Siang ini Addara tidak berada di kantor. Ia izin bekerja hari ini untuk mengurus gaji mendiang sang ayah yang sudah harus diputus karena Addara sudah mempunyai penghasilan.
Bicara penghasilan, sejak ia bekerja di kantor, semua kebutuhannya selalu tercukupi. Bahkan ia sudah bisa menabung untuk beberapa hal yang ia inginkan.
Ditambah lagi ini sudah masuk satu bulan ia bekerja tambahan di bimbel. Itu sangat menyenangkan. Sabtu minggu Addara diisi dengan mengajar beberapa murid sekolah dasar. Ia tidak menyangka bahwa mengajar bisa jadi salah satu ajang refreshing untuknya.
Tentang kantor, sudah terhitung 5 bulan Addara bekerja di sana. Semua berjalan lancar, sama sekali tidak ada hambatan. Ia sudah beberapa kali juga menangani meeting penting, tentu atas usulan Bu Raya. Awalnya Addara berpikir jika teman seruangannya akan merasa cemburu dan memusuhinya dengan itu. Tapi ternyata kebalikannya. Ayuna bahkan berkomentar:
“Kalau aku sih gak suka memacu adrenalin dengan berhadapan sama orang penting. Cukup duduk aja ngerjain laporan keuangan,” katanya sembari terkekeh dan itu disetujui oleh 4 kawan lainnya.
Addara baru saja keluar dari sebuah bank. Urusannya mengenai gaji mendiang ayahnya sudah selesai. Sedikit lebih cepat dari yang Addara kira.
Saat ini pukul 2 siang. Ia belum makan untuk siang ini. Pun tadi pagi ia sedikit terburu-buru menyelesaikan sarapan karena takut mendapatkan nomor antri yang besar.
Ting! Ting! Ting!
Suara pesan masuk sedikit mendistraksi Addara saat ia baru saja turun dari ojek online di depan gang rumahnya.
“Makasih, mbak,” kata sang driver saat Addara memberikan uang. Addara pergi setelah membalasnya.
Ponsel di tangan Addara masih menyala. Sedikit tidak mungkin ia membuka pesan sembari berjalan. Ia akan membukanya saat sampai di rumah.
Pak Lucas
Km gk msk krja?
Knp?
Skt?Ah ternyata manusia itu. Setelah meeting pertama yang Addara ambil, Addara jadi sedikit lebih sering bertemu dengan Lucas untuk beberapa pertemuan lain. Sekali ia pernah mendapat tempat meeting di sisi kota, jadi mereka hampir seharian bersama.
Pak Lucas
Ada urusan, pak. Sudah izin juga ke kantor
Km lg dluar?
Di rumah, pak
Ada yang perlu saya kerjakan?Ngga
Baik pak
Begitulah Lucas di mata Addara. Sedikit banyaknya pria itu selalu mengirimi pesan pada Addara entah itu pagi, siang atau malam bahkan hanya untuk menanyakan hal yang tidak penting seperti ‘di rumah kamu ujan gak?’ atau ‘di rumah saya agak panas, AC mati. Kamu punya solusi?’ terlihat bukan betapa tidak pentingnya?
Addara kemudian menyimpan asal ponselnya di sofa. Ia belum mengganti pakaiannya. Ia perlu mandi sebelum memasak untuk makan siang ini.
Menghabiskan waktu 30 menit bagi Addara hingga mendapat kesegaran mandi siang yang jarang ia dapatkan jika bekerja. Addara sudah kembali dengan pakaian santainya. Ah tidak, pakaian tidur. Addara lebih suka memakai pakaian tidur walau di siang hari.
Setelah mengeringkan rambut, Addara berjalan menuju dapur untuk memasak.
“PERMISIII!” suara pria dengan kekuatan super terdengar berbarengan dengan suara gembok pagar rumah yang dihentakkan.
Addara mengintip lewat jendela, takutnya itu bukan ke rumahnya.
“Siang, Mbak. Ini pesenannya,” kata seorang pria yang sepertinya seumuran dengan Addara. Ia menunjukkan satu paperbag berwarna coklat tepat saat Addara di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejection(s) [END]
Teen FictionAddara tidak suka membaca buku atau menonton film dua kali. Ia sudah paham jalan cerita dan akhir dari cerita itu nantinya. Menurutnya, itu sama seperti menjalin hubungan yang sama dengan mantan. Tapi, bagaimana jika hubungan yang sebelumnya memang...