15| Jangan dianggurin

2.7K 116 7
                                    

Pak Lucas
Sy d gg dpn

Addara mengerutkan kening membaca pesan dari atasannya itu. Apa-apaan main jemput seenaknya? Tidak ada bahasan seperti ini kemarin malam.

Wanita dengan kemeja mocca itu menutup pintu pagarnya. Ia berjalan menuju gang jalan raya dan benar saja mengenai pesan yang ia dapat. Ada satu mobil yang ia kenal yang terparkir di tempat biasa angkot berhenti.

“Bapak ngapain jemput saya?” tanya Addara setelah bokongnya mendarat sempurna di jok penumpang di samping kemudi.

“Hanya berlaku seperti atasan yang baik,” jawab Lucas santai. Ia menginjak pedal gas setelah memastikan Addara memasang sabuk pengamannya. “Udah sarapan?”

Addara menoleh. “Kebetulan sudah, Pak,” jawabnya.

“Saya belum,” kata Lucas seolah menjawab pertanyaan. “Di belakang ada sandwich, tolong suapin saya.”

Addara menajamkan tatapannya pada Lucas. “Gimana, Pak?”

“Suapin saya. Sandwich di jok belakang,” ulangnya. Ia menoleh sekilah pada Addara. Wanita itu menampilkan wajah tak terima. “Kamu asisten pribadi saya. Harus bantu apapun yang berkaitan sama saya,”

Huh sabar, Ra. Masih pagi,” gumam Addara saat merogoh jok belakang.

“Saya denger, Ra.”

“Bagus,” ujar Addara. Ia kemudian menyemprotkan hand sanitizer pada tangannya sebelum mengambil roti isi di wadah berwarna hijau kebiruan yang ia ambil tadi. “Aa!” titah Addara tidak dengan kelembutan sembari menyodorkan roti tersebut tepat ke depan mulut Lucas.

Lucas membuka mulutnya cukup lebar. Menggigit salah satu makanan kesukaannya. Dengan suapan dari orang kesukaannya.

“Jari saya jangan ikut digigit!” pekik Addara saat menyuapkan sisa sandwich pada Lucas. Ia menggibas-gibaskan tangannya karena itu.

Ihh kan saya gak liat!” panik Lucas dengan mulut berisi roti. “Maaf, Raaa,” sambungnya meraih tangan Addara yang sempat ia gigit tanpa sengaja.

“Ga usah pegang-pegang. Saya gapapa!” sungut Addara menarik tangannya. Ia kemudian menutup wadah makan yang sudah kosong.

“Gak boleh marah-marah, masih pagi kan kamu bilang,” kata Lucas. “Senyum, biar saya makin sayang.”

Addara hanya mendelik mendengar perkataan atasan yang merangkap sebagai mantannya itu.

✿✿✿

Addara sedang memusatkan perhatiannya pada laptop yang menyala di hadapannya. Menampilkan sebuah data yang sebetulnya tidak perlu ia apa-apakan karena sudah sempurna. Lucas bilang, cukup periksa saja siapa tau ada kesalahan penulisan.

“Ngedip, Ra,”

“Astaga!” pekik Addara. “Sejak kapan bapak di situ?” tanya Addara pada sang sumber kekagetannya.

“Dua sampai tiga menit lalu,” jawab Lucas santai. Ia kemudian masuk ke ruangan Addara dan duduk di sofa kecil di dekat meja kerja Addara. “Setelah makan siang, ada meeting. Materinya udah saya e-mail 10 menit lalu. Kamu cuma perlu tambahin kalau ada pertanyaan aja. Kita berangkat sebelum makan siang, sekalian makan di restoran tempat meeting,”

Addara mendengarkan dengan seksama kemudian mengangguk. “Baik, Pak,” jawabnya. Ia kemudian mengalihkan perhatiannya kembali pada laptop untuk membuka e-mail yang Lucas maksud.

“Saya masih di sini. Jangan dianggurin.”

Addara menoleh pada Lucas mendengar pria itu berkata demikian. “Ada lagi, Pak?” tanya Addara.

Rejection(s) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang