27. Reward

4.9K 504 22
                                    

"Jadi apa hukumannya?"

Menang! Ita menang telak! Suatu kebanggaan tersendiri yang patut di apresiasi.

"Bagaimana kalau bernyanyi," tutur Ita. Raga langsung terkejut, "memangnya ini pertemuan anak TK?!" tolak Raga mentah-mentah.

"Itu hukuman yang pas untuk mengurangi ketegangan. Lagi pula hanya bernyanyi. Siapa pun pasti bisa. Atau Pak Dirut nggak bisa nyanyi?"

Baru kali ini Ita mensyukuri lima tahun tinggal bersama Raga. Hal yang paling ia suka sampai dibenci pun dengan mudah mengalir di otak Ita. Orang perfeksionis itu punya kekurangan. Salah satunya bernyanyi.

Pasrah, Raga berdiri dari duduk hendak menyanyikan sebuah lagu. Seisi ruangan di bawa hening oleh aksi Raga yang tampak serius sebelum bernyanyi. Setelah itu pita suaranya pun akhirnya terdengar.

"Ba-balon ku ada lima."

"Rupa-rupa warnanya."

"Merah kuning dan...."

"Dan..."

Kening Raga tampak berkerut memikirkan lirik selanjutnya. Lagi pula, sebenarnya orang ini tidak pernah menikmati masa kecil atau gimana? Masak lagu balon ku ada lima saja tidak tahu!

"Me-merah kuning dan.... hijau...."

Seketika satu ruangan riuh melepas tawa yang sejak tadi ditahan demi menghormati Raga. Sayangnya tidak bisa lagi berkat ulah Raga yang menyebutkan warna salah.

Tidak terkecuali Ita. Ia tertawa paling kencang di antara yang lain. Sampai rasanya air matanya hampir keluar.

Membutuhkan waktu satu jam dari jeda tadi untuk mengakhiri rapat. Ita menghela nafas lega sembari membereskan kertas-kertas berserakan.

Sedangkan Raga, ia melengos setelah rapat benar-benar ditutup. Rupanya hal seperti ini bisa membuat harga dirinya terjun bebas.

Ita tidak tau apa akibat dari perbuatannya ini nanti. Mungkin saja ia tidak akan menjadi moderator lagi. Tidak menutup kemungkinan juga jajaran komisaris tidak menyukainya sebab tindakan tidak sopannya.

Entahlah! Ita terlalu senang untuk mengurusi hal-hal seperti itu sebelum pikirannya ditepis oleh panggilan seseorang.

"Kamu asisten pribadinya Direktur Raga ya?" ucap Pak Budiman. Pemegang saham terbesar ketiga di H Group.

"Iya Pak. Ada yang bisa dibantu?"

"Nggak, nggak ada. Saya cuma penasaran aja. Dapat keberanian dari mana kamu atas tindakan mu tadi?"

"Ah, itu. Mungkin karena saya asisten pribadinya jadi sudah biasa. Maaf Pak saya udah keterlaluan tadi."

"Haha. Memangnya siapa yang menyalahkan mu? Walaupun masih muda. Bagi nak Raga profesional itu tidak memandang usia. Jadi kadang kami di giring untuk mengikuti kecerdasannya. Yah, kami terlalu 3G untuk beliau yang 5G. Kalau kata anak Bapak seperti itu. Hahaha."

"Tapi, tindakan mu tadi. Saya sangat mengapresiasinya. Tolong cairkan es kutub itu sekali lagi di pertemuan yang akan datang. Saya menantikannya," ucap paruh baya itu. Setelahnya ia pergi diiringi sekretarisnya.

AFTER ENDING (TERSEDIA EBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang