30. Mengikis Rindu

7.4K 535 35
                                    

Sorot mata Raga tajam mengarah ke Ita. Begitupun Ita yang termakan emosi tak luput membalas.

"Hah! Seperti yang kamu bilang. 'Tidak ada yang bisa membatalkan kontrak kerjasama sebelum jatuh tempo' tapi.... point 9 sub bab 3. Syarat terjalinnya kontrak, Hitagina Rakasiwi akan membantu di bawah naungan Saraga Hilar sebagai asisten pribadi sampai waktu setengah tahun."

"Karena kamu bekerja di bawah naungan ku. Aku berhak memecat mu kapan saja. Tapi.... jika kamu yang mengundurkan diri. Sama saja kamu melanggar kontrak yang menjadi syarat terjalinnya kerjasama."

"Sampai sini paham?"

Ita terdiam. Mencerna kata-kata Raga yang terasa beban untuk otak Ita.

"Ikutlah!" sambung Raga. Ia menghentikan langkahnya. "Kamu akan rugi kalau nggak ikut."

Kalimat itu menjadi pertimbangan mendalam. Walau egonya menginginkan tetap tinggal. Tapi, logika menyuruhnya untuk melangkah.

Mari taruhan! Apakah ucapan Raga benar? Karena seingat Ita, Raga tidak pernah membual tentang untung dan rugi. Untuk kesekian kali Ita mengorbankan harga dirinya. Ia pergi ke parkiran mengekori Raga.

***

Suara bising kendaraan perlahan menghilang digantikan hembusan angin dan langit biru. Ita sengaja membuka kaca mobil saat hamparan laut menyapa penglihatan.

"Sebenarnya kita mau kemana?" tanya Ita curiga.

"Panti asuhan."

Harapan Ita seketika buyar. Tadinya ia pikir ini bentuk permintaan maaf dan ia akan merasakan air laut menerpa kakinya. Sialan! Memang tidak ada yang bisa diharapkan dari manusia es ini!

"Oh. Mau ngapa?" tanya Ita basa-basi.

"Menurut mu?"

"Saya pikir Bapak hanya mengerti tentang laba rugi dan harga diri saja."

Raga tidak merespon, ia memilih fokus berkendara. Keheningan menyapa keduanya. Ita memilih menikmati pemandangan laut.

"Ayaaaahh!" pekik seorang bocah dari kejauhan saat Raga baru keluar dari mobil.

Ita mengerutkan dahi, "Ayah? Bapak punya anak di luar nikah?" tanya Ita seringan bulu.

"Omong kosong. Lihatlah!" tunjuk Raga pada segerombolan anak yang berlari ke arahnya.

Beberapa anak meneriaki 'Ayah' dengan enteng. Tanpa tau sebenarnya di dalam laki-laki ini ada iblis es!

Setelah berprasangka buruk terhadap Raga. Ita bermain dengan anak-anak. Rata-rata mereka tidak sekolah. Panti asuhan ini hanya mengandalkan uang dari beberapa donatur saja. Ita sempat prihatin melihat bangunan panti yang tidak terawat.

Senyum Ita mengembang kembali ketika melihat anak-anak aktif bermain. Terlebih ada bocah kembar yang usianya mirip dengan Zera dan Zeno. Rasanya Ita ingin tetap tinggal disini. Sejenak beban pikirannya menguap.

"Ayo pulang," ajak Raga.

"Nanti aja. Masih mau di sini."

"Nggak ada waktu!"

"Tck! Sok sibuk!" gumam Ita lirih kemudian berpamitan pada Ibu penjaga panti dan anak-anak.

AFTER ENDING (TERSEDIA EBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang