wanita itu sempat menyapa Addara yang tentu saja dibalas senyuman olehnya. Addara kenal wanita itu. Yang beberapa hari lalu mengantar dokumen padanya.

Addara menarik napas dan senyumnya. “Siang, pak.” Sapa Addara pada Lucas yang terlihat mematung sekitar dua langkah di depannya. “Saya mau ambil form dokumen. Pak Aldi kepala produksi udah mulai susun untuk laporan awal hasil proyeknya.”

Lucas menatap kaku wanita di hadapannya. Ia tidak melakukan kejahatan namun ia merasa bersalah sekarang. Pria itu kemudian mengangguk sekali dan beranjak dari tempat yang semula berada cukup di tengah-tengah menjadi sedikit kepinggir memberi jalan.

Addara membalas anggukan Lucas dengan senyum. “Saya permisi.” Pamitnya sebelum melangkah melalui Lucas.

Di langkah kedua, Addara menghentikan aksinya karena satu tarikan di siku baju yang ia pakai. Addara membalikan badan dan memasang wajah pertanyaan pada Lucas.

“Saya bisa jelasin.” Ujar Lucas menjawab tatapan Addara. “Heels dia terlalu tinggi dan tipis, terus dia ilang keseimbangan tepat di samping saya. Dia cuma anter berkas tadi kesini.”

Oh dugaan Addara sedikit meleset.

Addara terkekeh kecil dengan anggukan. “Dia bilang makasih tadi, bapak belum jawab.” Ujar Addara.

Entah Lucas dalam keadaan sadar atau tidak, tangan yang semula menarik lengan baju Addara itu kini bertengger sempurna di lengan bawah Addara dengan sedikit elusan dari ibu jarinya.

Rejection(s) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang