7. Tantrum

9.2K 977 21
                                    

Sebenarnya cukup berat membawa dua bocah yang sedang aktif-aktifnya ke tempat umum. Apalagi Ita was-was dengan kendaraan ramai berlalu lalang.

Kecuali Bu Ina siapa lagi yang bisa Ita mintai tolong? Mamanya? Jarak rumah mereka cukup jauh. Sedangkan janji temu dengan dokter tinggal satu jam lagi.

Tetangga? Komplek perumahan ini rata-rata individualis. Lagi pula Ita tidak nyaman tiba-tiba menitipkan si kembar.

Lalu Raga? Pasti dia sibuk. Tapi, ada baiknya mencoba! Ita berniat men-dial nomor Raga. Layar dial tampak. Sambungan pun terdengar.

"Hallo?"

Diam membeku. Ita tidak menyangka Raga mengangkat panggilannya. Ini adalah momen langka!

"Hallo?"

"Ah.... hallo... emh, itu... aku mau cek up ke dokter. Kamu ada waktu-"

"Tck!"

Apa barusan itu suara decakan? Dia berdecak pada Ita yang bahkan belum selesai merampungkan kalimat?

"Apa aku ganggu?" tanya Ita menggugurkan niat bertanya kelonggaran waktu Raga untuk menjaga Zera dan Zeno sebentar.

"Nggak kok."

"Hemm, ya udah.... aku cuma mau izin keluar. Zera sama Zeno ku bawa."

"Iya," jawabnya singkat.

"Raga...?"

"Hm?"

"Apa kamu pernah mencintai ku?"

"Kenapa tiba-tiba tanya kayak gitu?"

"Entahlah, cuma pingin tau aja."

"Aku menikahi mu karena harus."

"Oh gitu. Oke... udah ya, aku pergi dulu."

Panggilan diakhiri bersamaan dengan itu Ita merobohkan diri ke sofa. "Karena harus? Dia benar-benar menjadikanku alat mencetak keturunan ternyata!"

"Baji*gan!" gumam Ita.

"Adingan?"

Spontan Ita menoleh. Mendapati Zera menatap dengan mata bulatnya.

"Sssst... rahasia, oke?"

Dengan semangat Zera mengangguk. Kebiasaan yang Ita berikan, ketika Ita bilang 'rahasia' maka tidak boleh menyebarkan atau membahas topik itu lagi.

Tujuannya tidak lain supaya anak-anak melupakan dengan sendirinya hal buruk yang tidak sengaja mereka dengar dari bibir orang asing maupun dirinya sendiri.

Setelah menaiki gocar dan sampai tempat tujuan. Ita menunggu antrean di lobi. Kebetulan hari ini banyak yang datang. Nomor antrean Ita saja mencapai tiga puluh. Jika prediksinya benar mungkin ia akan menunggu sampai beberapa jam.

"Ihh Abaaang!" pekik Zera. Wajahnya tampak marah.

"Kenapa sayang?" sahut Ita.

AFTER ENDING (TERSEDIA EBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang