22| Kebanggaan Mantan

1.9K 88 2
                                    

Pagi-pagi sekali Addara bangun dan bersiap. Menurut kabar, jalan utama menuju kantor sedang ada perbaikan dan menggunakan metode satu jalur untuk beberapa waktu. Untung saja ia sempat membaca berita dari akun socmed wilayahnya di Instagram.

Meeting,” gumam Addara membaca jadwal mingguan yang ia buat di buku catatannya. Ia kemudian memeriksa keberadaan diska lepas di pouch kecil dalam tasnya.

“Ada,” gumamnya lagi.

Ia menarik tasnya dan menggendong di punggung seperti semestinya. Berhenti sejenak di depan kaca dan menata rambutnya. Itu sudah jauh lebih panjang hingga ia bisa menguncirnya sempurna. Bukan setengah bagian seperti terakhir kali.

Memakai sepatu, mengunci pintu dan pagar kemudian berjalan menuju depan gang untuk menunggu angkutan umum. Rutinitas Addara dalam seminggu di pagi hari memang tidak berbeda jauh.

Tidak sampai 5 menit, Addara mendapat angkutan yang akan membawanya. Sedikit lebih cepat dari biasanya yang harus menerima beberapa penolakan karena sudah penuh.

Memakan waktu 70 menit, Addara baru sampai ke kantor. Itu tentu saja jauh lebih lama dari seharusnya. Untung saja ia melonggarkan waktu 2 jam untuk perjalanan meskipun mengharuskannya sarapan dengan buru-buru. Addara sangat berterimakasih pada admin instagram wilayahnya.

Sesampainya di kantor, Addara bergegas ke lantai 8 tempatnya bekerja. Suasana tidak begitu ramai meskipun tidak sepi. Beberapa karyawan di lantai bawah bahkan sudah terlihat bersemangat untuk bekerja.

“Pagi, Pak,” sapa Addara hangat pada seseorang yang baru saja keluar dari ruangannya. “Terima kasih,” sambungnya saat tau apa yang pria itu lakukan.

“Pagi neng,” balas sapaan dari pria berseragam biru hitam itu. “Sama-sama. Kalau gitu saya ke bawah, Neng. Ruangan Bos juga udah dibersihkan,”

Addara mengangguk untuk membalas pamit dari pria paruh baya tersebut. Office boy yang tidak Addara ketahui namanya.

Wanita berrambut dikuncir itu kemudian masuk ke ruangannya. Waktu masih tersisa sekitar 20 menit sebelum jam masuk kantor.

Kebiasaan Addara saat menjadi staf keuangan masih terpatri. Ia selalu menyalakan perangkat di hadapannya sesampainya di ruangan.

Saat menjadi staf keuangan, pekerjaan Addara terbilang cukup padat. Setiap hari pasti harus menginput banyak data untuk ia olah. Apalagi di akhir bulan. Itu cukup melelahkan.

Lain dengan sekarang. Addara bahkan tidak merasa lelah sama sekali dengan menjadi asisten dan/atau sekretaris Lucas. Pekerjaannya sehari-hari tidak jauh dari menerima telepon, mencatat, membaca materi meeting atau ikut sebuah pertemuan bersama Lucas.

Maksud Addara tidak lelah itu dalam hal menggunakan otaknya. Saat di keuangan, ia harus menggunakan fungsi otak dengan baik, membaca berkas dengan teliti dan memasukan data kemudian memprosesnya.

Menjadi sekretaris, bagian lelah hanya di bepergian. Belum lama ia mengemban tugas ini, tapi ia sudah pergi dan bertemu banyak orang-orang penting. Itulah yang membuatnya lelah.

Saat ini, Addara hanya membaca materi pertemuan yang Lucas berikan setelah menyalakan laptop di hadapannya. Sedikit bergumam di beberapa poin yang akan ia ingat lebih dari yang lain.

20 menit berjalan singkat. Ponselnya bergetar untuk mengingatkan. Ah ia memang memasang pengingat waktu setiap harinya. Mulai dari alarm untuk bangun, berangkat kerja, masuk kerja, jam istirahat, waktu pulang dan jam tidur di hari kerja.

Addara bangkit dari duduknya. Membuka pintu dan bergegas menuju ruangan di depannya untuk mengingatkan sang atasan mengenai pertemuan.

Tok! Tok! Tok!

Rejection(s) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang