Selesai menumpuk barang yang semula ia bawa, Addara mengecek ponselnya sebelum berdiri. Ia mematikan aplikasi perekam suara sebelum keluar.
Addara bergegas kembali ke ruangannya. Semua pekerjaannya hari ini sudah selesai. Ia hanya perlu menunggu kiriman dokumen dari beberapa divisi untuk ia periksa.
Waktu menunjukkan hampir pukul dua siang. Addara yang memang membawa makan dari rumahnya menggunakan waktu santainya untuk menikmati makan siang sesungguhnya.
Ting! Ting!
Denting nada pesan masuk terdengar dari ponsel yang Addara gunakan untuk menonton video menemani makan siangnya. Addara menutup tempat makannya yang sudah tandas, dan membuka pesan seraya menyedot minum dari botolnya.
Pak Lucas
Saya udah selesai. Lebih cepet ternyata.
Saya di jalan ke kantor. Kamu mau titip sesuatu?Addara tertawa membaca pesan terakhir. Apa katanya? Menitip sesuatu? Yang benar saja! Memangnya mereka ini apa? Siapa bos di sini?
Addara melirik jamnya sebelum menjawab pesan.
Tidak, pak. Terimakasih
Sayang!
Masih jam kantor
Addara keluar dari aplikasi pesannya. Pintu ruangannya diketuk bersamaan dengan itu.
"Permisi mbak, ini dokumennya. Lengkap dari semua divisi," ujar seorang wanita kiranya sedikit lebih muda dari Addara menyerahkan setumpuk fail.
Addara menerimanya dengan senyum. "Makasih, ya." Ucapnya.
Wanita itu kemudian pergi menjauh setelah menjawab. Addara kembali menutup pintu dan melakukan tugasnya memeriksa beberapa dokumen yang ia terima.
Tidak memakan waktu lama karena ia hanya menyamakan beberapa dokumen dengan satu data, Addara selesai dengan tugasnya. Ia menumpuk dokumen tersebut dan bergegas menyimpannya di ruangan Lucas.
Tepat setelah Addara meletakan dokumennya secara urut, pintu ruangan terbuka dan menampilkan Lucas dengan senyumnya.
"Betah di ruangan saya?" tanya dengan percaya diri. Tidak tahu saja kalau Addara hanya menyimpan dokumen. "Oh? Udah selesai ceknya?" tanyanya seraya membuka jas yang ia pakai. Lucas duduk di sofa setelahnya.
Addara mengangguk. "Udah sesuai semua." Jawabnya menunjuk dokumennya. Addara duduk di samping Lucas yang memberinya kode. "Kenapa?" tanyanya melihat wajah Lucas yang terlihat tidak biasa. Memang terlihat lelah tapi seperti ada yang aneh lainnya.
"Kamu yang kenapa?" Lucas balik bertanya dengan lembut. "Ada yang datang ke sini tadi?" tanyanya.
Addara sempat mengerutkan keningnya sebelum mengangguk. "Tau dari mana?" tanyanya.
Lucas menjawab dengan menunjuk kertas kecil di meja. "Siapa?" tanyanya meyakinkan bahwa ia belum sempat membalik kertas tersebut.
Addara tersenyum kecil. Ia mengambil kertas itu dan menunjukkannnya pada Lucas.
"Hannah?" gumamnya seraya membaca apa yang tertera. "Ngapain dia kesini? Ngasih kartu nama buat apa?" tanyanya bingung.
Addara merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Membuka satu aplikasi dan menyetel apa yang akan ia tunjukkan. "Agak lama durasinya. Mau didengerin boleh, ngga juga bukan masalah."
Wajah Lucas kentara bingung. Kerutan di dahinya bertambah saat mendengar percakapan Addara dan Hannah yang terekam. Tidak hanya di bagian awal, Addara benar-benar merekam semua percakapan yang mereka lakukan beberapa jam lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rejection(s) [END]
Teen FictionAddara tidak suka membaca buku atau menonton film dua kali. Ia sudah paham jalan cerita dan akhir dari cerita itu nantinya. Menurutnya, itu sama seperti menjalin hubungan yang sama dengan mantan. Tapi, bagaimana jika hubungan yang sebelumnya memang...